"Mau makan apa? Nanti gue pesenin makanan buat lo, makan di sini aja." Tanya Gabriel tanpa melihat yana. Walaupun wanita itu sudah memakai cadar, tapi bayangan wajah itu sudah tercetak jelas di pikirannya. Mengganggu pikirannya.
"Makan di bawah saja. Tadi saya sudah bilang di mami mau ikut makan sama mereka." Jawab Yana gugup. Perasaan malu masih menyelimuti dirinya.
Gabriel melihat sang istri dan menaikkan sebelah alisnya bingung. "Dengan kaki lo yang seperti itu emang bisa?"
Ucapan Gabriel terdengar remeh di telinga Yana. Membuat Yana terasa tertantang. Ia mengangkat wajahnya menatap Gabriel dengan kesal.
"Kenapa nggak bisa? Anda meremehkan saya?" Yana berkacak pinggang di hadapan Gabriel.
Gabriel melihat tingkah sang istri merasa gemas. Dirinya merasa ingin mengangkat tubuh kecil itu lagi.
"Kaki lo masih sakit."
"Nggak kok. Luka begini udah biasa." Sombong Yana.
"Coba jalan." Titah Gabriel yang terus menatap tubuh yana dari atas sampai bawah. Gabriel menelan ludahnya cepat. Bayangan tubuh itu kembali terbayang. Membuat ia menggeleng agar bayangan itu hilang.
Yana berjalan ke arah Gabriel dengan tertatih. Perihnya masih terasa, tapi kalau berjalan masih bisa ia paksakan.
Gabriel melihat alis Yana yang berkerut menandakan kalau wanita itu kesakitan.
"Nggak usah di paksa kalau nggak bisa." Ketus Gabriel melihat Yana yang begitu ngeyel.
"Saya bisa kok." Jawab Yana yang tetap kekeh mau makan bersama keluarganya dan juga keluarga suaminya.
"Terserah." Gabriel merasa jengkel melihat kelakuan istrinya yang tak patuh dengan perintahnya. Bagaimana nanti kalau mereka tinggal berdua pasti istrinya akan seenaknya dan akan membantah ucapannya. Memikirkan itu Gabriel makin di buat jengkel.
"Turun." Titah Gabriel.
Yana yang mendengar itu mengernyitkan alisnya. Ia merasa bingung dengan perintah sang suami.
"Turun kemana?" Tanya Yana.
"Katanya mau makan di bawah, ya ayok turun." Kesal Gabriel. Selain tak patuh ternyata dia juga bodoh. Pikirnya.
Yana tertawa. Sebenernya ia kesal mendengar titah sang suami yang kurang kata. Tapi tak ingin mengatai gabriel, membuat ia tertawa saja untuk menghilangkan kekesalan pada suaminya yang cuek ini.
Gabriel yang mendengar suara tawa Yana merasa gemas. Membuat kesalnya menghilang hanya mendengar tawanya. Ingin sekali ia melihat wanita itu tertawa tanpa cadar. Ia ingin melihat wajah imut itu tersenyum.
"Gila." Ucap Gabriel tetap ketus.
"Biarin."
Gabriel geleng-geleng kepala mendengar jawaban sang istri. Mengiyakan perkataan untuk dirinya.
********
"Udah dibilangin makan di kamar aja tetap aja ngeyel." Kesal Gabriel melihat Yana yang berjalan tertatih. Ia ingin menggendong tubuh itu. Tapi Yana melarangnya. Mengatakan kalau ia malu di gendong di tempat umum.
"Saya bisa kok, sakit begini masih bisa saya tahan." Yana menatap wajah kesal Gabriel dengan senyum. Laki-laki ini walaupun cuek dan dingin ia masih perhatian dengannya.
"Selain membantah, apalagi kelebihan lo?" Gabriel memegang tangan Yana membantu wanita itu jalan. Ia juga tak rela melihat Yana berjalan begini.
"Ntah." Jawab Yana.
"Cih."
Setelah lama berjalan, akhirnya sepasang suami istri itu sampai juga di tempat VIP hotel yang sudah di booking keluarga Gabriel. Tempat yang di pakai untuk sarapan mereka sebelum pulang.
Semua mata menatap ke arah Gabriel dan juga Yana. Membuat 2 orang yang di tatap itu menunjukkan tatapan bingung.
Semua yang berada dalam ruangan itu senyum-senyum melihat Yana yang berjalan tertatih. Pikiran mereka sudah mengarah jauh. Memikirkan jika Gabriel terlalu semangat melakukan malam pertama.
Apalagi pikiran Rey. Ia tersenyum simpul melihat Gabriel yang menatapnya aneh. Adiknya itu ternyata munafik. Bilangnya nggak mau tapi, nyatanya istrinya sudah susah berjalan. Ingin rasanya ia tertawa.
"Ternyata Gabriel ganas yah." Ucap Rey memecah keheningan karna pikiran mereka masing-masing.
Para orang tua tertawa mendengar ucapan Rey.
"Berapa ronde?" Tanya Rey lagi.
Yana menatap Gabriel meminta penjelasan dari perkataan pria yang seharusnya menjadi suaminya sekarang menjadi kakak iparnya.
