Memikirkanmu sudah menjadi kebiasaan, memimpikanmu adalah kecanduan, dan mencintaimu adalah konsekuensi yang tak terhindarkan. Walaupun tidak ada hal lain di dunia yang bisa kau percayai, percayalah bahwa aku mencintaimu sepenuh hatiku.
Aku tidak minta bintang atau bulan kepadamu. Cukup temani aku selamanya di bawah terang cahayanya.
Aku butuh kamu seperti jantung membutuhkan detak. Aku menginginkanmu seperti gurun pasir yang mengharapkan hujan.
Aku tahu satu jam itu 60 menit dan satu menit itu 60 detik. Tapi aku tak pernah tahu jika satu detik tanpa kamu itu seperti seumur hidup. Mencintai kamu tidak pernah sebagai pilihan, Itu suatu keharusan yang harus selalu aku lakukan.
Semoga aku akan selalu menjadi hal terindah yang kamu harapkan, Jingga.
~Langit Alvarelza~
"Lama juga kita gak main di sini ya" ucap Faro setelah mereka tiba di Apartemen milik Langit yang dulu biasa mereka gunakan sebagai markas.
"Hooh, Kangen juga sama tempat ini" jawab Rey sambil memperhatikan setiap sudut Apartemen yang masih tetap sama. Tidak ada yang berubah di sana.
Apartemen itu memang sudah sangat lama tidak di tempati, Terakhir mereka datang kesana sehari sebelum Langit mengalami kecelakaan malam itu.
Namun, Biarpun tidak pernah di tempati, Langit selalu mengirim orang untuk membersihkan tempat itu setiap dua hari sekali.
Jingga menatap sekeliling Apartemen, Ini adalah pertama kalinya dia datang ke tempat ini. Selama pernikahannya dengan Langit, Jingga memang tidak pernah di bawa ke sini, Hanyalah mansion satu-satunya tempat yang pernah Jingga kunjungi.
"Selamat datang di apartemen ini, Bidadariku" ucap Langit tepat di telinga kanan Jingga. Tidak ada siapapun yang bisa mendengar itu, Karna Langit mengatakannya sambil berbisik.
"Ini apartemen kamu, Kak?"
"Iya, Sayang. Maaf ya, Selama ini aku belum sempat membawa kamu kesini"
"Tidak masalah, Kak"
"Kalau kamu mau mandi, Mandi saja dulu. Sudah aku sediakan baju di sana"
Mendengar perkataan Langit membuat Jingga mengerutkan kecil keningnya"Baju, Kapan kak Langit menyiapkan untukku?" tanya Jingga pelan.
"Sudah sejak dulu, Sayang. Hanya saja aku yang belum sempat membawa kamu kesini. Karna rencana awal, Aku mau ngajak kamu tinggal berdua di sini, Tapi itu sebelum mama meninggal dan papa koma seperti saat ini" ucap Langit yang terdengar sangat lirih.
"Sabar, Kak. Kita berdoa yang terbaik buat papa ya"
Tanpa terasa dua jam sudah berlalu, Semua teman-teman Langit sudah pada pulang, Begitu juga dengan Olivia dan juga Sisil yang sudah pergi dari sana.
Sedangkan Jingga dengan Langit, Setelah keluar dari apartemen, Mereka berdua langsung menuju ke salah satu pemakanan yang ada di jakarta selatan, Sore ini Langit dan Jingga adakan datang untuk ziarah ke makam sang mama.
Jingga menatap raut wajah Langi yang terlihat sangat sayu, Wanita itu bisa melihat dari kedua sorot mata Langit jika saat ini pria itu sedang tidak baik-baik saja.
"Kak, Are you oke?" tanya Jingga sambil mengusap lengan kiri Langit.
"No, Sayang. Ada satu hal yang terus mengganggu pikiranku"
"Apa itu kak? Jangan pendam semuanya sendiri, Kamu bisa menceritakan apapun itu padaku, Aku ini istrimu kak, Aku akan selalu menjadi support sistem yang akan selalu ada untukmu" ucap Jingga yang terdengar sangat lembut.
Mendengar perkataan Jingga membuat Langit menepikan mobilnya. Pria itu menoleh pada Jingga dengan kedua kata yang sudah berkaca-kaca. Rasanya benar-benar kecewa setelah mendengar apa yang sudah Samudra katakan siang tadi.
