Jingga Untuk Langit
Hari ini adalah hari pertama Jingga masuk ke sekolah barunya di jakarta. Karna sebelumya dia sekolah di bandung dan tinggal di sana. Sesuai dengan kesepakatan yang di lakukan oleh ayahnya, Jingga akan pindah sekolah ke jakarta setelah naik kelas 2.
"Selamat pagi, Ayah" ucap Jingga dengan kedua sudut bibir terangkat sambil berjalan mendekat pada ayahnya.
"Morning Princess nya ayah. Hari ini sudah siap ke sekolah baru, Sayang?" ucapnya lembut sambil menatap Jingga yang masih menggunakan piyama tidur.
"Siap dong, Ayah. Terimakasih ayah sudah menepati janji pada Jingga"
"Sama-sama, Sayang. Sekarang kamu sarapan lalu siap-siap ke sekolah ya. Maaf hari ini ayah tidak bisa antar kamu. Soalnya ayah sedang ada urusan penting yang sama sekali tidak bisa ayah tinggal"
"Tidak masalah, Ayah. Biar Jingga nanti bawa mobil sendiri ya" ucap Jingga sambil menikmati sepotong roti dengan selai stroberi kesukaannya.
"No no no. Tidak ada bawa mobil sendiri, Kamu masih baru di jakarta. Ayah tidak mau kamu kenapa-napa, Sayang. Jadi biar kamu berangkat sama abang ya, Kalian kan satu sekolah"
"Gak mau. Jingga gak mau berangkat bareng abang. Biarkan saja mereka tidak tau jika bang Revan adalah abangnya Jingga"
Mendengar perkataan Jingga membuat ayahnya menautkan kedua aslinya"Kenapa begitu, Sayang. Bukannya bagus ya kalau mereka tau jika Revan adalah abang kamu. Setidaknya kamu bisa berlindung dari abangmu jika seandainya ada yang tidak menyukaimu"
"Tidak, Ayah. Sekarang Jingga sudah dewasa. Jingga tidak mau jika terus menerus harus berlindung di belakang orang lain. Jingga sudah bukan anak kecil lagi, Ayah"
Di saat Jingga dan ayahnya sedang berbincang mengenai sekolah. Tiba-tiba saja Revan turun dari kamarnya dan ikut bergabung dengan mereka. Duduk di samping Jingga sambil mengacak rambut adiknya itu.
"Apaan sih, Bang. Kebiasaan deh" gumam Jingga sambil merapikan rambutnya kembali yang sudah berantakan karna ulah Revan.
"Gemes abang sama kamu dek. Tadi abang denger kamu gak mau berangkat bareng sama abang ya. Kenapa?"
"Gak mau. Nanti aku di kira pacarnya abang lagi. Secara abang kan playboy"
"Enak aja bilang abang playboy. Gini-gini abang itu setia"
"Iya, Setiap tikungan ada. Begitu kan bang?"
"Dasar adek durhaka"
"Biarin aja. Jingga itu masih kesal sama abang. Karna abang, Malam itu aku hampir saja" Perkataan Jingga terpotong saat Revan dengan cepat menginjak kakinya dan membuat Jingga merasa kesakitan.
"Aaaaawwww" teriak Jingga saat kakinya menjadi korban injakan Revan.
"Apaan sih bang" ucap Jingga sambil menoleh pada Revan yang sudah memberikan isyarat dengan menggunakan mata.
Hal itu tentu saja langsung membuat Jingga paham apa maksud dari isyarat itu"Astaga. Kenapa aku sampai lupa kalau ayah tidak tau mengenai hal ini. Untung saja Bang Revan gercep. Kalau tidak, Mungkin aku sudah mengatakan hal itu pada ayah." ucap Jingga dalam batinnya.
Melihat kedua anaknya seperti itu membuat Alexander menaikkan sebelah aslinya"Apa yang kalian sembunyikan dari ayah. Malam itu hampir apa, Jingga?" tanya nya sambil menatap Jingga dan Revan secara bergantian.
"Gaada apa-apa kok Yah. Iya kan bang" ucap Jingga sambil menoleh pada Revan.
"Jingga siap-siap dulu ya yah"
Jingga memutuskan untuk pergi dari sana dengan tujuan menghindari pertanyaan dari ayahnya. Membuat Revan yang harus menanggung semuanya seperti biasa.
"Eh, Mau kemana kamu Jingga" ucap Revan namun tak di gubris oleh Jingga.
