"Ya hujan" gumam Felisa sambil menutup kepalanya dengan tas miliknya.
"Kita berteduh di halte itu dulu ya, Fel" ucap Revan sambil menarik tangan Felisa dan membawanya ke halte yang tak jauh dari tempat mereka.
Felisa mengekor di belakang Revan sambil terus menatap tangannya yang sudah tergenggam sempurna oleh pria itu.
Tak bisa Felisa pungkiri, Jantungnya benar-benar berdetak sangat cepat saat berada di jarak sedekat ini dengan Revan. Bahkan jantungnya berdetak 2x lebih cepat dari pada batas normal pada umumnya.
"Astaga, Kenapa jantungku rasanya mau copot saat di gandeng seperti ini sama Revan. Kenapa wajahnya harus setampan itu" ucap Felisa dalam batinnya yang diam-diam memperhatikan Revan.
"Ya ampun, Wanginya juga bisa membuat aku merasa sangat tenang. Apa iya aku sudah benar-benar mencintainya" batinnya lagi.
Di saat Felisa masih memperhatikan Revan, Tiba-tiba saja pria itu membalikkan tubuhnya dan membuat kedua manik mata mereka bertemu.
Felisa dan Revan saling pandang, Tidak ada yang mau melepaskan pandangan itu, Baik Revan ataupun Felisa.
"Astaga, Posisi ini benar-benar tidak baik buat kesehatan jantungku. Rileks Fel, Jangan sampai Revan menyadari detak jantungmu yang sudah tidak bisa di ajak kompromi" ucap Felisa dalam batinnya sambil mencoba menetralkan detak jantungnya sendiri.
Sedangkan Revan, Pria itu menatap kedua bola mata indah milik Felisa sambil menyibak anak-anak rambut Felisa yang sudah sedikit menutupi wajahnya.
"Bidadari tak bersayap yang ingin aku miliki" ucapnya yang terdengar sangat lembut.
Di Tempat Lain.
Sisil baru saja tiba rumahnya.Ternyata suasana rumah itu masih tetap sama seperti saat dia mau berangkat ke sekolah pagi tadi. Sisil mendekat pada kedua orang tuanya. Menatap raut wajah Daddy nya yang terlihat sangat bingung.
"Dad, Daddy tidak perlu bingung dan panik. Karna Sisil tau apa yang harus Sisil lakukan untuk menyelamatkan Club kita" ucap Sisil dan membuat kedua orangtuanya mengangkat wajah serta langsung menoleh pada Sisil yang sudah mengukur senyum.
"Apa maksud kamu, Sil.? Memangnya apa yang mau kamu lakukan untuk bisa menyelamatkan Club kita?"
"Daddy tinggal duduk manis saja, Biarkan semuanya menjadi urusan Sisil" ucap Sisil dan langsung naik ke lantai atas.
Sepeninggalan Sisil, Mommy nya menoleh pada Daddy nya sambil mengerutkan kening seakan meminta penjelasan.
"Apa yang mau anak itu lakukan ya, Dad?"
"Entahlah, Mom. Tapi semoga saja dia benar-benar melakukan hal yang bisa membuat club kita beroperasi lagi. Karna tempat itu adalah satu-satunya ladang uang kita"
"Bener Dad, Mommy gak mau kalau seandainya kita sampai jatuh miskin. Mau di taruh di mana muka mommy, Malu lah sama teman-teman sosialita Mommy"
"Makanya, Mommy juga ikut bantu dong. Cari tau siapa tuan muda pertama"
"Kita tunggu Sisil saja lah, Dad. Kali aja dia benar-benar punya cara buat Club kita"
"Terserah Mommy saja lah"
Kedua orang tua Sisil memang hanya mengandalkan penghasilan dari Club yang mereka miliki, Sudah memiliki cabang di mana-mana, Namun pusat Club terbesarnya ada di jakarta dan di pantau sendiri oleh mereka.
Mommy nya Sisil adalah salah satu ibu-ibu sosialita yang selalu mengedepankan harga diri, Wanita paruh baya itu selalu ingin menjadi yang terdepan, Di puji dan di sanjung seperti biasanya.
"Mommy pergi dulu Dad, Ada urusan penting yang tidak bisa mommy tinggalkan"
"Urusan apa memangnya Mom?"
"Gak usah kepo" jawabnya dan langsung berlalu dari hadapan suaminya.
******
Jingga dan Langit sudah ada di jalan arah pulang, Di sepanjang perjalanan, Tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Langit fokus mengemudi, Sedangkan Jingga hanya menatap keluar arah jendela sambil memainkan air di sana.