Yana mencolek pinggang Gabriel agar pria itu menatapnya. Gabriel yang merasakan pergerakan di pinggangnya menoleh ke kanan. Menatap Yana. Ia mengangkat bahunya acuh.
"Kami mau makan. Jangan membahas yang aneh." Ucap Gabriel membantu Yana duduk di kursi sebelahnya.
Rey dan para orang tua mengangguk mengerti.
"Iya mari makan, kayaknya El kekurangan tenaga setelah bertempur." Ucap papa arsan menginterupsi keluarganya agar makan.
Bertempur apaan, kalau jatuh iya. Batin Gabriel kesal.
Yana yang mendengar itu hanya diam. Ia tak mengerti apa yang di ucapkan mereka. Bertempur dan berapa ronde ia tak mengerti. Pikirannya belum sampai untuk mengerti maksud mereka.
Mereka sarapan dengan tenang. Tak ada yang saling berbicara. Hanya dentingan sendok yang terdengar.
Setelah selesai. Mereka melanjutkan perbincangan yang sempat tertunda karena kedatangan pengantin baru.
"Oiya Yana, mama mau perkenalkan menantu mama yang satu lagi." Ucap mama iren membuat Yana menoleh ke arahnya.
Yana melihat arah tangan mama iren yang menatap seorang wanita di samping mantan calon suaminya. Wanita yang cantik dan lebih tinggi darinya.
"Ini calon istri Rey. Maaf yah karna hal ini terjadi sama kamu." Mama iren merasa bersalah terhadap menantu dan juga besannya. Untung besannya sangat baik dan pengertian. Tak mempermasalahkan hal itu. Bahkan papi Anton dan mami wina juga yang menasehatinya untuk menerima calon istri rey. Takdir tak boleh di salahkan.
"Nggak apa-apa ma." Yana tersenyum di balik cadarnya.
Yana mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Nata menyambut itu dengan senang. "Yana."
"Nata."
Yana melepaskan tangannya.
"Selamat yah atas pernikahan mba Yana." Ucap nata dengan riang.
"Makasih."
Gabriel yang mendengar selamat keluar dari mulut calon kakaknya berdecih. Ia tak suka karna wanita itu ia harus menikah sama orang asing. Bukan dengan kekasihnya.
"Oiya, kalian tinggal sama mama yah." Mama iren menggenggam tangan Yana.
"Kalau aku tergantung mas Gabriel ma." Yana menjawab malu-malu. Ia tak tau harus memanggil apa suaminya di hadapan orang lain. Mereka tak seakrab itu.
"Panggil mas El aja. Mama biasa memanggilnya El." Yana mengiyakan ucapan mama iren.
"El tinggal sama mama yah."
"Nggak ma, El mau tinggal di apartemen aja." Gabriel menjawab dengan cuek. Ia malas membahas apapun itu.
"Kenapa?" Mama iren tak patah semangat agar Gabriel bisa tinggal di rumahnya. Ia ingin punya teman. Ia ingin menantunya menemani harinya.
Gabriel hanya menaikkan bahu.
"Biar kan dia mandiri jeng. Kalau El mau tinggal berdua sama istrinya, biarkan." Ucap mami Wina memberi tahu sang besan keinginan Gabriel.
"Iya, biarkan dia mandiri sama keluarganya. Jangan ikut campur. Mereka pasti ingin belajar menerima satu sama lain." Papi Anton menimpali. Ia tak masalah dengan kemauan menantunya.
"Itu benar ma. El pasti tak mau di ganggu malam pertama terus." Papa arsan tertawa.
Rey dan nata juga ikut tertawa kecil karna mendengar perkataan papa arsan.
Gabriel yang mendengar itu memutar bola mata malas. Mana ada malam pertama. Yang ada malam menyiksa. Menyiksa dirinya yang tak bisa menyentuh tubuh kecil di sampingnya ini.
"Ya sudah kalau itu mau El, mama ingin El jaga menantu mama, jangan buat dia menangis, kalau sampai itu terjadi mama bakal pukul kamu." Mama iren pasrah dengan keinginan sang putra keduanya.
Gabriel mengangguk. Apa yang bisa ia lakukan dengan pernikahan yang tak di inginkannya ini.
"Yana inget kata-kata papi ya. Jangan membantah kata suami harus dengar apa yang suami Yana katakan. Kalau mau keluar kemanapun minta izin sama suami dulu." Mami Wina mengelus wajah sang anak dan mengingatkan kembali yang suaminya katakan.
"Iya mi, Yana bakal patuh sama suami." Ucap Yana tersenyum malu dengan ucapan terakhirnya.
Gabriel mendengus.
Baru aja anak anda membantah saya, tak patuh sama ucapan saya, bagaimana kedepannya yang ada dia bakal membangkang sama saya. Batin Gabriel kesal.
Mereka melanjutkan perbincangan mereka, dan sesekali tertawa. Nata juga mulai membiasakan dirinya berada di keluarga calon suaminya.
Walaupun ia masih melihat kekesalan di mata mama iren, setidaknya ia harus bersabar. Pernikahan yang ia jalani hanya sementara. Ada kontrak yang sudah ia tanda tangani untuk pernikahannya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
vi✠ᵛᶜʳ
wah
2023-02-11
0