TM : Part - 9

Gabriel memijit keningnya dengan pelan. Selama 2 hari ini ia mendiamkan Yana dengan alasan yang tak masuk akal. Ia masih merasa kesal dengan kejadian saat anak kecil menyebut Yana adalah ibunya. Ia merasa prihatin karna ternyata anak itu tak mempunyai ibu lagi. Tapi, keluluhan hatinya berubah menjadi marah saat ayah dari Rio melihat istrinya penuh kagum.

Hanya karna Yana memakai cadar sama seperti mamanya, anak kecil itu menyebut istrinya dengan sebutan mama. Bukan hanya anaknya yang senang, ternyata bapaknya juga merasa senang melihat istrinya. Membuat ia semakin kesal dan juga ingin marah.

Belum lagi pekerjaannya yang ia tinggalkan demi Yana. Istri kecilnya itu bertingkah menyebalkan padanya. Bukannya membujuk ia yang sedang kesal, Yana balik mendiami dirinya. Seolah-olah dirinya tak penting untuk di perhatikan.

Krieek...

Pintu terbuka lebar. Memperlihatkan seorang wanita seksi sedang berjalan dengan anggun. Ekspresi wajahnya terlihat kesal. Membuat Gabriel mendengus.

'masalah apa lagi yang akan aku terima.' batin Gabriel.

Wanita itu melempar amplop coklat tepat di depan Gabriel. "Ini apa." Teriak wanita itu kesal melihat wajah Gabriel yang terlihat santai menatapnya.

Tangan Gabriel terulur mengambil amplop itu dan membukanya. Matanya melihat foto-foto pernikahan dirinya bersama Yana. Ia terus menatap itu dengan tatapan yang begitu senang. Ia tak punya foto pernikahan dirinya dan juga Yana.

"Terima kasih." Ucap Gabriel menatap wanita yang ada di hadapannya. Tak ada lagi tatapan kagum pada wanita itu. Padahal hampir setahun wanita itu mengisi hatinya.

"Terima kasih untuk apa?" Tanya Tasya dengan tatapan bingung.

"Terima kasih untuk ini." Gabriel mengangkat 5 lembar foto pernikahannya.

"Kamu gila. Kamu menikah dan meninggalkan aku?" Teriak tasya yang begitu emosi. Ia tak tau bagaimana cara berpikir kekasihnya yang tiba-tiba menikah saat ia ada pemotretan di luar negri. "Dan sekarang kamu bilang terima kasih karna sudah memberimu sebuah foto. Kamu melupakan tentang kita, El?" Lanjutnya dengan tatapan sedih.

"Aku tak ingin membahas itu, sya." Gabriel beralih menatap berkas yang ada di hadapannya. Membaca dengan teliti dokumen yang beberapa hari tak ia sentuh.

"Kenapa? Apa kamu mencintainya?" Tasya berjalan mendekat ke kursi Gabriel. Menyentuh lengan lelakinya yang sibuk dengan kertas di hadapannya.

"Aku tak ingin membahasnya, aku masih banyak urusan." Tegas Gabriel tak ingin di bantah.

"Ceraikan dia, by." Bujuk Tasya mengelus lengan Gabriel.

Gabriel memejamkan sejenak matanya dan kembali ia buka. "Aku tak bisa melakukannya untuk saat ini."

"Kenapa by?" Emosi Tasya tak bisa ia bendung lagi.

"Kamu boleh keluar, sya. Aku lagi sibuk."

"Kamu mengusir ku?" Tasya geleng-geleng kepala melihat tingkah kekasihnya yang berubah setelah menikah.

"Aku tak mengusir mu. Proyek taman akan aku selesaikan, bukannya kamu sendiri yang meminta itu. Jadi biarkan aku fokus untuk mengerjakannya."

Tasya tersenyum senang. Emosinya ia kendalikan saat mendengar taman yang ia minta pada kekasihnya akan segera di lakukan.

"Aku ingin kamu melamar ku setelah taman itu jadi, by. Aku tak akan menyuruh mu menunggu 2 tahun lagi."

"Terserah."

"Ya sudah selamat bekerja sayang." Bisik Tasya. ia ingin mencium pipi Gabriel, tapi, kekasihnya malah menghindar. Membuat bibirnya tak menyentuh apapun. Saat melihat itu, Tasya tak mempermasalahkannya. "Ya sudah aku pulang yah." Lanjut Tasya berjalan keluar ruangan Gabriel

Gabriel menyandarkan punggungnya saat kekasihnya keluar. Ia merasa ada yang berbeda dari dirinya. Yang awalnya pernikahan yang ia setujui karna keterpaksaan, membuatnya tak ingin usai.

Surat perjanjian yang ingin ia buat bersama Yana saat malam pertama, ia urungkan. Gabriel mengambil foto pernikahannya di atas meja. Matanya menatap wanita bercadar itu dengan intens. Membuat senyum mengembang di bibirnya.

"Kau itu menyebalkan, suka membuatku kesal,, tapi aku tak suka kalau ada yang melihatmu." Monolog Gabriel senyum-senyum membayangkan Yana yang menggodanya. Mengelus rahangnya membuat ia geli sendiri.

Tok...tok...tok..

Suara pintu di ketuk.

"Masuk." Teriak Gabriel mengganti ekspresi wajahnya.

Pintu terbuka menampilkan pria tinggi dengan penuh wibawa. Ekspresi wajahnya tak beda jauh dari Gabriel. Bahkan mungkin bisa di bilang pria itu lebih dingin dan datar di banding Gabriel.

