Yana melangkah memasuki perusahaan besar GB grup. Perusahaan besar milik suaminya. Kakinya melangkah dengan anggun menuju meja resepsionis. Ia punya janji temu dengan suaminya. Ia datang tanpa memberi tahu Gabriel kalau dirinya sudah berada di perusahaannya.
"Permisi." Sapa Yana dengan sopan saat berada di depan resepsionis.
"Ada yang bisa saya bantu?" Jawab wanita di hadapannya.
"Saya ingin bertemu dengan tuan Gabriel."
"Apa anda sudah membuat janji." Wanita itu tersenyum ramah menatap Yana.
Yana mengangguk. "Iya." Yana tersenyum di balik cadarnya. Walaupun senyumnya tak terlihat, tapi matanya mengatakan kalau ia sedang senyum.
"Uhkm." Dehem seseorang dari arah belakang Yana.
"Pagi tuan." Tunduk 3 wanita di sebrang meja resepsionis saat melihat kakak dari bosnya.
Yana berbalik dan melihat Rey yang juga menatapnya. Tapi, hanya berselang beberapa detik Yana sudah mengalihkan tatapannya.
"Apa kau ingin menemui Gabriel?" Tanya Rey dengan penuh wibawa. Di sampingnya terdapat seorang pria berkacamata menatap Yana.
Yana kembali menatap Rey dengan bingung. "Anda berbicara sama saya?" Tanya Yana menunjuk dirinya.
Rey yang menatap Yana sedari tadi merasa gemas. Siapa lagi kalau bukan dirinya.
"Ya." Rey menjawab singkat.
Yana hanya mengangguk tanpa menjawab.
"Kalau begitu ikut saya. Kebetulan saya juga ingin menemui adik tersayang ku." Rey tersenyum manis mengajak Yana bersamanya.
Yana mengikuti langkah Rey mengarah lift.
"Saya akan naik lift berbeda dengan anda, ruangan mas El lantai berapa?" Tanya Yana berhenti pada salah satu lift yang bertuliskan lift karyawan. Ia tak ingin berada di ruangan bersama lelaki lain.
Rey mengangguk kagum menatap Yana. 'Ahhh,, Ternyata kau begitu lucu.' batin Rey.
"Di lantai 21."
********
Tok...tok...tok
Yana mengetuk pintu. Matanya mengelilingi tempat luas yang hanya terdapat 2 ruangan. Meja double di dekat pintu CEO. Tapi tak ada penghuninya.
"Masuk." Terdengar suara teriakan dari dalam.
Yana membuka pintu dengan perlahan. Matanya menatap Gabriel yang berkutat dengan kertas di hadapannya. Saat ia memasuki ruangan ia melihat seorang wanita seksi duduk di sofa dengan sebuah buku di pahanya.
Otaknya sudah di penuhi banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Membuat ia harus menekan rasa sakit di hatinya.
"Pagi tuan Gabriel." Sapa Yana sopan saat berada di depan suaminya. Sesekali matanya melirik pada wanita yang sedang menatapnya juga.
"Hmm." Jawab Gabriel singkat. Dalam hatinya ia merasa panik. Melihat istrinya yang datang tiba-tiba.
"Ini dokumen pembuatan taman di hotel xx, sudah lengkap dengan pengeluaran. Sesuai dengan investasi yang anda inginkan, kami juga sudah menghitungnya. Datanya sudah di rekap ulang, tak ada lagi kesalahan yang terjadi." Yana memberi dokumen ke hadapan Gabriel.
Suara pintu terbuka. Membuat yang ada di dalam ruangan Gabriel menoleh pada orang yang tak sopan, masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Rey tercengang melihat pemandangan dalam ruangan adiknya. Sungguh drama yang sangat menyenangkan baginya.
Rey masuk bersama dengan Andrew di belakangnya. Sebenarnya Andrew ingin melarang kakak tuannya untuk masuk. Tapi karna Rey bersih keras ingin masuk. Ia menuruti kemauannya, dengan ia yang ikut masuk bersama.
Rey tertawa senang. "Wow, pemandangan yang sangat indah. Mata ku langsung segar melihatnya." Ucap Rey yang masih tertawa.
"Aku seperti nonton drama Korea secara nyata. Seperti yang mama tonton."
Rey geleng-geleng kepala. "Ada kekasih, dan juga istri kecil. Sungguh menyenangkan."
Yana mendengarkan itu membenarkan dugaannya. Bukan kemungkinan lagi, tapi sudah benar-benar kekasih.
"Apa kau sengaja mengumpulkan dua kekasih mu adik ku tersayang?" Rey menatap Gabriel dengan tatapan mengejek.
Gabriel hanya menatap jengah pada Rey. Ia juga tak menginginkan ini terjadi. Yang ia suruh datang hanya istri kecilnya. Bukan kekasihnya. Tapi, dunia berkata lain. Dua wanitanya berada di satu ruangan yang sama.
"Apa kak Rey sudah mengejeknya?" Tanya Tasya yang kesal melihat Gabriel dan juga istri bercadarnya itu. "Walaupun dia istrinya El, yang El cintai hanya aku." Lanjut Tasya dengan kepercayaan diri yang tinggi.
"Oya?" Rey menaikkan alisnya satu.
"Aku kekasihnya, dia hanya orang ketiga." Tasya menunjuk Yana dengan tatapan tajam.
