Dalam mobil Yana menatap Gabriel. Rasa bingung memenuhi pikirannya. Suaminya memaksa ingin ikut ke bandara bersama dirinya. Sekarang ia tak di izinkan ikut bersama sahabatnya. Sikap itu membuat ia bingung.
"Kenapa lihat sebegitunya?" Tanya Gabriel menatap istri kecilnya yang terus menatapnya.
"Apa alasan anda ikut sama saya?" Yana makin mendekatkan wajahnya ke arah Gabriel.
"Emang harus ada alasan?" Gabriel melirik Yana sebentar, lalu kembali fokus pada jalan di depan.
Yana mengangguk. "Harus." Yana berucap cepat.
"Oh." Gabriel menjawab singkat. Membuat Yana penasaran.
Yana memegang tangan kiri Gabriel yang sibuk dengan setir. Ia harus tau alasan suaminya ingin ikut.
"Kenapa?" Tanya Yana kembali.
"Apa yang kenapa!!"
"Alasan anda ikut."
"Nggak ada alasan." Jawab Gabriel bohong. Alasan yang sebenarnya tak akan ia beritahu sampai waktunya tiba. Ia tau kalau sekarang perasaan itu hanya sementara saja karna melihat tingkah istrinya yang menggemaskan.
Yana memukul lengan Gabriel dengan pelan. Perasaan tak puas memenuhi hatinya mendengar jawaban suaminya. Ia tak ingin terlalu cepat menyimpulkan sesuatu yang kebenarannya belum di ketahuinya.
Gabriel menahan tawa saat melihat tingkah Yana yang mungkin cemberut di balik cadarnya. Tangannya terangkat ke atas kepala Yana, dan mengelusnya pelan.
"Jangan di pegang, nanti jilbabnya kemana-mana." Yana menyingkirkan tangan Gabriel di kepalanya.
"Emang jilbab kamu punya kaki?" Gabriel tersenyum saat melihat Yana memberenggut kesal.
"Kamu, kamu, kamu." Monolog yana dengan suara pelan.
Walaupun kecil, gabriel masih mendengarnya. Ada perasaan menggelitik saat mendengar ocehan istri kecilnya.
********
Yana turun dari mobil terlebih dahulu meninggalkan Gabriel yang masih di dalam. Bukan karna ia kesal sama suaminya. Ia hanya ingin cepat ketemu dengan Novi. Sahabatnya sudah membooking tempat VIP restoran untuk mereka. Sekaligus Novi sudah menyiapkan kejutan untuk Yana.
Sebelum mereka tiba, Novi sudah lebih dulu memberitahu untuk di siapkan kejutan oleh pihak restoran.
Gabriel geleng-geleng kepala melihat istri kecilnya yang begitu semangat ingin bertemu dengan sahabatnya. Padahal tidak bertemu hanya sebulan lebih, tapi tingkahnya seperti tak pernah bertemu selama bertahun-tahun.
Yana tak sengaja menabrak seorang pria yang berdiri dari kursi tempat ia berjalan. Membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan. Yana menatap pria asing di hadapannya yang merangkul pinggangnya dengan mesra karna hampir terjatuh.
Yana melepaskan rangkulan tangan pria asing di pinggangnya.
"Maaf." Ucap seorang pria menatap Yana.
Gabriel berjalan cepat ke arah istri kecilnya. Tangannya meraih pinggang Yana dengan mesra. Matanya menatap pria yang tak asing di hadapannya. Aura emosi terpancar di matanya saat mata lelaki di hadapannya menatap Yana.
"Lho, bukannya anda yang di minimarket itu kan?" Ucap pria di hadapannya dengan jarinya menunjuk Gabriel.
"Hmm." Gabriel menjawab jengah. Pria di hadapannya ini adalah ayah dari anak kecil yang mengakui istrinya sebagai mama.
"Hai." Sapa pria itu pada Yana. Tatapan kagum kembali ia layangkan pada Yana. Membuat Gabriel menggeser tubuh Yana ke belakang punggungnya.
"Jaga mata anda, suaminya ada di hadapan anda." Ketus Gabriel pada pria di hadapannya.
Setelahnya ia menarik pinggang istri kecilnya masuk ke dalam pelukannya. Ia membawa istrinya dengan berjalan cepat. Semua mata menatap dirinya yang begitu posesif pada Yana. Sorak Sorai terdengar dari mulut tamu restoran karna melihat adegan romantis secara langsung.
Tak lupa juga pria yang menabrak Yana, menatap dengan senyum manis. Rasa kagum terpancar di matanya. Hanya sekedar kagum, tak ada niat untuk mengambil wanita bercadar yang menarik perhatiannya itu.
Saat berada di ruangan VIP pesanan Novi, Gabriel melepas pelukan Yana. Tatapan tajam terpancar di matanya saat melihat Yana.
Yana menunduk saat melihat tatapan suaminya. Ia tak berani menatap suaminya yang seperti ini.
