TM : Part - 7

Yana turun dari mobil yang ia naiki bersama Gabriel. Ia menatap basement yang hanya beberapa mobil terparkir sambil menunggu Gabriel mengambil koper dan beberapa paper bag di bagasi.

Setelah gabriel selesai, kaki kecil yana berjalan mengikuti langkah lebar Gabriel tanpa mengucapkan apapun. Saat di atas mobil pun mulut suaminya tak terbuka. Jangankan mulutnya terbuka untuk berbicara, mata Gabriel pun tak sekalipun menatapnya.

Yana hanya mengikuti kemana Gabriel melangkah. Dan sesekali melirik Gabriel yank begitu fokus. Ia merasa bingung harus melakukan apa. Mungkin Gabriel diam seperti ini karna mama iren yang menyuruhnya untuk menjaganya. Sebelum berangkat, mama iren banyak memberinya nasehat-nasehat tentang pernikahan. Dan akhirnya Gabriel mengalah untuk tak pergi bekerja beberapa hari.

Setelah beberapa menit berjalan mengikuti Gabriel. Akhirnya ia sampai juga di unit apart milik sang suami.

Yana masuk dan melihat tempat barunya itu. Tempat yang akan ia tinggali bersama Gabriel. Apart Gabriel sangatlah bersih dan juga terlihat nyaman. Rumah tamu yang lumayan luas, dapur yang memiliki meja bar.

Mata Yana terus menelusuri setiap sudut apart Gabriel. Sampai ia tak sadar jika sedari tadi Gabriel menatap dirinya.

"Kamar hanya ada satu." Ujar Gabriel yang terus menatap mata Yana yang tak tertutup. Ia tak tau kenapa ia ingin selalu menatap mata itu, padahal pernikahan yang ia jalani hanyalah keterpaksaan.

Yana menoleh ke arah Gabriel yang berada di hadapannya. Yana mengangguk. "Iya." Yana menjawab singkat. Setelah itu ia meninggalkan Gabriel yang masih ingin menatap Yana.

Gabriel terperangah melihat tingkah istrinya yang cuek. Apakah dia balas dendam karna aku mendiaminya sedari tadi?, Pikir Gabriel.

Gabriel geleng-geleng kepala.

Tringgg.. suara dering ponsel.

Gabriel merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya.

Tasya in calling....

Gabriel menatap layarnya dengan bingung. Ia tak tau harus bagaimana. Mengangkatnya atau malah mengabaikan telpon dari kekasihnya.

Perasaannya tak menentu melihat layar ponselnya. Ia tak ingin menjadi pengecut. Tapi, hatinya tak bisa berbohong. Ia tak ingin meninggalkan kekasihnya.

Akhirnya Gabriel mengabaikan telpon dari Tasya. Setelah tak terdengar deringan lagi, ia mematikan ponselnya agar tak di ganggu.

Gabriel melangkah masuk ke kamar menatap Yana yang sedang asik bertelepon. Entah dengan siapa. Ia hanya acuh, itu bukan urusannya.

********

"Yana apa kau sudah membuka kado dari ku?" Tanya seseorang dari sebrang telpon.

Yana sedang bertelepon dengan sahabatnya. Novi tiba-tiba menelpon dirinya entah apa masalahnya.

"Belum, semua kado di bawah ke apart mas Gabriel." Jawab Yana. Yana menatap isi kamar Gabriel. Kamar dengan kasur king size. Lemari besar yang berjejer kiri dan kanan. Membuat Yana penasaran dengan isi lemari besar itu.

"Tunggu. Bukannya suami kamu namanya Rey, kenapa berubah jadi Gabriel." Novi bertanya dengan penuh kebingungan.

"Pas nikah pengantin prianya berganti, mas Gabriel adiknya mas Rey." Yana menjawab dengan perasaan sedih.

"Kok bisa yan?"

"Nanti kalau kamu udah pulang aku jelasin."

"Kamu utang penjelasan sama aku, yan. Kalau aku dah balik kamu harus jelasin."

"Iya. Gimana liburan kamu?" Tanya Yana mengganti topik.

"Kurang menyenangkan, Arka tiba-tiba sakit. Ayahnya aja 2 hari nggak ikut rapat karna arka rewel pengen nempel terus sama dia." Novi menjawab sedih. Sedih bukan karna liburannya nggak lancar. Tapi, sedih karna anaknya yang sakit.

"Gimana keadaan ponakan aku?" Karna selama ini Yana sibuk, ia sampai lupa menanyakan kabar ponakannya, anak dari sahabatnya.

"Udah baikan, udah bisa lari kesana kemari."

"Alhamdulillah kalau arka udah baikan."

"Iya. Oiya Yana, cepat buka kado dariku. Kamu harus membukanya sekarang biar secepatnya kamu pakai." Novi berbicara riang di sebelah telpon. Dan terdengar suara ketawa anak laki-laki begitu riang dan bahagia.

"Emang isinya apaan?" Tanya Yana penasaran.

"Buka aja biar kamu tau." Novi cekikikan. Membuat Yana gemas dengan tingkah sahabatnya itu.

"Ya sudah aku matiin dulu. Mas Gabriel udah masuk ke kamar." Bisik Yana agar Gabriel tak mendengar ucapannya.

"Jangan lupa di buka sekarang."

"Iya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam pengantin baru."

Panggilan pun terputus. Yana menatap Gabriel yang menatapnya dengan intens. Membuat Yana tersipu malu.

"Lemari yang mana tempat pakaian saya?" Tanya Yana dengan gugup.

