TERPAKSA MENIKAHI MU
Kamar hotel.
Seorang pria tinggi dan tampan sedang berdiri menatap 3 orang yang berada di dalam kamar. Perasaannya campur aduk. Merasa takut dengan keputusan yang dirinya ambil akan membuat mereka kecewa. Ia tau kalau ini salah, tapi ia harus melakukannya.
Ia menatap seorang wanita yang usianya tak lagi muda tapi masih terlihat segar jika di pandang. Wanita baya itu tersenyum bahagia menatapnya. Setelahnya ia menatap seorang pria di samping wanita baya yang sedang berdiri menyamping. Guratan di wajahnya sudah terlihat, apalagi saat ia tersenyum makin membuat guratan itu makin terlihat.
Dan satu lagi seorang pria menghadap ke jendela besar menatap pemandangan jalan yang mungkin memanjakan matanya. Pria itu masih muda di bawahnya tapi cukup berpengaruh dengan bisnis yang dia jalani. Wajah yang tanpa senyum itu terlihat serius menatap jalanan tanpa menghiraukan orang yang berada di dalam kamar.
Setelah menguatkan hatinya. Dirinya kembali menatap wanita baya itu dengan perasaan kalut. Ini keputusan yang harus ia ambil.
"Rey mau ngomong sesuatu." Ucapnya dengan pelan. Ia takut dengan reaksi 2 orang yang ada di hadapannya ini.
"Nanti dulu ngomongnya cepat bersiap-siap sebentar lagi ijab kabul di laksanakan." Ucap wanita baya itu dengan lembut. Tangannya bergerak memberikan jas putih yang akan di gunakan buat pesta.
"Ini serius ma." Ia menghentikan pergerakan tangan wanita yang di sebut sebagai mama.
"Cepat bersiap-siap, papa mau keluar dulu menemui besan." Ucap pria tua yang menatap putranya dengan tegas.
Reyhan menelan ludahnya menatap mata sang papa. Ia menggeleng menahan sang papa untuk pergi.
"Rey nggak bisa nikah ma, pa." Ucapnya lugas dengan perasaan yang mulai ketar ketir. Takut jika sakit papanya kambuh karena perbuatannya.
Plak.
Tamparan hinggap di pipinya. Sakit dan panas Rey rasakan. Ia akui jika dirinya pantas mendapatkan ini. Semua sudah terlaksana tapi ia harus membatalkannya karna suatu paksaan.
"Apa-apaan kamu ngomong kek gitu." Teriak papa arsan dengan emosi.
Mama iren terkejut dengan penuturan sang anak. Ini di luar dugaannya.
"Kenapa rey?" Tanya mama iren dengan perasaan sedih. Matanya berkaca-kaca menatap Rey yang menunduk.
"Rey nggak bisa karna Rey menghamili anak orang."
Plak
Tamparan kembali ia dapatkan dari mama iren. Ia merasa gagal mendidik sang anak. Perasaannya sakit dengan keadaan yang terjadi. Pernikahan sebentar lagi akan terjadi kenapa malah seperti ini.
Gabriel membalikkan badannya saat mendengar ucapan kakaknya yang menghamili anak orang. Ia terkejut, tapi tak bisa melakukan apa-apa. Ini masalah kakaknya jadi harus kakaknya yang selesaikan. Ekspresi wajahnya masih tetap datar dan cuek. Matanya menatap sang kakak dengan tatapan mengejek.
"Kamu gila Rey, sebentar lagi kamu akan menikah. Semua tamu sudah menunggu, apa kamu mau membuat papa sama Mama malu!" Teriak papa arsan yang menggelegar. Untung kamar itu kedap suara jadi teriakan papa arsan tak akan terdengar sampai di luar. Papa arsan tak menyangka ini terjadi di keluarganya. Bahkan yang melakukannya adalah anaknya sendiri.
Papa arsan memijit keningnya. Ia pusing dengan keadaan ini. Perasaan gagal menjadi ayah menyelimuti hatinya.
"Beri wanita itu uang dan suruh pergi jauh dari keluarga kita." Ucap papa arsan dengan suara rendah.
Tak tau lagi harus bagaimana. Ini jalan satu-satunya yang harus dirinya ambil. Ia juga tak ingin kalau wanita yang di hamili anaknya itu menderita. Tapi keadaannya yang tak memungkinkan.
"Papa gila, ada anak Rey dalam perut wanita itu. Rey nggak Setega itu membuang wanita itu setelah rey menikmatinya pa." Rey tak habis pikir dengan jalan pikiran sang papa.
"Tak ada jalan lain Rey. Keadaan sekarang berbeda." Mama iren menatap anaknya dengan tatapan kecewa. Air mata sudah membanjiri pipinya.
Papa arsan memeluk istrinya untuk menguatkan wanita itu.
"Rey nggak bisa ma." Rey menunduk.
"Apa wanita itu ada disini?" Rey mengangguk mengiyakan ucapan mama iren. "Panggil dia Rey, mama mau bicara sama dia." Lanjut mama iren.
Rey menggeleng. "Mama mau ngomong apa? Jangan salahin dia, ini salah Rey ma." Ucap Rey.
Gabriel hanya diam menatap drama yang di buat kakaknya. Ia ingin marah, kakaknya seenaknya menghamili anak orang padahal pernikahan sudah di rencanakan jauh-jauh hari.
"Dengar mama kamu Rey. Bawa wanita itu di depan kami."
