TM : Part - 6

Yana memasang cadar di wajahnya. Ia akan turun ke bawah untuk sarapan sebelum ia pindah ke apartemen.

Ia sudah rapi memakai gamis polos warna coklat dan jilbab bewarna hitam senada dengan warna cadar yang ia pake. Ia akan turun sendiri terlebih dulu meninggalkan Gabriel yang masih berada dalam kamar mandi.

Yana keluar dari kamar. Saat ia sampai di tangga. Ia tak sengaja bertatapan dengan Rey, kakak iparnya. Hanya sebentar saja ia menatap rey, setelah itu Yana memutar arah pandangnya mengarah ke tangga. Ia sekarang sudah menjadi adik iparnya jadi tak ada yang harus ia lakukan. Yana turun dengan cepat.

Rey menatap Yana dengan penasaran. Ia penasaran dengan rupa adik iparnya itu. Apakah ia cantik atau malah biasa saja.

Yana masuk ke dalam dapur. Ia ingin membantu membuat sarapan untuk keluarga suaminya.

"Assalamu'alaikum." Sapa Yana dengan sopan.

Para pelayan berbalik dan menjawab salam Yana. "wa'alaikumussalam nona muda." Jawab mereka serempak.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Yana dengan ramah.

" Tidak ada nona muda. Semua sarapan sudah selesai di buat. Ini tinggal di bawa ke meja makan saja." Ucap mba Yen kepala pelayan. Ia menunduk hormat.

Yana mengangguk. Ia telat bangun karna semalam ia sudah tidur karena pahanya yang tiba-tiba nyeri. Ia tak berani mengadu karna tak ingin merepotkan Gabriel.

Ia sampai melakukan sholat terlebih dahulu daripada mandi. Biasanya sebelum sholat ia akan membersihkan tubuhnya lebih dulu. Hari ini berbeda.

"Kalau begitu biar aku bantu menyiapkan sarapan di meja." Tawar Yana ingin membantu menyiapkan sarapan.

"Maaf nona muda, kami bisa melakukannya. Nona muda langsung saja ke ruang makan sebentar lagi sarapannya siap." Tolak kepala pelayan dengan sopan.

Yana mengangguk. Ia tak ingin membantah. Ia berjalan ke ruang makan dan melihat Rey yang sudah berada di meja makan. Rey sedang sibuk dengan gawai sesekali tersenyum.

Yana tak perduli apa yang di lakukan pria itu. Karna tak ingin timbul fitnah Yana memilih menjauh dulu. Tak enak jika ada seorang perempuan dan laki-laki di tempat yang sepi hanya berdua.

"Mau kemana sayang." Tanya mama iren yang tiba-tiba muncul.

Yana berhenti. Ia berbalik menatap mama mertuanya yang tersenyum lembut kepadanya.

"Mau ke atas manggil mas Gabriel ma." Yana menjawab kikuk. Untung wajahnya tak terlihat. Ia malu.

"Yana kenapa kok jalannya kek gitu? Gabriel mainnya kasar yah?" Tanya mama iren yang sedari tadi melihat cara jalan menantunya seperti pincang.

"Ah itu..." Ucapan Yana terpotong karna suara Gabriel.

"Kita berangkat sekarang." Gabriel menjawab dengan cuek. Tangan kanannya mendorong koper berukuran kecil. Ia tak membawa barang banyak karna beberapa barangnya sudah berada di apart miliknya. Ia hanya membawa beberapa berkas penting dan beberapa pakaian sehari-hari.

"Kenapa cepat sekali. Kalian belum sarapan." Mama iren memandang tajam sang anak yang terlalu cepat ingin pergi dari rumahnya.

"Aku buru-buru ma, ada rapat penting yang harus aku hadiri." Gabriel sudah akan melangkah tapi tangannya di tahan.

"Kerja? Setelah menikah kamu juga masih ingin bekerja? Kenapa tak ambil libur saja, kau itu bosnya berikan semuanya ke Andrew." Mama iren tak habis pikir dengan jalan pikiran anak bungsunya itu. Baru kemarin ia menikah sekarang sudah ingin bekerja meninggalkan istrinya.

"El nggak bisa ma, ini proyek penting jadi harus aku lakukan sendiri." Gabriel menjelaskan agar mama iren mengerti.

"Nggak, Yana masih butuh kamu. Apa kamu tak liat perbuatan mu pada Yana? Sampai ia susah berjalan begitu."

Gabriel menatap sang istri. Ia meminta penjelasan yang di maksud mama iren. Ia tak mengerti. Perbuatan apa yang ia kasih ke Yana. Bahkan ia tak pernah melakukan apapun pada istrinya.

Yana mengangkat bahunya merasa ia tak paham juga maksud mertuanya. Mertuanya selalu berbicara seperti memberi dirinya teka teki. Ia harus menebaknya dengan benar agar ia tak malu.

"Ayok sekarang kita sarapan. Jangan berdiri saja disini." Seorang pria tiba-tiba muncul menghentikan perdebatan yang di layangkan istrinya pada anak bungsunya.

Ia tak akan melarang apa yang di lakukan Gabriel. Karna ia pernah muda. Jadi biarkan itu jadi urusan anaknya. Ia tak berhak melarang lagi kemauan anaknya karna Gabriel sudah punya keluarga sendiri. Punya tanggung jawab sendiri.

"Papa kenapa tak melarang El untuk tidak bekerja." Mama iren kesal melihat suaminya yang terlihat tidak peduli. Ia tetap berjalan ke arah meja makan. Mama iren menarik tangan Yana mengikuti suaminya yang terlihat santai.

"Kenapa harus di larang, El pasti tau apa yang harus dia lakukan untuknya dan juga istrinya. Biarkan El yang mengatur keluarganya." Papa arsan menarik kursinya dan duduk. Ia tetap terlihat santai menatap Rey yang sudah duduk dengan gawainya.

"Papa emang nggak bisa di andalkan." Kesal mama iren. Ia membawa Yana duduk ke kursi di sampingnya.

Rey yang melihat itu merasa penasaran. Tapi tak ingin bertanya. Apalagi melihat mamanya yang terlihat kesal.

Gabriel menuruti kemana Yana di bawah pergi mama iren. Ia berjalan meninggalkan kopernya di samping tangga. Ia mengambil duduk di samping istrinya.

"Kenapa duduk di situ?" Tanya mama iren dengan nada kesal ke arah Gabriel.

Gabriel yang sudah ingin duduk mengurungkan niatnya saat mendengar suara mamanya yang terlihat kesal.

Gabriel menaikkan alisnya menatap mama iren. Yang di tatap hanya mendesis. Karna tak mendapat respon dari mama iren ia kembali duduk di samping Yana.

Yana yang melihat tingkah mertuanya merasa tak enak pada suaminya. Ia merasa bersalah karna sudah membuat suaminya kena Omelan dari mama iren.

Rey menatap Gabriel yang juga menatapnya. Tatapannya mengisyaratkan meminta penjelasan. Ia merasa penasaran kenapa mama iren sampai terlihat kesal pagi-pagi begini.

Gabriel hanya menaikkan bahunya malas. Ia tak ingin menjelaskan apapun. Ia terlalu malas meladeni apapun sekarang.

"Laki-laki emang begitu yah. Saat sudah mendapatkan enaknya dia lupa apa yang harus di lakukan." Mama iren berucap sendiri. Menyindir gabriel yang tak memberi respon apapun.

Rey ingin tertawa melihat tingkah mamanya yang kesal seperti anak ABG. Walaupun Rey tak tau apa-apa tapi melihat kekesalan mama iren ia ingin tertawa terbahak-bahak.

"Mama kenapa masih kesal begitu. Sudahlah ma, jangan ikut campur." Papa arsan menengahi. Kalau tak di hentikkan istrinya akan semakin berucap yang tidak-tidak.

Yana meremas gamis yang di gunakannya. Ia tak tau harus berbicara apa. Ia tak masalah jika Gabriel pergi untuk bekerja.

"Papa bela aja terus. Kasian Yana kesakitan begitu malah di tinggal suaminya bekerja, padahal ini ulahnya el yang membuat Yana kesakitan." Mama iren menatap tajam suaminya. Ini demi menantunya ia jadi seperti ini.

"Ma, Yana nggak apa-apa kok." Yana membuka suara. Ia tak ingin hanya diam saja saat mendengar kekesalan mertuanya pada suaminya.

"Sudah ma, istrinya juga tak keberatan suaminya bekerja." Papa arsan bukan tak peduli pada Yana. Ia tak ingin ikut campur dalam rumah tangga anaknya. Ia tau Gabriel tak akan Setega itu pada istrinya.

Rey mengangguk mengerti letak permasalahan yang membuat mama iren kesal. Karna bukan urusannya tangannya terulur mengambil nasi goreng untuk sarapan. Ia sudah kelaparan menunggu pertengkaran ini usai.

"Sudah jangan di bahas lagi, ayo sarapan." Papa arsan mengambil roti dan mengolesinya dengan selai stroberi.

Yana yang tak ingin menambah kekesalan mertuanya. Ia berinisiatif menawarkan diri untuk mengambilkan mama iren makanan.

"Mama mau makan apa? Biar Yana yang ambilkan." Yana berucap kikuk.

Mama iren mengangkat tangannya. Mama iren tersenyum melihat menantunya perhatian padanya.

"Nggak usah sayang. Ambilkan saja makanan untuk suamimu yang tak peka itu." Akhir kalimat mama iren menyindir Gabriel yang sedari tadi hanya diam menatap piringnya.

"Mas El mau makan apa?" Tanya Yana beralih menatap Gabriel.

"Roti isi selai kacang." Gabriel menjawab lirih.

Yana mengolesi roti tawar dengan selai kacang.

"Dua saja." Yana mengangguk. Ia menaruh 2 roti tawar ke piring Gabriel.

Yana mengikuti sarapan paginya seperti yang di makan Gabriel. Roti dengan selai kacang.

Mereka makan dengan tenang tak ada yang bicara. Tak ada lagi kekesalan di wajah mama iren ataupun perdebatan.

Terpopuler

Comments

vi✠ᵛᶜʳ

vi✠ᵛᶜʳ

hmm

2023-02-11

0

Hasnadi

Hasnadi

p

2023-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!