Pelayan pria masuk ke dalam ruangan mereka membawa nampan yang tertutup di tangannya. Nampan itu di letakkan di tengah meja bundar. Novi tak sabar dengan kejutan yang sudah ia siapkan.
"Yan, buka gih." Ucap Novi menatap Yana.
Yana menoleh ke arah Novi. "Kan semua makanan belum datang, nanti aja nunggu makanan lainnya sampai." Yana pikir isi dalam nampan itu adalah makanan.
"Kalau ini buka sekarang Yana ku sayang, ini kejutan untuk kamu."
Yana bergantian menatap Novi dan juga nampan yang ada di atas meja. Sebenarnya ia penasaran dengan isi yang ada di dalam sana, tapi mengingat Novi dulu sering menjahilinya membuatnya takut.
Novi mengangguk saat Yana menatapnya, mengiyakan untuk cepat membuka isi nampannya.
"Buka aja." Titah Novi.
"Bukan hal aneh-aneh kan?" Yana menaikkan satu alisnya bingung.
"Bukan, sejak kapan aku melakukan hal aneh-aneh sama kamu."
"Dulu kamu sering menjahili ku. Aku takut membukanya." Novi terkekeh mendengar ucapan Yana. Ia mengingat semua kelakuannya pada Yana dulu yang sering mengerjai Yana.
Belum juga Novi menjawab perkataan Yana. Gabriel sudah lebih dulu membuka penutup nampan untuk melihat isinya. Ia mendahului Yana membuka hadiahnya karna malas melihat drama yang tak jelas hanya karna isi nampan yang di tutup.
Yana menatap isi dari nampan itu, terdapat sepatu bayi warna biru, amplop dan juga benda pipi. "Mas El kenapa di buka hadiahnya? Kan itu buat Yana." Yana menegur Gabriel yang sudah mendahuluinya.
"Lama." Jawab Gabriel singkat. Matanya mengarah pada nampan di hadapannya.
Novi dan Heri tertawa melihat tingkah Yana dan juga Gabriel yang begitu lucu. Tak lupa juga arka yang ikut meramaikan suasana saat mendengar orang tuanya tertawa.
Tangan Yana meraih sepatu bayi dan juga benda pipi untuk ia lihat. Terdapat garis 2 terpampang di benda pipi itu. Matanya membulat sempurna karna terkejut.
"Nov, kamu hamil lagi?" Tanya Yana menatap sahabatnya.
Novi mengangguk mengiyakan. "Pas awal tau hamil sebenarnya aku mau ngasih tau kamu. Tapi, aku mikir lagi lebih baik aku kasih kejutan aja saat aku pulang."
Gabriel hanya menatap tangan Yana yang memegang sepatu bayi. Perasaan aneh muncul di benaknya. Entah, ia ingin atau tidak. Melihat tangan istrinya memegang sepatu bayi, ia merasa ingin mencobanya.
"Arka belum jalan, dan Alhamdulillah di kasih rejeki lagi sama Allah."
"Alhamdulillah. Kamu juga harus cepat-cepat."
Yana tak menanggapi ucapan Novi. Ia menganggap itu hanya angin lalu. Matanya tetap menatap testpack yang tangannya. Meneliti garis dua yang terlihat jelas. Ia ingin membayangkan mempunyai anak bersama Gabriel, tapi, yah sudahlah itu tak akan terjadi.
Setelah makan mereka berbincang-bincang dengan sesekali tertawa.
Gabriel hanya sesekali menimpali percakapan yang menurutnya penting untuk mengeluarkan suara.
******
Seminggu telah berlalu.
Pernikahan tertutup sedang di langsung kan di rumah suaminya. Rey dan Nata menikah secara diam-diam. Hanya beberapa kerabat dan sahabat Rey yang hadir.
Yana menatap pengantin wanita yang sedang duduk di samping kakak iparnya. Pakaian pengantin Yang sederhana menghiasi tubuhnya, sangat indah di pandang mata. Apalagi makeup natural membuat pengantin wanitanya sangat cantik.
"Menantu mama cantik-cantik yah." Puji mama iren yang duduk di samping Yana dan juga mami wina. Mama iren mengelus lengan Yana dengan lembut.
"Mama juga cantik." Puji Yana menatap mertuanya.
"Makasih sayang." Mama iren menyubit pipi Yana gemas.
"Nggak nyangka yah jeng kalau kita udah tua, anak-anak kita sudah besar, sudah punya keluarga sendiri." Celetuk mami Wina sedih menatap Yana anak semata wayangnya.
Yana memeluk mami Wina erat. Rasanya peluk saja tak cukup untuk mengobati rasa rindunya setelah berjauhan berhari-hari. Selama ini ia tak pernah sekalipun jauh dari orang tua angkatnya.
"Makasih untuk kebahagiaan yang sudah mami berikan pada Yana." Ucap Yana serak. Matanya berkaca-kaca siap mengeluarkan air mata.
"Mami yang terima kasih pada Yana karna sudah hadir di kehidupan mami. Sudah menjadi anak baik untuk mami dan papi."
Yana mengangguk. Air matanya sudah siap untuk meluncur, hanya saja tangan mami Wina lebih dulu menghapusnya.
"Jangan nangis, nanti jelek." Mami Wina terkekeh. Ia tak ingin sedih di hadapan anaknya. Walaupun ia juga sangat rindu dengan anak semata wayangnya.
"Yana mau ke belakang dulu, mi, ma." Yana berpamitan ingin ke toilet belakang dapur. Mami Wina dan mama iren hanya mengangguk saja.