Rey pasrah. Ia berjalan keluar kamar. Dan kembali masuk membawa seorang wanita cantik ke hadapan orang tuanya.
Mama iren melepas pelukan dari suaminya. Ia berjalan ke hadapan wanita yang berdiri di samping Rey.
"Tante mohon tinggalin Rey. Sebentar lagi Rey akan menikah. Tante akan ngasih apa pun sama kamu. Kamu mau rumah, mobil, atau apapun itu Tante kasih, yang penting tinggalin Rey. Tante mohon." Mohon mama iren memegang bahu wanita itu.
"Ma, Rey nggak bisa ninggalin nata. Rey sayang sama dia, ada anak kami dalam rahim dia." Ucap Rey menghentikan tingkah mama iren.
Gabriel menatap nata yang juga menatapnya dengan tatapan tajam. Aura kebencian terlihat di matanya. Karna wanita itu mamanya sampai memohon, padahal itu tak pernah di lakukan oleh mamanya selama ia hidup. Wanita anggun yang biasanya mengangkat wajahnya sekarang harus menunduk memohon. Merendahkan harga dirinya. Gabriel mengepalkan tangannya dengan sangat kuat, urat-urat sudah terlihat di tangannya.
"Bawa wanita itu pergi dari sini." Teriak Gabriel menggelegar karna kehilangan kesabaran.
Semua orang terkejut mendengar suara bass itu berteriak. Nata yang sedari tadi menatap Gabriel menjadi takut. Tubuhnya gemetar.
"Apa urusanmu dengan ini?" Tanya Rey menatap adiknya yang sudah emosi.
Gabriel mengangguk dan tersenyum remeh. "Bawa wanita murahan itu pergi dari sini." Ucap Gabriel lagi dengan tatapan jijik.
"Sialan, jangan pernah bilang wanita murahan kalau lu nggak tau apa yang terjadi." Emosi Rey memuncak. Ia berjalan ke hadapan Gabriel siap untuk menghajar sang adik.
Gabriel tertawa renyah. "Oh ya." Gabriel mengangkat alisnya.
Bugh.
Satu tinjuan mendarat di pipi Gabriel.
"Rey stop" teriak mama iren.
Rey menghentikan aksinya karna di lerai papa arsan. Bahkan tamparan kembali melayang di pipinya.
Plak
Mama iren mendekat memegang bahu Gabriel. "Kamu nggak apa-apa sayang?" Tanya mama iren ke putra bungsunya. Gabriel mengangguk.
"Lihat karna kamu anak saya menjadi seperti ini. Seumur hidup anak saya tak pernah melakukan ini sama saudaranya." Teriak mama iren pada nata dengan tatapan marah. "Karna kamu keluarga saya seperti ini." Lanjut mama iren menunjuk nata yang diam mematung.
"Oke, aku bakal nikahin wanita itu." Putus Rey menatap nata. Nata balik menatap Rey dengan perasaan yang tak menentu. Ada rasa kecewa memancar di matanya.
Mama iren tersenyum mendengar keputusan Rey. Perasaan lega menghampiri hatinya.
"Makasih Rey sudah dengar kata mama." Mama iren menghampiri Rey dan memeluk anak sulungnya itu. "Makasih sayang. Jangan buat keluarga kita malu." Lanjut mama iren mengelus punggung sang anak.
"Rey mau nikah yang penting wanita itu mau di madu. Rey nggak mungkin hilang tanggung jawab sama nata ma." Mama iren melepas pelukannya.
Plak
Tamparan kembali melayang di pipi Rey. Tamparan ke 4 membuat pipi Rey kebas.
"Apa-apaan kamu Rey." Tutur mama iren menatap Rey nyalang. Tak habis pikir ia dengan anaknya yang satu ini. Rasa kecewa memuncak di hatinya.
Gabriel menarik kerah baju Rey. "Gue bilang bawa pergi wanita itu dari sini." Tekan Gabriel menatap nyalang Rey. Ini pertama kalinya ia kesal pada sang kakak.
"Kalau gitu lu yang nikah sama dia."
Gabriel mendorong sang kakak. Ia membuang muka. Mendengar ucapan Rey membuat dirinya makin emosi. Ini kesalahan yang kakaknya lakukan. Kenapa harus ia yang tanggung.
"Biarkan Gabriel yang gantiin Rey ma." Rey berjalan ke arah nata. Menggenggam nata yang sedari tadi diam melihat pertengkaran keluarganya.
Nata tak berani mengeluarkan suaranya karna takut melihat tatapan mama iren yang siap menerkam.
"el bantu mama yah." Mama iren mengelus lengan Gabriel dengan lembut.
"Ini pernikahan ma, El nggak bisa menikah sama dia." Gabriel menatap sang mama.
Mama iren menangis tersedu. Bukan cuman keluarganya yang akan malu. Tapi keluarga besannya. Apalagi ia dan sang suami yang meminta wanita itu buat menjadi menantunya.
Papa arsan memeluk sang istri yang menangis terisak. Berarti pernikahan ini harus batal karena ia tak bisa memaksakan kehendak sang anak. Ia yang salah terlalu memaksa pernikahan ini terjadi.
sampe sini dulu yah. maaf kalau ceritanya kurang menyenangkan.
author masih belajar.
selamat membaca..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
vi✠ᵛᶜʳ
seru nih
2023-02-11
0
Rohana Ana
wah seru ni baru awal aja SDH mengguras emosi siapa yg mau jadi penggantin nya
2023-02-11
1