Kamu bukan hanya Jinggaku. Tapi kamu adalah Bulan yang selalu menyinari gelap malamku. Kamu juga seperti Pelangi yang selalu datang setelah hujan. Bahkan bukan hanya itu, Kamu adalah matahari yang selalu setia menyinari hariku.
Maafkan aku yang belum bisa menjadi sosok imam sempurna untukmu. Tapi aku janji, Akan selalu berusaha menjadi Nahkoda terbaik yang akan mengarungi samudra hingga sampai di pelabuhan yang semestinya.
Kamu adalah satu-satunya hal terindah yang aku miliki, Jingga. Kamu adalah sosok bidadari yang akan selalu menjadi pertama dan terakhir dalam hidupku.
~Langit~
"Selamat makan, Surgaku" ucap Jingga saat mereka sudah ada di meja makan.
"Selamat makan juga, Bidadariku" balas Langit sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.
Sudah satu bulan mereka tidak berkomunikasi apalagi bertemu. Kesibukan Langit sudah membuatnya tidak bisa menghubungi Jingga apalagi menemuinya seperti weekend biasanya.
Langit memang akan datang ke tempat Jingga setiap akhir pekan. Setelah pulang dari sekolah, Langit akan langsung menuju ke bandung. Tempat dimana Jingga tinggal dulu.
"Lebay banget sih kalian berdua. Mau muntah liatnya" ucap Revan yang sejak tadi memperhatikan Langit dan juga Jingga.
"Iri bilang bos" jawab Jingga sambil menoleh pada Revan
"Idih, Siapa juga yang iri. Kagak ada cerita seorang Revan Alexander yang begitu tampan rupawan ini iri sama bocil kayak kalian berdua"
"Biarin aja bocil. Setidaknya Jingga sudah punya kekasih halal. Gak kayak bang Revan yang sana sini nempel"
"Dasar adek biadab emang"
Langit dan Alexander hanya bisa memperhatikan perdebatan antara Jingga dan juga Revan. Memang seperti itulah kelakuan Jingga dan juga Revan saat sudah bersama.
"Sudah.. Sudah. Kan ini sedang makan. Bisa di lanjut lagi nanti kam debatnya"
"Bang Revan duluan yah"
"Kok malah abang. Kan tadi kamu yang ngatain abang duluan"
"Mau sampai kapan debatnya. Sudahlah, Ini Langit gak jadi makan. Dia malah melihat kelakuan kalian yang kayak tikus dan kucing" ucap Alexander lagi
"Sudah biasa kok, Yah" jawab Langit pelan
Setelah itu, Revan dan juga Jingga fokus pada makanannya masing-masing. Sehingga makan siang itu merek lalui dengan keheningan. Hanya ada bunyi alat makan yang terdengar di sana.
"Ayah, Langit ijin bawa Jingga boleh?" ucap Langit setelah mereka duduk santai di ruang keluarga.
"Boleh, Jingga kan istri kamu nak. Jadi ayah sudah tidak ada hak atas Jingga"
"Terimakasih, Ayah. Terimakasih karna ayah sudah benar-benar menepati janji ayah dua tahun yang lalu"
"Sama-sama, Boy. Tidak perlu berterima kasih. Setelah ayah menikahkan Jingga denganmu, Itu artinya tanggung jawab ayah atas Jingga sudah ayah percayakan sama kamu. Ayah minta, Tolong kamu jaga Jingga dengan baik ya. Jangan sampai hal buruk terjadi padanya"
"Ayah tenang saja. Aku akan selalu menjaga Jingga sebisaku. Kalau pun nyawa yang harus menjadi taruhannya, Langit siap untuk hal itu, Ayah. Karna setelah Langit mengucapkan janji suci itu, Langit sudah memutuskan untuk Memberikan yang terbaik buat Jingga"
"Terima Kasih, Boy. Ayah percaya jika kamu bisa menjaga Jingga dengan baik" ucap Alexander sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.
"Tidak perlu berterimakasih, Ayah. Karna memang tugas Langit untuk menjaga Jingga. Terimakasih karna ayah sudah mau memberikan Jingga untuk Langit. Walaupun ayah tau waktu itu Langit terlihat sangat dingin terhadap Jingga"
Alexander tersenyum mendengar perkataan Langit. Ingatannya kembali pada kejadian dua tahun yang lalu. Tepatnya saat pertama kali pertemuan Langit dan juga Jingga.
Flashback tiga tahun yang lalu
Ayudia memanggil Langit yang baru saja pulang sekolah, Dan meminta Langit untuk duduk di sampingnya. Karna mau mengatakan perihal apa yang sudah dia rencanakan dengan Pratama.
"Langit, Kamu sudah pulang, Nak" ucap Ayudia saat melihat Langit yang baru saja masuk ke dalam mansion itu.