"Ada apa, Kak? Aku perhatikan sejak tadi pagi seperti ada sesuatu yang sudah membuatmu sedih. Kenapa?" tanya Jingga sangat lembut.
Cukup lama Langit terdiam, Menatap raut wajah Jingga dan langsung memeluknya sangat erat.
"Ini soal papa, Sayang"
Perkataan Langit membuat Jingga terdiam, Wanita itu teringat akan apa yang di katakan oleh ayahnya kemarin sore. "Tentang papa, Apa jangan-jangan kak Langit sudah tau semuanya" ucap Jingga dalam batinnya.
Akhirnya Jingga memutuskan untuk pura-pura tidak mengerti, Wanita itu membalas pelukan Langit dan membelai lembut rambutnya.
"Ada apa dengan papa, Kak? Apa yang sudah terjadi?"
"Papa selingkuh sayang, Papa sudah mengkhianati mama" ucap Langit yang terdengar sangat lirih.
Jingga terdiam, Ternyata apa yang baru saja dia pikirkan benar adanya. Sikap Langit hari ini ada sangkup pautnya dengan apa yang di ceritakan ayahnya kemarin sore.
Alexander memang sudah mengatakan pada Jingga perihal apa yang sudah dia dengar di rumah sakit. Namun sebelum itu, Alexander sudah mewanti-wanti Jingga untuk tidak mengatakan pada Langit. Dan meminta Jingga agar berpura-pura tidak tau apa-apa.
"Apa!! Kakak gak lagi bercanda kan?" tanya Jingga yang pura-pura tidak tau apa-apa.
"Iya, Sayang. Aku tau semua ini dari Sam, Ternyata selama ini dia sudah tau kalau papa sudah mengkhianati mama dengan wanita lain. Dan lebih parahnya lagi, Mama sudah tau jika papa selingkuh"
"Apa!!"
Untuk kali ini Jingga benar-benar terkejut, Karna memang Jingga tidak tau jika mama mertuanya sebenarnya sudah tau mengenai hal ini.
*******
Di Tempat Lain.
Samudra baru saja tiba di apartemen miliknya yang di berikan oleh Ayudia dengan Pratama tepat di usianya yang ke 16 tahun. Pria itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya. Menatap sebuah foto keluarga yang terlihat sangat bahagia.
"Aku sangat merindukan masa-masa ini" ucapnya sambil terus menatap foto itu.
"Kak, Aku sangat merindukan kebersamaan kita yang kini sudah hilang. Maafkan aku yang sudah mengecewakan mu, Aku benar-benar tidak bermaksud akan hal itu, Kak"
"Seandainya waktu bisa terulang kembali, Mungkin aku akan memilih diam dan tidak melakukan apa-apa jika aku tau semuanya malah jadi begini. Kejadian itu sudah membuat kita yang dulu sangat dekat menjadi berjarak" ucap Samudra lagi.
Samudra memejamkan kedua matanya yang terasa sangat panas, Tanpa sadar satu butir bening itu pun berhasil lolos begitu saja. Dada Samudra semakin terasa sesak saat teringat akan mending Ayudia.
"Ma, Sam sangat merindukan mama. Sam benar-benar merindukan kebersamaan keluarga kita yang dulu sangat membuat Sam bahagia. Biarpun Sam hanya anak angkat, Tapi kalian tidak pernah membeda-bedakan antara kak Langit dengan samudra.
Di saat Samudra masih terus menatap foto itu, Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ada sebuah panggilan masuk dari sebuah kontak yang dia beri nama Kakek Abimana
Melihat nama yang tertera di sana, Samudra mengusap kedua matanya dan langsung menjawab panggilan itu.
📲:Halo kakek.
📲:Halo Sam. Bagaimana kabar kalian? Kakek telpon Langit tapi tak pernah dia jawab. Kalian baik-baik saja, Kan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Jingga tau juga kah tengang papa ya Langit??
2023-05-13
0
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
iiiih kalian bikin iri aku azaaa...
2023-05-13
0
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
kak Langit lagi kecewa kek, dia merasa di bohongin kek🤣
2023-03-09
0