Yana keluar dari toilet saat selesai melakukan urusannya. Ia berjalan menyusuri rumah untuk mencari suaminya, sedari ia keluar kamar tak sekalipun ia melihat sosok Gabriel.
Saat menyusuri halaman belakang rumah, Ia tak sengaja mendengar suara seseorang yang berbeda jenis sedang berdebat. Yana menghentikan langkahnya. Bukan bermaksud menguping. Hanya saja suara pria yang berdebat itu ia kenali.
"Kenapa aku di larang datang ke acara ini, by?" Teriak seorang wanita.
"Aku tak ingin berdebat, sya."
"Tapi kenapa? Kenapa kamu berubah setelah menikah? Kamu nggak cinta lagi sama aku?" Tasya mengecilkan volume suaranya.
"Aku cinta sama kamu, tapi bukan sekarang kita membahas ini."
"Kalau kamu cinta sama aku ya sudah ceraikan istri kamu, by."
"Aku nggak ingin membahas itu sekarang, sya." Gabriel merasa bersalah dengan perasaannya. Ia tak tau jalan apa yang harus ia ambil. Hatinya merasa nyaman bersama istrinya. Tapi, disisi lain ia punya kekasih yang ia sayang.
"Sampai kapan kamu lari dari masalah ini, by? Kamu harus memilih aku atau dia. Ceraikan dia, by. Ceraikan dia, kalian baru bersama beberapa hari, maka dari itu lepasin dia."
"Aku nggak bisa menceraikannya sekarang, sya. Nggak tau kalau nanti." Gabriel bingung harus memilih siapa antara kekasih atau istri kecilnya. Pikirannya kacau kalau di hadapkan pada 2 wanita yang hadir di hidupnya.
"Kamu akan menceraikannya?" Tanya Tasya memastikan kekasihnya untuk menceraikan istrinya.
Gabriel hanya mengangguk. Tanpa tau kalau sedari tadi Yana melihat semuanya. Tak lagi bersembunyi di balik tembok.
Perasaan Yana terasa tertusuk. Entah, pilihan hatinya salah atau tidak. Tapi, ia sudah terlanjur sakit.
Sakit karna di lukai cinta pertamanya. Melihat suaminya lebih memilih orang lain membuatnya merasa cemburu. Hatinya tak rela melihat Gabriel yang bersama wanita lain. Tapi, ia tak bisa memaksa perasaan Gabriel yang tak berpihak padanya.
Yana tetap berdiri di belakang Gabriel dan terus menatap nanar punggung suaminya. Hancur sudah hatinya karna terlalu cepat luluh. Matanya berkaca-kaca karna luka yang baru pertama kali ia rasakan, mencintai lawan jenis. Walaupun halal baginya, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan.
"Sekarang kamu pulang. Ini bukan waktunya kamu datang kesini." Usir Gabriel pada kekasihnya.
"Aku nggak mau, aku juga mau ketemu sama mama kamu." Tasya memegang tangan Gabriel dengan manja. Matanya melirik wanita yang sedari tadi melihat mereka. Ia sengaja melakukan itu untuk memanas-manasi istri kekasihnya.
Gabriel melepaskan pegangan tangan Tasya. "Nggak sekarang, sya."
"Aku nggak mau, by. Aku mau ketemu mama kamu." Tasya tetap kekeh dengan pendirian untuk bertemu calon ibu mertuanya, suaranya di buat manja pada Gabriel.
Gabriel mengusap wajahnya dan berbalik. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah istri kecilnya yang tertutup cadar, matanya sayu dan berkaca-kaca. Gabriel tertegun melihat istrinya berdiri di belakangnya.
"Sayang kamu kenapa?" Tanya Tasya memegang tangan kekasihnya. Gabriel tak menjawab, ia masih menatap mata sayu milik wanitanya. Ada rasa perih, tapi berusaha ia tepis.
"Saya-saya, ingin anda cepat mengurus surat cerai kita." Ucap Yana serak dan menatap dalam mata Gabriel. Ia sudah hancur karena perasaannya, hancur pada cinta pertamanya.
Gabriel hanya diam menatap Yana dengan perasaan sakit yang tiba-tiba muncul di hatinya. Apalagi saat mendengar ucapan istrinya yang menyuruhnya mengurus surat cerai secepatnya. Hal itu sungguh menyiksa pikirannya.
"Maaf kalau saya lancang mendengar ucapan kalian." Yana menunduk agar tak terlihat lemah di hadapan suaminya. "Kalau begitu saya permisi." Lanjutnya berjalan menjauh.
Gabriel ingin mengejar istri kecilnya. Ia tak ingin ada kesalahpahaman antara ia dan Yana.
"Mau kemana, by." Tanya Tasya menahan tangan Gabriel agar tak pergi. Di luar dugaan Gabriel menepis tangannya dan berjalan menjauh dari hadapannya. Tasya kesal melihat Gabriel memilih mengejar istrinya daripada memilih tinggal bersama dirinya.
Tasya menyeringai. Dalam pikirannya sudah terpikirkan hal menarik untuk ia lakukan. Ia tak ingin datang sia-sia kerumah kekasihnya. Apalagi ia meninggalkan pekerjaannya hanya demi bisa bertemu keluarga kekasihnya. Apalagi ada berita menarik ia dapatkan. Membuatnya merasa senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sumarni Oneng
kamu bakalan menyesal gabriel maumenceraikan yana
2023-02-26
0