"Terserah." Jawab Gabriel acuh. Kakinya melangkah masuk kedalam kamar mandi. Menghindari tatapan teduh milik Yana yang membuat ia gemas.

Yana mengangguk. Ia melangkah ke arah lemari dan membuka satu persatu pintunya. Ia terperangah dengan lemari besar itu tapi isinya hanya sedikit. Hanya terisi beberapa jas, kemeja, celana kain. Dan beberapa dalamnya masih kosong.

Sebelum Yana membereskan pakaiannya. Ia berjalan ke arah sofa yang terdapat kado-kado berada. Ia mencari nama sahabatnya. Yana membaca satu persatu, dan ia mendapat kado dari Novi yang berwarna coklat.

Yana duduk di sofa dan mulai membuka hadiahnya dengan pelan. Setelah terbuka matanya melihat sebuah 3 baju dengan warna hitam, merah dan warna pink. Yana mengeluarkan semuanya dari kotak.

Yana mengangkat baju jaring-jaring bewarna merah dengan muka memerah. Ia tau pakaian apa yang ada di tangannya karna ia pernah menemani Novi membeli barang yang ada di tangannya.

Yana mengangkat bajunya dengan lama bersamaan dengan pakaian dalam yang bagian bawahnya. Setelah melihat baju itu matanya mengarah pada laki-laki di depannya yang menatapnya dengan dingin.

Mata Yana bergantian menatap baju di tangannya dan juga Gabriel. Setelah ia sadar Yana melempar baju yang ia pegang ke arah lantai depan membuat Gabriel leluasa menatapnya.

Yana berdiri dan berjalan tergesa-gesa sampai pahanya terbentur ujung meja.

"Auh." Ringis Yana dengan pelan. Membuat pendengaran Gabriel menyalah artikan suara Yana. Tubuh Gabriel menegang beberapa menit dan kemudian tersadar.

"Bisa nggak sih jangan ceroboh." Ucap Gabriel dingin. Ia menahan sesuatu di dirinya.

"Maaf." Lirih Yana takut dengan Gabriel.

Gabriel mendekat ke arah Yana dengan perasaan bergejolak di tubuhnya.

"Ternyata lo hobi terluka juga." Yana menatap Gabriel yang sudah ada di hadapannya.

"Saya nggak sengaja. Maaf."

Gabriel menatap ke samping kanan Yana dan melihat baju dinas yang berbeda warna dengan warna yang di lempar Yana tadi.

Yana menutup mata Gabriel saat menyadari mata suaminya menatap apa. "Jangan di liat, itu baju haram." Teriak Yana dengan perasaan malu.

Ia merutuki kelakuan Novi yang membelikan hadiah baju dinas malam untuknya. Ia tak memerlukan itu. Suaminya tak akan menyentuhnya.

Gabriel menurunkan tangan Yana dan menatap mata Yana. "Terus?" Tanya Gabriel menurunkan wajahnya tepat depan wajah Yana.

Yana memundurkan kepalanya. Ia sungguh malu sekarang. Padahal, ia tak mencuri tapi kenapa ia malu begini.

Yana menggeleng. "Itu tak baik untuk penglihatan anda, baju haram itu tak baik untuk anda lihat." Yana terkekeh di balik cadarnya.

Gabriel menjepit pipi Yana menggunakan tangan kanannya. Ia merasa gemas. Dirinya ingin melihat tawanya itu tanpa penghalang.

Yana yang menerima perlakuan Gabriel membuat jantungnya lari maraton.

"Bukan hanya pakaian minim itu aja yang berhak gue liat, tapi dari atas sampai bawah tanpa penghalang tubuh lo sudah menjadi hak gue." Bisik Gabriel depan wajah Yana.

Yana menahan napas saat Gabriel makin mendekatkan wajahnya. Matanya tertutup rapat mendengar suara bisikan Gabriel yang menganggap tubuhnya adalah miliknya.

Cup. Cup.

Gabriel mengecup singkat mata Yana yang tertutup. Entah kenapa ia sangat ingin mengecup mata itu. Mata yang membuatnya merasa tenang. Mungkin bukan hanya mata itu tapi juga wajahnya yang imut dan cantik. Membuat laki-laki merasa terpesona jika melihatnya.

Bahkan pacarnya kalah dengan kecantikan alami yang dimiliki Yana. Ia merutuki kebodohan Rey yang membatalkan pernikahannya. Wanita yang Rey bawa tak secantik Yana. Dan jika di lihat masih kalah dengan kekasihnya.

Tubuh Yana menegang saat merasakan kecupan singkat di matanya. Badannya kaku, dan merasa ingin pingsan.

Yana membuka matanya. "Saya haus, mau minum." Bisik Yana cepat. Tenggorokannya kering mendapat perlakuan lembut dari Gabriel.

Gabriel melepaskan Yana. Membuat wanita itu lari secapat mungkin melupakan sakit di pahanya. Melihat kelakuan wanitanya Gabriel terkekeh.

Gabriel memungut baju dinas milik istrinya. Ia menelisik baju itu dan memikirkan jika Yana memakainya sungguh membuatnya tergoda.

Gabriel tersenyum dengan pemikirannya sendiri.

Terpopuler

Comments

Leon Wijaya

Leon Wijaya

lanjutt

2023-02-13

0

Uswatul Khasana

Uswatul Khasana

lanjut

2023-02-13

0

Rohana Ana

Rohana Ana

semoga mereka berjodoh dan hidup bahagia tak ada rintangan yang

2023-02-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!