Tiba-tiba saja Jingga meminta Langit untuk menghentikan mobilnya saat melewati sebuah taman yang sda di samping dermaga.
"Stop kak" ucap Jingga sambil menoleh pada Langit.
"Ada apa sayang?"
"Aku mau main hujan, Boleh ya" ujarnya sambil memasang wajah melas di depan Langit.
"Untuk apa, Sayang? Nanti kalau kamu sakit bagaimana?"
"Tidak akan kak, Berdiam di bawah derasnya hujan akan membuat kita melupakan hal yang sudah mengganggu dan membuat pikiran kita tidak tenang. Boleh ya, Kak"
Melihat raut wajah Jingga membuat Langit tidak bisa berkata apa-apa. Istrinya ini memang paling bisa untuk membujuk Langit dan membuatnya tak mampu berkata apa-apa selain kata, Iya.
"Baiklah, Tapi aku juga ikut bersama kamu, Sayang. Kita main hujan sama-sama"
Jingga mengangguk cepat. Kedua sudut bibirnya terangkat sempurna"Boleh boleh kak" ucapnya yang terdengar sangat antusias.
Akhirnya Langit dan Jingga keluar dari dalam mobilnya. Berjalan menuju dermaga di bawah derasnya air hujan dengan tangan yang saling bertautan. Seperti pasangan kekasih yang baru saja jadian.
"Sudah lama aku gak main hujan" ucap Jingga sambil menikmati setiap butiran air hujan yang sudah mulai membasahi tubuhnya.
"Kok asik juga ya sayang main di bawah hujan"
"Iya dong kak, Emang kak Langit gak pernah main di bawah hujan?"
"Gak pernah, Soalnya mama selalu ngelarang aku buat mandi hujan. Dengan alasan takut aku masuk angin dan sakit"
"Jadi ini pertama kalinya kak Langit main hujan?"
"Iya, Sayang"
Tanpa terasa sudah satu jam lebih mereka bermain hujan di sana, Hujan itu pun sudah mulai reda. Langit dan Jingga yang merasa sudah mulai laper memutuskan untuk memakan semangkok bakso yang ada di sana.
kruuukkk.... kruukkk..
"Kamu laper ya sayang?"
"Iya kak, Tadi kan kita gak sempat makan siang. Ini sudah jam 6 sore"
"Kita makan bakso di sana mau gak, Sayang?" ucap Langit sambil menunjuk ke arah warung bakso yang tak jauh dari posisi mereka.
"Mau mau kak, Kayaknya enak habis hujan-hujanan makan bakso yang pedes"
Di Mansion
Sudah lebih 1 jam Samudra menunggu Langit di sana, Namun sampai detik ini belum ada tanda-tanda kepulangan Langit di sana.
"Bi Siti, Emang kak Langit kalau pulang sekolah suka malem ya?" tanya Samudra pada bi Siti
"Biasanya nggk sih Den, Cuma hari ini king Langit sama Queen Jingga belum pulang sampai jam segini"
"Bi, Sam boleh tanya sesuatu gak?"
"Tanya apa atuh Den? Tanya sajalah. Bibik akan menjawab apapun yang den Samudra tanyakan" jawab bi Siti sambil sibuk memotong sayuran di depannya.
"Bagaimana kehidupan kak Langit setelah kedatangan Jingga, Bi?"
"Ya tentu saja king bahagia atuh Den. Ada bidadari yang selalu menemani. Kenapa bertanya seperti itu atuh den?" Tanya bi Siti yang merasa penasaran sambil meletakkan pisau di atas meja. Pandangannya fokus pada Samudra.
"Sebenarnya"
Perkataan Samudra terpotong saat mendengar suara bel pintu utama di sana"Sepertinya ada tamu, Den. Sebentar ya, Bibi buka dulu"
"Iya, Bi"
Bi Siti keluar dari dapur dan berjalan menuju pintu utama dengan Samudra yang mengekor di belakang. Karna merasa penasaran dengan tamunya, Samudra memutuskan untuk ikut serta dan melihat siapa yang datang.
Setelah pintu utama terbuka, Samudra mengerutkan keningnya saat melihat keberadaan Sisil yang sudah berdiri di depan pintu dengan kedua sudut bibir yang terangkat sempurna.
"Sisil, Ngapain lho kesini?" tanya Samudra sambil menatap Sisil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
tuh di tanyain kamu sil, kenapa kesini hay
2023-03-29
1
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
kenapa sisil yang datang ini
2023-03-29
0
ɴᴏᴠɪ
mencurigakan neh si Sisil ngapain datang ke mansion Langit, untung aja disana ada Sam ya..
2023-03-09
0