Hanya ada dua waktu aku ingin bersamamu. Sekarang dan selamanya. Aku mencintaimu, bukan hanya karena siapa kamu. Tapi juga karena bagaimana diriku saat bersamamu.
Kamu selalu mampu membuatku bahagia dengan cara yang tak pernah bisa orang lain lakukan. Kamu adalah hal terakhir dalam pikiranku sebelum aku tertidur, Dan hal pertama yang aku pikirkan ketika aku bangun setiap pagi.
Aku membutuhkanmu, karena kamu membuatku tersenyum bahkan ketika kamu tidak di sisiku.
Jingga. Semoga aku selalu menjadi orang pertama yang ada dalam kehidupanmu setelah keluargamu.
~Langit Alvarelza~
Jingga terbangun ketika mendengar suara alarm yang memang biasa dia pasang setiap jam 04:00 pagi. Wanita itu menggeliat pelan, Menatap sosok Langit yang masih setia memeluk erat tubuh mungilnya.
Tanpa sadar kedua sudut bibirnya terangkat sambil terus menatap wajah Langit yang masih damai dan lelap dalam tidurnya. "Kak, Bangun. Kita sholat subuh dulu yuk" ucapnya lembut sambil mengusap pelan rambut Langit.
"Kak, Ayo bangun dulu. Kita sholat subuh dulu yuk, Takut waktunya keburu habis" ucap Jingga lagi saat melihat Langit masih tetap terlelap. Tak merasa terganggu sedikitpun. Yang ada, Pria itu semakin mengeratkan pelukannya terhadap Jingga.
Jingga mengambil nafas pelan sambil memperhatikan sosok yang ada di depannya. Wajahnya masih saja terlihat tampan biarpun sedang tidur seperti ini.
"Astaga, Kenapa kak Langit bisa setampan itu ya. Wajahnya benar-benar sangat tampan" ucap Jingga dalam batinnya sambil terus menatap Langit.
"Ayo bangun, Kak. Nanti kita ketinggalan subuh kalau kak Langit seperti ini terus" ucap Jingga lagi sambil menoel hidung Langit.
"Iya, Sayang. Tapi biarkan kita seperti ini dulu sebentar, ya. Lima menit lagi" jawab Langit dengan suara seraknya.
"Okeey, Tapi hanya lima menit ya, Kak. Setelah itu kakak bangun. Kita sholat subuh dulu"
"Iya, Sayang. Bawel deh bidadariku"
Lima menit kemudian, Langit benar-benar bangun. Pria itu menagkup kedua pipi Jingga" Transfer energi pagi dulu ya, sayang. Energiku pagi ini sangat kurang" ucap Langit sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.
"Ya sudah. Kakak tutup mata"
Langit menuruti perkataan Jingga, Menutup kedua matanya sambil menunggu transfer energi pagi yang biasa mereka lakukan saat sedang bersama.
Cup...Cup...Cup....Cup
"Udah" ucap Jingga setelah mencium kening, Mata dan kedua pipi Langit
"Ada yang kurang sayang"
"Iya kah, Kak. Bukan kah biasanya seperti itu ya"
"Tutup mata, Biar aku contohkan transfer energi yang bener"
Kali ini giliran Jingga yang menutup kedua matanya. Jingga bisa merasakan ciuman Langit yang sangat lembut pada keningnya. di kedua pipinya, Kedua matanya, Dan berakhir mencium bibir Jingga.
"Mulai sekarang transfer energinya kek gitu ya, Sayang"
"Iya, Kak. Sejak kapan di ganti?"
"Sejak hari ini dan seterusnya"
"Yaudah, Kan transfer energinya udah, Sekarang kita sholat subuh dulu ya kak. Takut waktunya sampe abis"
"Iya sayangku. Ayo kita sholat dulu"
Mereka berdua masuk ke dalam kamar mandi, Mengambil wudhu untuk melakukan sholat berjamaah. Setelah keluar dari kamar mandi, Jingga mengambil mukena dan menggunakannya. Sedangkan Langit sudah menyiapkan dua sajadah untuk mereka sholat bersama.
"Sudah siap, Bidadariku?" tanya Langit lembut sambil menatap Jingga yang sudah menggunakan mukena.
"Sudah, Surgaku"
Langit langsung mengambil posisi dan mulai membaca surat alfatihah. Kali ini Langit membacakan surat itu sudah tidak sekaku awal pertama mereka melakukan solat berjamaah. Kali ini suara Langit terdengar sangat merdu. Bacaan lafalnya juga sudah mulai fasih. Sehingga sangat enak untuk di dengarkan.