"Syukurin bang Revan. Emang enak. Siapa suruh malam itu sudah membuat aku harus balapan lagi. padahal kan aku sudah janji sama ayah tidak akan melakukan hal itu lagi" ucap Jingga dalam batinnya.
"Kalau begitu. Revan juga mau ke atas yah. Mau siap-siap sekolah"
Tanpa mendengar balasan dari ayahnya, Revan langsung mempercepat langkahnya menaiki anak-anak tangga di sana. Alexander hanya bisa geleng kepala dengan kelakuan kedua anaknya.
Sejenak Alexander terdiam. Hal ini membuatnya kembali teringat akan almarhumah istrinya yang meninggal saat berjuang melahirkan Jingga 17 tahun yang lalu.
"Lihatlah bunda. Anak-anak kita sudah besar. Kelakuan mereka sering membuat ayah geleng kepala. Jingga tumbuh menjadi anak yang sangat cantik, sangat persis seperti dirimu" ucapnya dalam batin. Tanpa sadar satu butir bening itu pun lolos begitu saja.
"Semoga bunda bahagia di sana. Ayah janji akan selalu memberikan yang terbaik buat anak kita" batinnya lagi sambil menyeka air mata itu.
Semenjak istrinya meninggal saat melahirkan Jingga. Alexander memang sudah memutuskan untuk hidup sendiri. Tidak mau mencari pengganti almarhum istrinya. Karna baginya, Cintanya sudah mati bersamaan dengan perginya sang istri tercinta.
Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 06:00. Jingga naik ke dalam mobil Revan dengan langkah kaki yang cukup berat. Sebenarnya Jingga tidak mau berangkat bersama dengan abangnya. Namun mau bagaimana lagi, Sudah tidak ada pilihan lain.
"Bang, Nanti turunkan Jingga di luar sekolah ya"
"Kenapa memangnya dek?"
"Lakuin aja bang. Jingga gak mau semua orang tau jika Jingga adalah adiknya bang Revan"
"Baiklah. Oh iya, Apa kamu sudah mengatakan padanya jika hari ini kamu sudah masuk sekolah di sini?"
Jingga menggeleng cepat"Belum" ucapnya sambil memainkan ponselnya.
"Kenapa gak kamu katakan dek"
"Sengaja aja bang. Jingga mau ngasih dia kejutan"
"Aneh sekali kau ini"
Sekolah Nusa Bangsa
Seperti hari-hari biasa. Setiap kedatangan Langit dan teman-teman membuat semua murid perempuan di sekolah itu selalu bersorak riang. Wajah tampan yang Langit miliki sudah membuat mereka ingin menjadi wanita yang paling berarti dalam hidup Langit Alvarelza pratama.
"Langit kenapa bisa ganteng banget gitu sih. Makan apa ya dia" ucap salah satu siswi sambil menatap Langit yang berjalan menyusuri koridor sekolah tanpa mau memperdulikan wanita yang menjerit memanggil namanya.
Hanya satu wanita yang selalu Langit dengarkan perkataannya. Selebihnya Langit budeg.
"Woy Langit, Lo kenapa cuekin mereka begitu saja. Liat deh, Itu Sisil and the gang kan cantik-cantik. Tapi kenapa lho gak pernah menggubris mereka. Jangan bilang kalau lho itu"
"Gue apa!"
"Gay"
"Jangan ngaco. Gue masih pria normal yang menyukai seorang wanita" jawab Langit di sela langkahnya
"Masa. Tapi kita kagak pernah tuh liat lho menggoda wanita"
"Karna gue bukan kalian" jawab Langit lagi
"Eh, ada apa itu rame-rame" ucap Rey dan langsung menghentikan langkah kaki Langit.
Langit yang penasaran ikut menoleh ke arah gerbang sekolah. Menatap seorang gadis bercadar yang saat ini menjadi pusat perhatian semua murid SMA NUSA BANGSA
"Jingga, Apa mungkin wanita itu Jingga" batin Langit sambil terus menatap sosok wanita bercadar yang berjalan di sambil menundukkan wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Andaru Obix Farfum
knp setiap tokoh centil d sekolah namanya sisil.
2024-04-12
0
ℛᵉˣArleta shin𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ
apa hubungannya ganteng sama makanan🤔
2023-05-13
0
ᴾᵘᵗᵃᵉ_ℛᵉˣʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖
koq langit bisa kenal jingga? kan jingga baru masuk di sekolah barunya itu
2023-05-13
0