Rey tertawa keras. Membuat Tasya menatap Rey bingung. "Maaf- maaf,, aku terlalu senang melihat drama ini." Rey berjalan ke arah Yana. Tangannya tiba-tiba merangkul pundak Yana.
"Apa kau tak melihat El dan istri kecilnya ini begitu cocok? Jadi kau sama Andrew saja, kalian terlihat begitu serasi." Rey menatap Yana dengan mengedipkan sebelah matanya dan senyumnya mengisyaratkan sesuatu.
Yana melepaskan rangkulan Rey. Ia merasa risih di perlakukan seperti itu oleh Rey. Berbeda saat suaminya yang melakukan itu, hanya ada kesenangan dalam hatinya.
"Yang coc...." Tasya belum menyelesaikan bicaranya. Terdengar suara benda yang patah.
Semua mata mengarah pada Gabriel dengan muka yang memerah. Gabriel emosi melihat Rey yang sudah lancang memegang Yana. Dengan entengnya juga Rey tersenyum manis pada istrinya.
"Apa kak Rey tak lihat El begitu marah menjodohkan aku dengan asisten pribadinya. El tak akan pernah melepaskan ku kak Rey, El hanya mencintai ku." Tasya tersenyum mengejek pada Rey yang masih tersenyum.
Tasya berjalan ke arah Gabriel. Merangkul pundak Gabriel dengan mesra. Memperlihatkan pada semua orang kalau mereka begitu serasi.
"Apa yang membuat lo kemari?" Tanya Gabriel dengan dingin. Ia menatap Yana yang hanya menunduk. Rey tak menjawab. Mata Rey terus menatap ke arah Tasya yang mengelus tangan Gabriel.
Jangan tanyakan kenapa Yana seperti itu. Sudah jelas hatinya makin sakit. Suaminya tak mencintainya. Ingin rasanya dia lari keluar dari ruangan Gabriel. Tapi, ia tak ingin mencapur adukkan masalah pribadinya dan juga pekerjaannya. Ia harus profesional.
"Apa kau sedang pamer pada istri kecilnya El?" Pertanyaan Rey ia tujukan pada Tasya yang begitu percaya diri.
"Tanpa aku melakukannya harusnya dia sudah sadar diri." Tasya tersenyum pongah di hadapan Rey. Andrew yang melihat itu merasa jijik. Kenapa ada wanita seperti Tasya. Pikir Andrew.
"Keluar." Teriak Gabriel menggelegar. Ucapannya tak tau mengarah pada siapa.
"Kak Rey, Andrew dan kau wanita bercadar apa kau tak mendengar kekasih ku menyuruh anda keluar." Tasya mengukir senyum kemenangan di hadapan Rey. "El, tak ingin kalian mengganggu kami yang sedang berduaan." Lanjutnya dengan tatapan sinis.
"Keluar semuanya kecuali Yana." Teriak Gabriel tak ingin di bantah.
Yana yang sudah berjalan mengarah pintu seketika berhenti. Ia berbalik mengarah Gabriel yang juga menatapnya tajam.
"By, kamu mengusir ku!!" Tasya bertanya dengan kesal. Ia merasa di rendahkan oleh kekasihnya.
"Aku bilang keluar." Bentak Gabriel.
Tasya menghentakkan kakinya dengan kesal.
Melihat kekesalan Tasya, Rey tertawa keras.
"Bahkan kekasih mu berani membentak mu. Sudah di usir, dapat bentak juga." Rey tertawa mengejek. "Apa kau tak dengar siapa yang di usir, siapa yang tinggal di dalam ruangan ini!!" Lanjutnya melihat muka Tasya yang merah padam karna emosi.
"Bisa diam nggak." Teriak Tasya.
"Kenapa muka mu begitu bahagia Tasya."
Andrew yang melihat itu, hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia berjalan keluar ruangan meninggalkan Rey dan Tasya yang saling mengejek.
"Apa kau begitu senang di usir?" Rey membalikkan senyum mengejeknya pada Tasya.
"Lihat saja nanti, aku akan membalas mu." Tasya menunjuk Rey dengan amarah berkobar.
"Uhh, takut!!"
Tasya berjalan keluar dengan emosi. Dalam hatinya begitu marah pada Yana. Pikirannya penuh dengan dendam pada istri Gabriel.
Rey berjalan dengan santai. Sebelum ia keluar tangannya menepuk pundak Yana dua kali dengan senyum manis.
Ia merasa lucu pada Yana yang sedari tadi hanya diam saja. Ia merasa jika Yana tak cemburu melihat Tasya bersama Gabriel tadi.
Gabriel yang menatap tingkah Rey semakin membuatnya emosi. Rey semakin banyak tingkah di hadapannya. Kalau memang Rey menyukai Yana, kenapa bukan ia yang menikah. Kenapa harus menyuruhnya menggantikan dirinya. Saat istri kecilnya sudah bersamanya begitu mudahnya Rey menatap Yana dengan tatapan kagum seperti itu.
Yana tetap berdiri di tempat semua. Gabriel juga tak menyuruhnya mendekat. Hanya tatapan tajam saja yang ia dapat dari suaminya. Apa ia punya salah sampai dapat tatapan seperti itu.
***
maaf baru up lagi. kemarin author lagi kurang fit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Dfrm nos
lanjut Thor...semangat terus nulisnya...bunga meluncur
2023-02-16
0
Ana Gendis
tetep semangaaatt Thor...... sehat selalu
2023-02-16
0
Rohana Ana
kenapa aupdet sediki sedikit sih thoor
2023-02-16
0