Mama iren tersenyum senang karna melihat dua menantunya sudah siap. Mama iren menarik tangan Yana dan Nata keluar dari rumah.
Gabriel menahan tangan Yana yang sudah di tarik mama iren.
"Kenapa lagi sih, El. Yana mama bawa cuman sebentar nggak sampai sebulan." Kesal mama iren melihat Gabriel yang terlalu posesif.
"Jagain Yana, jangan sampai ia pulang dalam keadaan terluka." Tegas Gabriel tak ingin istrinya terluka.
Papa arsan dan Rey tertawa melihat Gabriel yang begitu mendrama.
Mama iren memukul tangan Gabriel dengan cukup keras. "Mama nggak ngebawa istri kamu ke Medan perang, mama cuman bawa ke tempat arisan."
"Biarkan saja, El. Mama nggak akan ngelukai menantunya." Papa arsan berucap saat sudah menghentikan tawanya. Sedari tadi hanya Gabriel saja yang banyak drama saat istrinya di ajak oleh mama iren.
Keposesifan Gabriel menjadi gelak tawa yang melihatnya. Dramanya terlalu berlebihan.
Rey geleng-geleng kepala melihat adiknya yang begitu takut. Bahkan awal menikah Gabriel terlihat ogah-ogahan, sekarang kenapa menjadi posesif akut.
"Mas El, jangan kek gitu. Yana bakal baik-baik saja." Yana berucap lembut sambil mengelus lengan Gabriel.
"Gitu aja kok repot. Padahal nggak di bawa pergi selama sebulan udah ngereog kamu." Ketus mama iren menatap anak bungsunya. Entah kenapa mereka berdua malah menjadi musuh bebuyutan.
Gabriel melepaskan tangan istri kecilnya. Daripada masalah makin panjang lebih baik mengalah dan diam. Tak ada gunanya juga menghalangi istrinya pergi bersama mamanya. Mamanya tak akan menyakiti Yana. Apa yang harus membuatnya khawatir.
"Gitu dong, mengalah. Mama juga nggak setiap hari ngajak istri kamu pergi. Liat itu Rey nggak ada drama saat mama mengajak nata." Mama iren mendengus. Sikap anaknya sekarang terlalu berlebihan saat mencintai wanita, Pikirnya.
Mama iren, Yana dan nata keluar dari mension. Drama Gabriel menghalangi istrinya pergi akhirnya selesai.
*******
Mama iren berjalan dengan anggun saat sudah sampai di puncak tempat acara. Ia berjalan di tengah di antara dua menantunya.
Yana melihat tempat acara yang begitu meriah. Sudah banyak orang yang datang menghadiri acara arisan yang di laksanakan. Semua makanan sudah tertata rapi di atas meja berjejer.
"Halo jeng, apa kabar." Sapa seorang wanita yang berada di hadapan mama iren.
"Hai jeng, Alhamdulillah kabar aku baik." Mama iren cipika-cipiki bersama dengan wanita baya di hadapannya.
"Mereka manantu kamu, jeng?" Tanya wanita baya itu menatap Yana dan Nata bergantian.
Mama iren mengangguk. "Ini Yana istirnya Gabriel anaknya jeng Wina, dan ini Nata istrinya Rey." Mama iren memperkenalkan Yana dan Nata bergantian. "Ini Tante gina." Lanjut mama iren memperkenalkan teman arisannya.
Nata dan Yana menyalim tangan gina.
"Anaknya jeng Wina pasti cantik yah, jeng." Gina mengelus lengan Yana dengan lembut.
"Sudah pasti cantik. Menantu aku itu cantik-cantik." Mama iren memuji membanggakan menantunya.
"Sudah pasti, anak mu saja tampan-tampan." Pujinya.
"Makasih, jeng. Kalau begitu saya menyapa yang lain dulu yah."
Gina mengangguk membiarkan mama iren berjalan menyapa semua tamu.
Yana sudah menemani mama iren menyapa semua teman-teman arisannya. Matanya berkeliling melihat semua orang yang hadir, banyak ibu-ibu yang membawa anaknya ikut serta dalam acara.
"Lihat apa?" Tanya Nata.
Yana balik melihat Nata, kepalanya menggeleng cepat. "Nggak ada."
"Apa kamu nyaman disini?" Tanya Nata melihat sekeliling orang.
Yana tersenyum di balik cadarnya. "Lumayan."
Yana dan Nata berbincang-bincang berdua sebelum ada seorang wanita yang membuat fokusnya teralihkan.
"Hai Tante." Sapa seorang wanita dengan suara lembut.
"Hai." Balas mama iren singkat.
Wanita itu duduk didekat mama iren tanpa di suruh.
"Tante apa kabar?"
"Baik." Mama iren masih menjawab singkat.
Wanita di samping mama iren tersenyum kecut melihat calon mama mertuanya begitu cuek.
"Dia siapa?" Tanya Nata berbisik pada Yana.
Yana mengalihkan tatapannya melihat Nata. "Mantan kekasih mas El." Bohong Yana, ia tak ingin merusak nama baik suaminya jika ia jujur.
"Apa dia akrab sama mama?" Nata melihat gerak gerik wanita di samping mertuanya.
Yana mengangkat bahunya cuek. Ia tak tau seakrab apa kekasih suaminya dengan mertuanya.
"Namanya siapa? Sepertinya aku pernah melihat dia. Tapi lupa dimana." Nata melihat begitu intens wajah yang tak asing di matanya.
"Tasya, dia seorang model."
Nata mengangguk paham. Pantas wajahnya tak asing di pandangannya. Ternyata seorang model yang pernah ia lihat di ponselnya.
