"Jingga, Apa mungkin wanita itu Jingga. Tapi bukan kah Jingga ada di bandung" ucap Langit dalam batinnya sambil terus menatap seorang wanita bercadar yang saat ini sedang menjadi pusat perhatian semua orang.
"Wiiih. Kayaknya ada murid baru. Bercadar pula. Pasti dia wanita sholehah deh" ucap Rey sambil ikut menatap Jingga
"Iya, Rey. Itu wanita kayaknya sholehah ya. Beda dari yang lain" timpal Doni cepat
Melihat kedua temannya seperti itu membuat Langit mendengus sebal. Entah kenapa Langit merasa tidak rela jika salah satu temannya berniat untuk menggoda siswi baru itu.
"Masa iya dia Jingga. Tapi gak mungkin sih, Biasanya kalau memang dia Jingga, Dia akan mengabari ku dulu" batin Langit sambil terus menatap wanita bercadar yang semakin mendekat
"Hei kalian. Mau tetap di sini atau masuk ke kelas sekarang" ucapnya serta langsung melangkahkan kembali kakinya meninggalkan kedua sahabatnya yang masih terpaku di tempat.
"Woy tunggu Langit. Yaelah itu anak main tinggal aja dah" cerocos Rey sambil mengejar langkah Langit yang semakin cepat.
Sedangkan Jingga. Memilih untuk semakin mempercepat langkahnya. Apalagi saat mendengar perkataan dari beberapa siswa di sana.
"Eh, Sekolah kita kedatangan *******. Sok alim ya, Padahal mah aslinya sama aja" ucap seorang siswi yang suka ngebully. Siapa lagi kalau bukan Sisil dan teman-temannya.
Mendengar itu membuat Jingga mengambil nafas pelan. Dia sudah tau apa konsekuensi yang harus dia terima saat sekolah di tempat elit seperti ini.
"Gak usah di dengarkan, Jingga. Anggap saja mereka tidak mengatakan apa-apa. Tidak usah hiraukan anjing menggonggong" ucap Jingga dalam batinnya sambil terus mempercepat langkah kakinya masuk ke dalam ruangan kepala sekolah.
Setelah sampai di dalam ruangan kepala sekolah, Jingga mengangkat wajahnya sambil mengucapkan salam.
"Assalamualaikum" ucap Jingga yang terdengar sangat lembut
"Waalaikum salam. Silahkan duduk, Kamu Jingga kan? Murid pindahan dari bandung"
Jingga mengangguk pelan"Iya, Pak. Saya Jingga Alexadiandra. Siswi pindahan dari bandung" jawab Jingga sopan.
"Baiklah. Kalau begitu kamu bisa langsung ikut sama bu Tiwi. Dia adalah guru wali kelas 11A"
"Baik, Pak. Terimakasih"
Jingga mengikuti langkah bu Tiwi. Melewati beberapa koridor, Serta menaiki anak-anak tangga di sana. Karna memang kebetulan kelas 11A ada di lantai dua.
Ceklek
Mendengar suara pintu terbuka membuat semua murid yang tadinya rusuh langsung menjadi senyap seketika. Karna memang bu Tiwi cukup mereka segani.
"Selamat pagi, Anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru"
"Selamat pagi juga, Bu" jawab mereka secara bersamaan.
"Perkenalkan diri kamu ya" ucap buk Tiwi pada Jingga.
Jingga mengangguk pelan"Iya buk"
"Assalamualaikum semuanya. Perkenalkan nama saya Jingga Alexadiandra, Pindahan dari bandung. Semoga kita bisa berteman baik" ucap Jingga sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.
Langit yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya seketika langsung mengangkat wajahnya tatkala mendengar nama Jingga alexadiandra.
Pria itu menatap sosok gadis bercadar yang masih berdiri di depan. Menatap kedua mata indahnya yang selalu mampu membuat jantungnya berdetak cepat.
"Jingga, Jadi dia benar-benar Jinggaku. Tapi kenapa dia tidak mengatakan hal ini sebelumnya" ucap Langit dalam batinnya sambil terus menatap Jingga
"Apa ada yang mau kalian tanyakan pada Jingga? Kalau tidak ada, Biar Jingga duduk sekarang" ucap bu Tiwi
"Saya ada pertanyaan bu" ucap Rey sambil mengangkat tangannya
"Iya, Ray. Mau tanya apa? Silahkan"
"Jingga, Kamu sudah punya pacar belum. Kalau belum, Biarkan abang yang menjadi pacarmu. Hiyaaa" ucap Ray sambil tersenyum
"Pertanyaan ngaco. Udah gak usah di jawab, Jingga. Kamu silahkan duduk di tempat yang kosong itu"
"Iya, Bu. Terimakasih"
Tanpa terasa jam pelajaran sudah selesai. Saat ini sudah masuk di jak istirahat pertama. Jingga keluar dari dalam kelasnya dan menuju ke kamar mandi.