"Maaf." Lirih Yana memilin jilbabnya. Suara lembutnya meluluhkan hati Gabriel yang memanas. Emosinya mereda mendengar suara istri kecilnya.
Yana mengangkat wajahnya saat tak mendapat respon dari suaminya.
Ttaakk.
Gabriel menyentil kening Yana dengan pelan. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghukum istri kecilnya. Tangan Gabriel memegang pinggang Yana yang di pegang oleh pria lain di hadapannya. Ia elus agar bekas tangan itu hilang.
"Maaf." Bisik Yana dengan suara serak. Ia takut pada Gabriel. Tatapan tajam suaminya menandakan kalau Gabriel sedang marah. Ia takut melihat orang yang marah, karna rasa trauma masa kecilnya masih terpendam dalam ingatannya.
"Lain kali hati-hati, jangan buru-buru." Gabriel membawa istrinya ke dalam pelukannya. Menenangkan wanitanya.
Yana mengangguk. "Maaf." Bisik Yana lagi, membuat Gabriel menegang. Bisikan Yana yang terakhir di salah artikan oleh pendengarannya.
Gabriel dengan cepat melepas pelukannya. Ia tak ingin kembali khilaf, karna berada di dalam ruangan berdua.
Saat pelukannya terlepas. Tak lama Novi dan suaminya datang. Masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu. Untung ia tak melihat adegan uwu antara Yana dan Gabriel.
"Kalian ngapain?" Tanya Novi menatap Yana dan suami sahabatnya yang berada di balik pintu dengan tatapan curiga. Matanya menyipit dengan pikiran yang aneh-aneh.
"Nggak ngapa-ngapain." Jawab Yana dengan pelan. Jantungnya kembali berdebar sangat kencang karna mendapat pelukan dari Gabriel.
"Kalian ngapa-ngapain juga nggak apa-apa. Kan udah ada logo halalnya." Novi menggoda Yana karna ia tau pasti sahabatnya itu sedang merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya.
"Kami nggak ngelakuin apa-apa. Ya kan mas El." Yana menatap Gabriel untuk memastikan ucapannya tak melakukan apa-apa. Ia hanya pelukan saja. Tak melakukan hal lebih dari itu.
Cup.
Gabriel mencium kening Yana dengan tiba-tiba. Ia ingin membenarkan apa yang ada di pikiran sahabat wanitanya. Setelah mengecup singkat kening Yana, Gabriel berjalan ke arah salah satu kursi untuk ia duduki.
"Akhk, pengantin baru lagi bermesraan di depan aku." Novi berucap dengan riang, teriakannya itu menyadarkan Yana yang sedang terkejut. Novi tau Yana menikah karna di jodohkan dengan laki-laki yang tak pernah sekalipun ia lihat. Maka dari itu ia senang saat mengetahui kalau Gabriel mencintai sahabatnya.
"Cie, pengantin baru mah selalu nyosor Mulu." Novi menatap Yana dengan tatapan menggoda. Tangannya menyolek dagu Yana.
Yana menatap suaminya dengan malu. Perlakuan Gabriel emang tak bisa di prediksi. Ia akan melakukannya dengan tiba-tiba tanpa melihat tempat.
Gabriel menatap suami Novi yang mengacungkan jempol padanya. Senyuman penuh arti di berikan padanya. Padahal, ia yang melakukan hal itu hanya biasa saja. Kenapa semua orang yang melihatnya, seperti dirinya menang lotre, begitu heboh.
"Kalian masih ingin berdiri seperti itu?" Tanya Gabriel dengan santai. Ia menganggap tak terjadi apapun.
Berbeda dengan Yana. Ia berjalan mendekat ke arah suaminya saat mendengar ucapan keluar dari mulut Gabriel. Ia duduk dengan pelan di dekat Gabriel.
"Bentar lagi makanannya datang, aku udah memesannya." Ucap Novi. Matanya terus menatap Yana yang pasti sedang malu-malu. Sudah di pastikan pipi sahabatnya itu memerah di balik cadarnya. Membuat Novi terkekeh.
"Kenapa yang?" Tanya Heri pada istrinya saat melihatnya terkekeh.
"Nggak apa-apa." Novi melambaikan tangannya menandakan jika tak ada masalah. Pikirannya hanya memikirkan sahabatnya yang begitu lucu karna pertama kali jatuh cinta. Berbeda dengan dirinya yang punya beberapa mantan.
"Oiya, aku mau ngasih liat kamu kejutan yang aku katakan di telpon." Novi menyentuh tangan Yana untuk menyadarkan dari lamunannya.
Yana menoleh ke arah Novi. Ia tersenyum malu di balik cadarnya. Walaupun tak terlihat, tapi sahabatnya pasti tau yang di rasakannya apa.
"Mana!" Yana menengadahkan tangannya meminta janji Novi untuknya.
"Tunggu aja, sebentar lagi di anterin kok."
Yana mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments