TM : Part - 15

Tasya memasuki rumah besar milik keluarga Arsan. Ia berjalan anggun saat sudah berada di depan para tamu yang hadir di acara pernikahan calon kakak iparnya. Dengan senyum menghiasi bibirnya.

Semua orang yang hadir menatap wanita yang baru saja hadir di tengah-tengah mereka. Ia merasa heran dengan kedatangan wanita itu. Tak terkecuali mama iren yang merasa heran karna kedatangan tamu yang tidak di undang.

"Hai Tante, apa kabar?" Sapa Tasya pada mama iren dengan senyum mengembang. Ia memulai aksinya untuk makin mengambil hati calon ibu mertuanya.

Mama iren menaikkan alisnya bingung. Ia tak pernah mengundang mantan kekasih anaknya, kenapa ia bisa berdiri di hadapannya.

Mama iren mengangguk dengan senyum terpaksa. "Baik." Jawabnya singkat. Ia tak ingin meladeni mantan menantunya. Ia sangat bersyukur karna bukan wanita di hadapannya yang menjadi menantunya.

Saat Gabriel mengenalkan ia pada kekasihnya. Ia tak ingin merestui hubungan anaknya. Hanya saja ia memikirkan kebahagiaan anaknya dengan menikah karna pilihannya.

"Aku duduk di sini yah Tante." Tasya dengan tidak malunya lebih dulu duduk di tengah antara mama iren dan juga mami Wina. Duduk tanpa mendapat persetujuan mama iren.

Mama iren menaikkan satu alisnya melihat tingkah tak sopannya Tasya yang tiba-tiba duduk.

"Istri kak Rey cantik yah, Tan." Puji Tasya.

Mama iren hanya mengangguk menanggapi ucapan Tasya.

Tasya memeluk tangan mama iren tiba-tiba. Membuat mama iren terkejut dengan aksi yang Tasya lakukan padanya.

"Tante, nama istri kak Rey siapa?" Tanya Tasya bermanja-manja pada mama kekasihnya.

Mama iren merasa risih di perlakukan seperti itu. Mami Wina juga merasa aneh melihat tingkah wanita di sampingnya. Tapi, karna tak mengenalnya ia merasa biasa aja tanpa menanggapi apapun.

Yana masuk ke dalam rumah, dan saat sudah bergabung dalam acara matanya menatap tempat yang ia duduki sudah terisi oleh orang lain. Wanita yang mengisi hati suaminya lebih dulu berada di sana. Berbincang-bincang dengan mama mertuanya.

Yana melihat mama iren tersenyum ke arahnya. Mama iren berjalan menghampiri Yana dengan tangan di rentangkan, memeluk Yana dengan sayang, membuat mereka menjadi sorotan para tamu karna mama iren begitu menyayangi menantunya.

Tasya mengepalkan tangannya saat melihat pemandangan peluk-pelukan di depan matanya. Perasaan kesal memenuhi hatinya. Apalagi melihat Gabriel di belakang Yana.

Mama iren berjalan ke arah tempat yang ia duduki tadi. Menghampiri Tasya yang duduk dengan anggun. Senyum terpaksa menghiasi bibirnya.

"Sya, ini Yana menantu Tante. Suaminya Gabriel." Ucap mama iren mengenalkan Yana. Senyum mengembang menghiasi bibirnya tanpa paksaan.

"Oiya Tan." Jawab Tasya dengan hati kesal. Niat ingin memanas-manasi istri Gabriel, kenapa dia yang panas dan kesal.

"Hai, aku Tasya." Tasya mengulurkan tangannya didepan Yana. Yana menerima uluran tangan Tasya dengan hati yang campur aduk.

"Yana." Jawab Yana dengan singkat.

"Senang kenalan sama kamu." Yana hanya mengangguk membalas ucapan Tasya.

"Jeng, aku mau balik duluan yah, papinya Yana ada urusan mendadak." Pamit mami Wina pada besannya. Mami Wina mendekat ke arah Yana dan memegang tangannya.

"Kok cepat banget jeng, belum juga foto-foto."

"Biasa urusan mendadak nggak bisa di tinggal, selamat yah atas pernikahan anak pertamanya, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah."

"Iya, kalau gitu hati-hati yah jeng." Mama iren memeluk sahabatnya dan melakukan cipaka cipiki.

"Mami pulang dulu yah sayang." Bisik mami Wina saat memeluk Yana.

Yana mengangguk, air mata mengalir di pipinya. Bukan hanya karna rindu yang membuatnya menangis, tapi masalah rumah tangganya juga menjadi alasan kenapa ia menangis.

"Mami sama papi hati-hati yah. Nanti Yana datang ke rumah." Yana menghapus air matanya.

"Iya sayang, jangan nangis." Mami Wina mengelus sayang kepala Yana.

Yana berjalan menghampiri papi Anton. Ia berhambur masuk ke dalam pelukan papi Anton. Tangisnya kembali pecah. Ia sakit. Di dalam hati Yana beristighfar agar tak lalai dengan cintanya. Ia sakit karna lupa. Ia berharap sama manusia. Hanya berdoa yang bisa Yana lakukan untuk menghilangkan rasa sakitnya. Menghentikan berharap pada manusia.

"Ih, kok anak papi nangis." Papi Anton mengelus kepala Yana dengan lembut.

"Kangen papi." Bohong Yana.

"Papi juga kangen sama Yana."

"Papi hati-hati yah."

Papi Anton mengangguk. "Anak papi yang cantik ini juga harus hati-hati."

Setelah mengantar orang tuanya. Yana berjalan masuk ke dalam rumah di ikuti Gabriel di belakangnya. Gabriel mengikuti kemana istrinya pergi, mulai dari pamitan ke mertuanya sampai masuk Gabriel terus mengikuti Yana.

Tasya menghampiri Gabriel saat berada di depannya. Ia bergelanyut manja di lengan kekasihnya saat hanya ada mereka bertiga.

Gabriel berusaha melepaskan pegangan tangan Tasya di lengannya. Ia risih melihat Tasya melakukan hal di luar dugaannya. Apalagi ada istrinya di depannya yang sibuk dengan kerjaannya tanpa memperdulikan dua sejoli yang lagi bermesraan.

Puk..puk..puk.

Suara tepukan tangan terdengar. Gabriel, Tasya dan Yana berbalik melihat siapa yang datang.

Rey terkekeh melihat pemandangan di hadapannya. Sungguh membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak. Rey datang bersama nata di rangkulannya.

"Apa kau datang ke acara ku, atau datang untuk menemui kekasih mu?" Tanya Rey menatap Tasya.

Tasya memutar matanya malas. "Aku datang kesini bukan hak kamu." Tasya berbicara sinis pada Rey.

Rey terkekeh melihat kekasih adiknya.

Yana melangkah pergi dari ruang keluarga karna tak ingin melihat pertengkaran yang berlangsung di depan matanya. Belum melangkah jauh Rey lebih dulu menahannya, memegang lengannya untuk menghentikan ia berjalan. Ia menatap Rey yang memegangnya.

Gabriel menghempas tangan Tasya dan berjalan ke arah Rey. Gabriel memegang erat tangan Rey dengan erat. Ia menatap tajam kakaknya yang sudah lancang memegang istri kecilnya.

"Kenapa?" Tanya Rey mengarah pada Gabriel. Rey tersenyum mengejek ke arah Gabriel.

Yana dengan pelan melepaskan tangannya yang di pegang oleh Rey. Setelah terlepas ia kembali di pegang oleh Gabriel dan masuk ke dalam pelukan suaminya.

"Kamu cemburu?" Rey tertawa melihat Gabriel yang begitu posesif pada istrinya. Dan melupakan kekasihnya dengan wajah yang sudah merah padam.

"Bukan urusan lo." Ketus Gabriel dengan wajah merah karna emosi.

Nata hanya diam dan melihat apa yang terjadi di hadapannya. Matanya mengarah pada Yana yang berada di pelukan Gabriel yang diam dan tenang.

"Kalau cemburu itu bilang. Jangan di pendam." Ejek Rey.

"Bukan urusan lo." Balas Gabriel dengan ketus.

"Kenapa masih berdiri disitu? Bukannya kau datang kemari karna acara pernikahan ku." Rey menatap Tasya yang begitu marah.

Tasya berjalan ke arah Gabriel. Ia memegang tangan kekasihnya dengan lembut. Walaupun emosi menyelimuti hatinya, ia harus bersikap lembut pada Gabriel agar tak meninggalkannya.

"Sayang." Panggil Tasya dengan lembut.

Rey yang mendengar suara lembut Tasya merasa jijik. Bahkan nata tercengang melihat wanita seksi itu yang tiba-tiba lembut pada adik iparnya. Dan saat berbicara sama suaminya wanita itu berbicara ketus.

"Aku tak ingin membahas apapun. Kamu pulang lah." Usir Gabriel pada kekasihnya. Ia tak ingin menambah masalah.

Rey tertawa kencang membuat nata terkejut. Rey mengelus punggung istrinya yang terkejut.

"Kau lihat sendiri? Pacar mu sendiri yang mengusir mu di depan istrinya. Itu berarti kau bukan apa-apa di matanya." Ejek Rey pada Tasya. Ia senang melihat wajah marah dari Tasya. Merasa terhibur sudah membuat wanita itu emosi.

"Lebih baik kak Rey diam kalau nggak tau apa yang terjadi. Bahkan sebentar lagi istrinya akan jadi janda." Ucap Tasya dengan pongah.

"Benarkah? Wah kalau begitu, itu tak akan aku biarkan terjadi."

Tasya mendengus kesal melihat Rey. Sedangkan saat menatap Gabriel, ia mengubah tatapannya menjadi sendu.

"By, kamu liat apa yang di lakukan kak Rey."

Gabriel merasa bajunya basah. Tubuh istri kecilnya bergetar. Yana menangis di pelukan Gabriel. Sungguh menyakitkan bagi Gabriel.

"Aku bilang pulang yah pulang." Bentak Gabriel yang muak dengan kelakuan kekasihnya. Setelah mengucapkan hal itu Gabriel beranjak dari sana membawa Yana.

Rey kembali tertawa kencang di ikuti oleh nata yang tertawa kecil. Rey geleng-geleng kepala menatap Tasya yang semakin emosi dan itu sudah membuatnya sangat terhibur. Setelahnya Rey beranjak dari sana membawa istrinya meninggalkan Tasya yang sudah ingin mengamuk.

Tasya menghentakkan kakinya dan pergi begitu saja, meninggalkan acara yang masih berlangsung. Ia kalah saat ini, dan hal ini tak pernah terjadi sebelumnya.

Terpopuler

Comments

Nana Bati

Nana Bati

kuat yana... kamu bisa mendapatkan cinta suamimu...
lanjoot thor 👍👍

2023-06-07

0

merry jen

merry jen

Yana jgn dluu kshh kesucianu SM lkiimuu bjingnn ituu .....sbnry kewajiban kmuu tp kn lki pynn pynn kkshh msh cinta SM kkkshy dan bkln ceraiin kmuu....kuatkn drimuu jg lemahh ddpn lkiimuu ...ceraiin ajjj biar lkimuu tau perasaan y sndrii

2023-02-27

0

Ana Gendis

Ana Gendis

awas ada pelakor...... Yana .. jangan lemah....

2023-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!