Langit yang melihat Jingga keluar dari kelas ikut bangun dari duduknya tanpa mengatakan sepatah katapun pada teman-temannya"Eh, Mau kemana kau paketu?" tanya salah satu dari mereka
"Mau ke kamar mandi. Gak usah ikutin gue" ucapnya dingin dan langsung berlalu dari sana.
"Dasar Langit, Bicara dingin kayak gitu aja udah kelihatan tampan. Bagaimana jika dia menampakkan senyumnya. Pasti semua ciwi-ciwi di sini akan pingsan" ucap Faro pada mereka
"Bener, Sih Far, Secara senyuman dia kan gak pernah dia tunjukkin pada mereka, Kecuali sama kita-kita aja"
Langit mengikuti Jingga yang sudah masuk ke dalam kamar mandi. Pria itu memutuskan untuk menunggu Jingga di luar pintu. Satu hal yang mau Langit tanyakan pada Jingga, Kenapa dia pindah tidak memberitahu dirinya terlebih dahulu.
"Jingga harus menjelaskan padaku, Kenapa dia pindah tidak bilang-bilang aku terlebih dahulu"
Cukup lama Langit menunggu di sana. Akhirnya Jingga keluar dari dalam kamar mandi.
Langit yang melihat Jingga sudah keluar dari dalam kamar mandi langsung menarik tangan Jingga dan membawa tubuh mungil Jingga dalam dekapannya.
Mendapat pelukan mendadak seperti itu membuat Jingga merasa sangat terkejut. Hampir saja Jingga berteriak, Namun dengan cepat Langit mengangkat wajah dan membuat wanita itu menatap kedua manik mata elang miliknya.
Deg
Jantung Jingga berdetak sangat cepat. Sudah lebih dari satu bulan mereka tidak bertemu. Kesibukan Langit membuatnya tidak memiliki waktu untuk sekedar memberi kabar pada Jingga.
"Kak, Langit. Kenapa kak Langit ada di sini. Ini kan toilet wanita" ucap Jingga sambil terus menatap Langit.
Langit tak menjawab. Pria itu hanya menarik tubuh Jingga dan membawa tubuh mungil itu dalam dekapannya.
"Aku sangat merindukan mu, Sayang. Aku benar-benar merindukan, Mu. Kenapa kamu pindah kesini tidak mengabari ku?"
"Sengaja. Biar jadi kejutan buat kakak"
"Nakal ya. Mau dapat hukuman? Hmmm"
"Kak. Jangan seperti ini. Ini sekolah" ucap Jingga sambil mencoba melepaskan pelukan Langit.
Langit yang tersadar langsung melepaskan pelukannya"Iya, Maaf ya, Sayang. Aku terlalu merindukan mu. Nanti aku akan ke rumah ayah"
Setelah mengatakan hal itu, Langit langsung berlalu dari hadapan Jingga. Meninggalkan Jingga yang masih terdiam di sana.
"Aku juga sangat merindukan mu, Kak"
Setelah dari kamar mandi. Jingga merasa perutnya lapar. Wanita itu berjalan menuju kantin dengan langkah lebarnya. Tanpa sengaja, Jingga menabrak seseorang dan membuatnya merasa sangat murka.
"Lho kalau punya mata di gunain" ujarnya dengan nada tinggi
"Maaf maaf. Aku tidak sengaja" jawab Jingga sambil menundukkan wajahnya
Wanita itu mencengkram kuat dagu Jingga dan berniat untuk menyiram wajah Jingga dengan jus milik temannya. Namun, Ternyata yang terkena siraman itu bukan Jingga, Melainkan Langit.
Semua pasang mata yang melihat itu tentu saja membelalakkan kedua matanya"Astaga. Sisil menyiram orang yang salah" ucap salah satu siswa di sana.
Mereka bisa melihat jelas raut marah dari kedua sorot mata Langit. "Lho akan dapat hukuman atas semua ini!" ucap Langit dingin dan langsung pergi dari sana. Meninggalkan Sisil yang sudah pucat pasi karna kelakuannya sendiri.
"Astaga, Aku salah sasaran"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
ℛᵉˣArleta shin𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ
wkwkwk niat membully malah meleset gimana tuh rasanya 🤣🤣
2023-05-13
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻🍾⃝ͩʟᷞᴀᷴʟᷡᴀᷲɴιиɑ͜͡✦
abaikan aja mereka yg memandang mu seperti itu tetap semangat 🏃♀️
2023-05-13
0
Aku dan kamu selamanya😍💏💑👪
Langit itu memang Jingga wanita yang kamu cintai
2023-05-13
0