"Tante mau makan apa? Biar Tasya yang ambilin." Tasya menawarkan diri untuk mengambil keinginan calon mama mertuanya. Ia harus kembali mengambil hati wanita di sampingnya itu.
Mama iren menggeleng. "Nggak usah, makasih."
"Tante mau apa?" Tasya terus berusaha merayu mama iren.
Mama iren menggeleng. Ia tetap cuek pada Tasya yang begitu gencar mencari perhatiannya.
Tasya meringis kecil karena mendapat penolakan dari mama iren. Perasaan kesal menguasai hatinya. Kalau bukan karena bisa masuk ke dalam keluarga wanita di hadapannya, ia tak akan pernah mau mengemis seperti ini. Ia butuh keuntungan dari keluarga kekasihnya.
Tasya bisa datang ke acara ini, karna di ajak oleh sahabatnya. Bukan karna kebetulan, ia hanya ingin ketemu dengan mama iren untuk membuat dirinya semakin akrab.
Yana berdiri dari duduknya. Ia ingin pergi ke toilet terlebih dahulu karena kebelet.
"Ma." Panggil Yana membuat mama iren dan Tasya menatapnya.
"Kenapa sayang." Ucap mama iren dengan lembut. Membuat Tasya mendengus kesal mendengar suara lembut mama iren pada Yana.
"Yana mau ke toilet sebentar."
Mama iren mengangguk. "Taukan toiletnya dimana?"
"Tau ma."
Mama iren mengangguk mengiyakan keinginan Yana untuk ke toilet.
"Mau di temenin?" Tanya Nata pada Yana.
Yana menggeleng. "nggak usah, temenin mama aja disini."
Nata mengangguk. "Ya udah kalau gitu, hati-hati yah."
Yana berjalan ke arah toilet. Ia tau letak toilet di tempat ini, karena dulu ia sering kesini bersama mami dan papinya. Sekarang, maminya tak bisa datang ke acara arisan ini karna harus ke luar negri.
Setelah selesai dengan urusannya di toilet, Yana keluar. Tempatnya sepi karna jauh dari tempat acara.
Belum berapa langkah kakinya berjalan, ia sudah berhenti saat seseorang menghalanginya. Yana mengangkat wajahnya menatap wanita di hadapannya.
"Kenapa?" Tanya Yana menatap Tasya yang tersenyum remeh melihatnya.
Tasya memutar matanya malas. Yana manusia pertama yang harus ia basmi agar tak menjadi penghalang untuk bisa bersama Gabriel.
"Lo nanya kenapa sama gue? Liat diri lo yang sok suci." Tasya berdecih. Tangannya memegang jilbab panjang yang Yana pakai.
Yana mundur membuat tangan Tasya terlepas.
"Saya tak punya urusan sama anda." Yana ingin melenggang pergi. Tetapi, langkahnya kembali di halangi Tasya.
"Siapa yang bilang lo nggak punya urusan sama gue? Saat lo menikah sama Gabriel lo udah berurusan sama gue." Tasya ingin menjambak jilbab Yana, tapi tangannya lebih dulu di tahan.
"Lo berani yah sama gue." Kesal Tasya menarik tangannya.
"Bukan berani, saya hanya menghindar karna anda ingin berbuat kasar sama saya."
Ucapan Yana membuat Tasya menggeram. Wanita di hadapannya selalu membuatnya naik pitam.
"Jangan karna lo udah di dukung sama Tante iren, lo udah bangga. Pernikahan lo sebentar lagi selesai."
Yana tak merespon apapun. Tak perlu seribu kali ia di ingatkan dengan pernikahannya. Sekali saja sudah cukup untuk ia sadar diri.
"Terima kasih sudah di ingatkan."
Yana sudah ingin pergi. Tanpa ia duga Tasya membuka cadarnya membuat dirinya menunduk.
Tasya tertawa melihat Yana menunduk karna cadarnya terlepas. Ia senang saat melihat Yana yang gemetar.
Nata dengan cepat menarik rambut Tasya ke belakang saat melihat cadar Yana terbuka. Dirinya sampai iri saat melihat wajah imut dan cantik milik Yana.
"Aukh." Rintih Tasya saat rambutnya di tarik sangat kencang.
Gabriel yang melihat Tasya berbuat kasar pada istrinya dengan cepat kakinya mendekat. Ia menggeram, emosinya memuncak melihat istrinya tak di perlakukan baik.
Rey hanya menatap dari jauh pertikaian yang terjadi. Wajah adik iparnya sungguh menggemaskan membuat jantungnya berdebar sangat kencang. Wajah mantan calon istrinya begitu mempesona. Matanya terus menerus menatap Yana yang menunduk tanpa cadar. Ia tak memperdulikan kekerasan yang di lakukan istrinya.
Saat mata Tasya melihat Gabriel yang mendekat, dengan cepat tangannya mendorong Nata sampai ia tersungkur jatuh ke tanah. Kakinya berjalan cepat menghampiri Gabriel dan memeluk tubuh tinggi dan kekar itu.
Tasya menangis agar menarik perhatian Gabriel. Tapi, bukan perhatian yang ia dapat, malah dorongan yang sangat kuat membuat ia ikut tersungkur ke tanah. Ia shock melihat kekasihnya mendorongnya, apalagi wajah merah penuh emosi terlihat di raut wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Mhammadhadi
👍
2023-03-07
0
merry jen
loh ko Rey gab PD nysull mm iren kepuncakkk......aduh Rey UD nyeslll kmuu UD nolk Yana ternyta dbalik cadarr ad wajah cantik dan imutt nata ajj smpaii irii gmn kmu yg seorg cwoo
2023-03-05
1
Sumarni Oneng
jng sampe rey jatuh cinta sama yana ,kasian nata,walaupun dia nikah kontrak sm rey
2023-03-05
0