Siapapun tak ada yang pernah melihat pria itu tersenyum. Gabriel sekalipun.

"Maaf tuan, ini berkas yang di kirim asisten pak Anton. Ini adalah desain taman hotel yang ia inginkan." Ucap Andrew asisten pribadi Gabriel dan orang kepercayaannya.

Gabriel menatap hasil desain yang sangat indah. Hasilnya sangat terperinci dan juga unik. Perpaduan antara modern dan juga klasik menjadi satu.

Gabriel mengangguk. "Saya ingin berdiskusi dulu sebelum melakukannya."

Andrew mengangguk. "Saya akan konfirmasi ke nona muda yana, karna ini adalah desain yang ia buat sendiri dan nona muda juga yang akan bertanggung jawab dengan pembuatan taman itu tuan." Andrew mengambil kembali berkas yang ia berikan ke Gabriel.

Gabriel menatap Andrew dengan serius. "Yana?" Ucap Gabriel pelan.

"Iya tuan. Nona muda yana seorang arsitek di perusahaan tuan Anton."

"Konfirmasikan sekarang. Jangan lupa beritahu dia untuk datang ke kantor ku besok." Jelas Gabriel.

"Baik tuan. Kalau begitu saya keluar dulu." Tunduk Andrew dan siap melangkah.

"Tunggu."

Andrew berbalik mengarah Gabriel. "Iya tuan, masih ada yang lain?" Tanya Andrew.

"Saya ingin mengganti desain taman di jalan mawar. Buat model taman seperti desain milik Yana."

"Baik tuan. Saya mengerti." Andrew menjawab tanpa meminta penjelasan dari tuannya. Karna apa yang sudah Gabriel inginkan tak bisa di bantah.

"Tetap berikan bonus pada semua karyawan yang sudah ikut bertanggung jawab membuat desain taman." Gabriel menengadahkan tangannya di depan Andrew.

Andrew yang tau apa yang di inginkan tuannya dengan cepat memberikan berkas yang ada di tangannya.

********

Yana berjalan ke ruang tamu. Dimana Gabriel sedang sibuk dengan leptopnya. Gabriel punya ruang kerja sendiri. Tapi, karna ia ingin melihat apa yang istri kecilnya itu lakukan. Maka dari itu ia mengerjakannya di ruang tamu.

Yana duduk di samping Gabriel dengan jarak cukup dekat. Yana memperhatikan Gabriel.

"Apa saya ada salah?" Tanya Yana karna melihat keterdiaman Gabriel kepadanya.

Gabriel tetap sibuk di depan leptopnya walaupun hanya di lihat saja. Ia ingin tau sampai mana Yana membujuknya.

"Apa anda marah karna masalah Rio?" Tanyanya lagi masih berusaha mengajak Gabriel berbicara.

"Saya minta maaf soal itu. Tapi, bukannya dia masih kecil. Jadi maklumi saja, ibunya baru saja meninggal makanya dia belum terbiasa."

Gabriel tak menanggapinya sama sekali.

"Saya minta maaf."

Karna tak mendapat respon dari Gabriel. Yana beranjak dari tempatnya duduk.

"Apa begitu saja kemampuan membujuk lo?" Gabriel bertanya. Leptop di atas pahanya ia simpan di atas meja.

Yana berhenti dan berbalik menatap Gabriel. "Apa anda ingin di bujuk?"

Gabriel gelagapan mendengar jawaban dari Yana. "Nggak."

Yana mengangguk. "Apa anda masih marah?" Yana kembali duduk di dekat Gabriel.

"Lain kali jangan biarkan siapapun menyentuh lo. Tidak sesuai dengan apa yang lo pakai tapi masih menyentuh orang lain."

"Dia masih kecil, tak akan menimbulkan fitnah."

"Dia memanggil lo mama, apa itu tak akan menimbulkan fitnah? Apalagi ada papanya." Kesal Gabriel melihat tingkah Yana yang tetap santai.

"Apa anda cemburu?"

Gabriel melirik istrinya dan mendengus kesal. Tangannya melayang menyentil kening Yana. "Gue nggak akan cemburu melihat lo dekat sama siapa pun."

Yana mengangguk mengerti. Ada yang sakit, tapi ia tetap terlihat santai menatap suaminya. Ekspresi wajahnya pun tak akan ketahuan karna ia masih memakai cadar.

"Ya sudah, jadi jangan marah lagi. Masalah sudah selesai kan, saya minta maaf kalau salah. Makasih sudah di nasehati." Ucap Yana beranjak dari duduknya.

Ia tersenyum kecut mendengar ucapan Gabriel yang tak cemburu sama sekali. Ia kira perhatian suaminya selama ini karna ingin membuka hati. Ternyata ia salah mengartikan.

Gabriel menatap kepergian Yana ke arah dapur. Ia merasa kesal melihat tingkah Yana yang kembali cuek. Ia tak tau harus apa agar Yana kembali menggodanya. Ia menyukai di saat Yana menyentuh rahangnya dengan tatapan polos.

Terpopuler

Comments

Rohana Ana

Rohana Ana

lanjut thoor ko putus .putus sih bikin penasaran tau.mana lama lagi

2023-02-15

0

Dfrm nos

Dfrm nos

lanjut Thor..bunga meluncur

2023-02-14

1

Leon Wijaya

Leon Wijaya

lanjutt

2023-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!