"Assalamualaikum, Bunda." ucap Langit sambil mencium punggung tangan sang mama tercinta. Satu-satunya wanita yang Langit cintai waktu itu.
"Waalaikum salam. Duduk dulu, sayang"
Langit langsung duduk di samping sang mama. "Ada apa, Ma?" tanya Langit yang merasa penasaran. Pasal nya dari raut wajah sang mama Langit bisa menebak jika Ayudia akan membicarakan hal yang serius.
"Langit sayang kan sama mama"
"Kenapa mama malah bertanya seperti itu, Ma. Sudah tentu mama tau apa jawaban yang akan Langit berikan" jawab Langit sambil menatap sang mama.
"Kalau Langit sayang sama mama, Mama mau Langit melakukan satu hal untuk mama"
"Apa itu, Ma?"
"Menikahlah dengan anak temen mama dan papa ya, Nak. Anaknya cantik sekali"
"Tapi, Ma"
"Ayolah nak. Mama mohon. Kamu bisa ngobrol lewat telfon dulu sama dia. Nanti malam kita akan makan malam bersama dengannya"
Tanpa menunggu jawaban Langit. Ayudia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi nomor yang dia berikan nama Queen Langit. Tak butuh waktu lama, Seorang di ujung telpon langsung menjawab panggilannya.
📲:Assalamualaikum, Tante. Ada apa telpon Jingga?
📲:Ini anak tante mau bicara sayang. Kalian kenalan sebelum pertemuan nanti malam ya.
Ayudia memberikan ponselnya pada Langit. Melihat senyuman dari raut wajah mamanya membuat Langit merasa sangat tidak tega untuk sekedar mengatakan tidak.
"Ini calon istri kamu. Bicaralah yang baik dengannya" ucap Ayudia sambil memberikan ponsel itu pada Langit
"Langit bawa ponsel mama ke kamar, Ya. Karna biar Langit bisa bicara dengan leluasa"
"Baiklah" jawab Ayudia sambil terus mengangkat kedua sudut bibirnya.
Dengan langkah lebar Langit naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya.
📲:Halo, Tante. Tante masih di sana kan?
📲:Hmm. Ini gue, Langit
📲:Oh, Kak Langit ya. Salam kenal kak. Aku Jingga
📲:Gue gak mau tau. Ingat ya, Gue masih belum siap untuk menikah, Jadi lho harus mengatakan jika tidak mau menerima pernikahan ini.
📲:Kenapa harus aku? Kenapa gak kakak sendiri yang mengatakan pada mereka
📲:Karna gue tidak mau melukai perasaan mama gue!
Setelah mengatakan hal itu, Langit langsung memutuskan sambungan telponnya tanpa mendengarkan jawaban Jingga terlebih dahulu.
Waktu terus berputar. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 19:00. Jingga dan juga ayahnya sudah sampai di restoran tempat mereka membuat janji temu. Sedangkan Langit dan keluarganya masih ada dalam perjalanan.
"Awas saja kalau sampai wanita itu tetep mau menerima pernikahan ini. Gue tidak akan segan segan melakukan hal kasar padanya" ucap Langit dalam batinnya
Tak berselang lama, Mobil itu sudah tiba di depan sebuah restoran yang terlihat banyak pengunjung di dalam.
"Kamu sudah siap bertemu dengan calon istrimu kan, Sayang" ucap Ayudia sambil menoleh pada Langit yang sejak tadi diam saja.
"Iya, Ma"
Setelah itu, Mereka keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam restoran itu. mencari meja yang sudah di katakan oleh Alexander.
"Itu mereka" ucap Pratama sambil menunjuk pada meja keluarga Jingga.
Langit melangkahkan kakinya yang terasa begitu berat. Mengekor di belakang kedua orang tuanya sambil menundukkan wajahnya.
"Maaf ya, Kami telat" ucap pratama pelan
"Tidak masalah. Silahkan duduk
"Langit, Kenalkan, Ini Jingga" ucap Ayudia dan membuat Langit mengangkat wajahnya menoleh pada Jingga yang sudah tersenyum hangat padanya.
Melihat sosok itu membuat Langit terdiam. Jantungnya berdetak sangat cepat. Langit merasakan hal yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Senyum Jingga sudah membuatnya merasakan cinta pada pandangan pertama.
"Kenapa sosoknya seperti bidadari" ucap Langit dalam batinnya sambil terus menatap Jingga tanpa berkedip sedetikpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
kalau udah ketemu pasti beda cerita 🤭🤭
2023-10-14
1
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
Cerita nya bagus sebenarnya kmrin karena misi karya eh ketagihan baca novel nya 🤭🤭
2023-03-30
0
➷𝕯𝖊𝖜𝖎 ๖ۣۜℜin∂u❀
jingga yg selalu menerangi langit semoga langgeng ya
2023-03-29
0