Tepat di sujud yang terakhir, Langit cukup lama menautkan keningnya dengan sajadah. Tanpa sadar air matanya lolos begitu saja.
Saat sudah mengucapkan salam. Langit duduk bersila, Mengangkat kedua tangannya sambil memejamkan kedua matanya. Berdoa atas apa yang sudah membuat hatinya gelisah.
Ya allah, Tunjukkan jalan terbaikmu. Hamba tau, Engkau tidak akan pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatmu. Bukan nya hamba mengeluh, Tapi jujur saja, Hamba juga lelah dengan semua ini ya allah. Posisi ini cukup sulit.
Terimakasih sudah menghadirkan sosok bidadari yang selalu mampu menenangkan hatiku. Sosok sederhana yang selalu membuat hamba sadar, Jika semua akan berlalu dengan semestinya.
Setelah itu, Langit mengusap kedua matanya yang mulai basah, Menoleh pada Jingga yang masih menutup kedua matanya dengan kedua tangan terangkat.
"Terimakasih sudah menghadirkan sosok luar biasa sepertinya dalam hidupku, Ya allah" ucap Langit dalam batinnya sambil terus menatap Jingga. Merasa sangat bersyukur bisa memiliki istri seperti Jingga. Bukan hanya memiliki wajah yang sangat cantik, Tapi juga memiliki hati yang begitu tulus terhadap orang lain.
Jingga memang orangnya sangat baik, Tidak pernah memilih dalam berteman. Biarpun dia terlahir dari keluarga kaya, Namun Jingga tetap rendah hati dan tidak sombong tentunya.
Banyak yang mengatakan jika kehidupan Jingga sangatlah beruntung. Terlahir dalam keluarga kaya yang begitu mencintainya. Memiliki ayah dan juga abang yang selalu memanjakannya. Namun satu hal yang tak pernah mereka tau, Selama hidup, Jingga tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang itu. Karna ibunya meninggal tepat saat berjuang melahirkan Jingga 17 tahun yang lalu.
Bunda, Jingga sangat merindukan bunda. Kenapa bunda harus tinggalkan Jingga di saat Jingga masih begitu membutuhkan belaian bunda. Semoga bunda selalu bahagia di sana. Biarpun Jingga tidak pernah kenal seperti apa sosok bunda, Tapi Jingga yakin, Bunda adalah wanita yang luar biasa
Setelah itu, Jingga membuka kedua matanya dan menemukan Langit yang sudah tersenyum hangat padanya. Sebuah senyuman yang tentu saja sudah membuat Jingga candu.
Jingga mengambil tangan Langit dan menciumnya cukup lama. Setelah itu, Langit mencium pucuk kepala Jingga sambil membacakan beberapa doa terbaik di sana.
"I Love you so much bidadariku"
"I Love you more, Surgaku"
Satu ucapan yang tak pernah mereka lupakan setelah selesai sholat.
Jika di tanya apakah Langit dan Jingga bahagia? Jawabannya sudah pasti iya. Mereka berdua sama-sama menjadi sosok penguat di saat salah satunya sedang rapuh. Saling memberikan bahu ternyaman untuk tempat bersandar. Menjadi tempat mengeluh di saat sedang terluka.
Memang seperti itulah pasangan. Harus bisa menjadi pelengkap satu sama lain. Menjadi pengobat luka untuk pasangannya.
"Mau sarapan apa, Kak?" tanya Jingga setelah selesai melipat mukena nya kembali.
"Roti sandwich boleh sayang"
"Baiklah, Aku buatkan sekarang ya, Kak"
"Aku bantuin sayang. Kita buat sama-sama"
Jingga mengangguk sambil mengangkat kedua sudut bibirnya. Melangkah keluar dari dalam kamarnya dengan tangan yang saling bertautan. Senyum merekah terukir jelas dari bibir mereka berdua. Sangat terlihat jelas jika mereka bahagia.
Bi Siti yang melihat kedatangan Jingga dan juga Langit dengan wajah seperti itu membuat bi Siti ikut mengangkat kedua sudut bibirnya.
"Semoga kalian bahagia selamanya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Widya Sari SE
Aamiin🤲☺
2024-08-28
1
🏘⃝Aⁿᵘ🦆͜͡ ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸTIK𝐀⃝🥀
duhhh pengen dehhh 🤭
2023-03-30
1
🏘⃝Aⁿᵘ🦆͜͡ ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸTIK𝐀⃝🥀
masih kurang padahal udah semalam 🤭
2023-03-30
1