"Apa anda melihat baju dinas saya?!" Yana bertanya gugup. Tangannya memilin jilbab yang ia pakai. Menanyakan soal baju dinas di suaminya sungguh membuatnya malu.
"Baju dinas?" Gabriel bertanya balik menanyakan baju yang di maksud istri kecilnya.
Yana mengangguk malu. Entah sudah seperti apa wajahnya itu. "Baju yang tak sengaja saya lempar di hadapan anda." Yana berucap malu-malu.
Entah bagaimana sekarang pipinya. Mungkin sudah merah seperti kepiting rebus. Apalagi masalah di meja makan kembali terngiang-ngiang di pikirannya. Ciuman yang masih terasa di bibirnya.
Gabriel menjauh dari lemari Yana tanpa menjawab ucapan istri kecilnya. Ia membuka lemari miliknya. Terlihat Jas yang berjejer rapi di dalam sana.
Gabriel memberi kode lewat dagunya pada Yana. Yana berjalan ke arah suaminya dengan pelan. Setelah sampai Yana menatap lemari yang berjejer baju jas milik Gabriel.
Matanya mengarah pada baju yang ia cari, ternyata berada di tengah-tengah baju milik Gabriel. Tangannya dengan cepat mengambil baju miliknya. Bukan hanya 3 baju saja, tapi bertambah 4 lagi baju dinas yang ia ambil dengan model yang lebih seksi dari pemberian Novi.
"Ini kenapa bertambah?" Tanya Yana menatap Gabriel, tangannya mengangkat baju di hadapan Gabriel.
"Kado dari calon istri Rey." Gabriel menatap Yana dengan tatapan mata yang bergejolak. Yana mengangkat baju dinas malam di hadapannya. Membuat yang di bawa sana meronta-ronta, membayangkan jika istri kecilnya itu memakai baju kurang bahan.
"Kenapa anda menyimpan di dalam lemari anda."
"Nggak apa-apa." Gabriel menjawab dengan suara yang serak. Tenggorokannya tiba-tiba kering.
"Makasih." Lirih Yana. Ia kemudian berjalan ke arah lemari untuk menyimpan baju kurang bahannya. Yana merasa heran dengan suaminya yang menyimpan baju dinasnya di antara baju jas miliknya.
'kalau emang nggak bakal di sentuh, harusnya dia membuangnya, kenapa malah di simpan.' batin Yana yang menata semua baju yang di gantung.
'sungguh memalukan, dia memegang baju kurang bahan ini dan menggantung di lemarinya.' lanjut batinnya lagi.
Gabriel tetap berdiri di tempatnya. Menatap Yana yang sibuk merapikan kembali baju-baju yang istrinya itu bongkar. Tubuhnya masih menegang.
Gabriel berjalan memasuki kamar mandi. Situasi sekarang sungguh menyiksa dirinya. Hal yang seharusnya baik-baik saja, malah membuatnya begitu tersiksa. Apalagi bayangan bibir manis nan lembut milik istri kecilnya sungguh memabukkan untuk ia cicipi setiap saat. Tapi sayang seribu sayang, ia tak bisa melakukan hal itu sekarang.
******
Yana berjalan cepat menuju bandara meninggalkan Gabriel yang berjalan di belakang menatap punggungnya yang di balut jilbab besar. Sungguh menggemaskan di mata Gabriel melihat tubuh pendek dan berisi milik istrinya.
Ingin ia rengkuh tubuh yang tingginya sebatas dadanya itu.
"Dimana sahabat mu itu?" Tanya Gabriel dengan lembut saat dirinya berdiri di samping Yana. Cara bicaranya pun ia ubah. Tak ingin lagi memakai lo-gue pada istrinya. Walaupun tiba-tiba ia harus menggantinya.
"Katanya masih di dalam." Yana menengok ke sana kemari menunggu sahabatnya itu muncul.
Gabriel menarik wajah Yana menghadap wajahnya. Binar mata istrinya yang sangat menarik perhatiannya, ingin rasanya ia kecup lagi. "Nggak usah menengok kesana kemari. Sahabat mu itu akan muncul sebentar lagi." Gabriel mengecup kening Yana dengan lembut.
Yana yang mendapat perlakuan seperti itu membuat jantungnya kembali berdebar. Bagaimana ia tak luluh pada suaminya kalau setiap hari di beri asupan nutrisi perhatian dari Gabriel.
"Ke-napa?!!" Yana bertanya gugup mendapat serangan tiba-tiba.
"Apanya yang kenapa?" Gabriel bertanya balik. Tangannya terangkat menyentil kening istrinya.
Yana menggeleng sambil mengusap keningnya yang terasa sedikit sakit. Tadi habis di cium sekarang malah dapat sentilan di keningnya. Di buat terbang setinggi tingginya tapi, detik itu juga malah di jatuhkan.
"Yana." Teriak seorang wanita yang begitu kencang membuat beberapa orang yang berada disana melihat ke arahnya. Membuat ia salah tingkah.
Yana tersadar dari pikirannya. Matanya mengarah pada seorang wanita yang tersenyum lebar ke arahnya. Wanita berjilbab pashmina biru navi dan tak lupa gamis hitam polosnya.
Yana berjalan pelan dan memeluk Novi saat sudah berada di hadapannya. Mereka saling berpelukan untuk melepas rindu karna berpisah selama sebulan lebih.
"Kangen sama pengantin baruku ini." Goda Novi yang melepas pelukannya. Tangannya mencolek dagu Yana di balik cadarnya dan mengedipkan sebelah matanya pada sahabatnya.
"Aku juga kangen sama ponakan aku yang tampan itu." Yana menatap arka di gendongan ayahnya.
Novi cemberut mendengar ucapan Yana. Ia mendelik jengkel melihat kejahilan Yana yang mulai keluar.
Mata Novi menatap seorang laki-laki di belakang Yana. Wajah yang begitu sempurna dan juga tubuh yang tinggi. Ekspresi wajahnya datar dan dingin. Tetapi, ketampanannya tak berkurang sedikitpun.
Yana menatap arah pandang Novi di belakang tubuhnya. Ia berbalik menatap suaminya yang terlihat datar.
"Dia siapa?" Tanya Novi yang terus menatap Gabriel.
"Suami aku." Yana menjawab malu.
"Sayang matanya kondisikan." Ucap Heri mengelus wajah Novi agar wanita itu sadar.
Novi terkekeh. Ia tak tergoda sedikit pun pada suami sahabatnya itu. Ia sekedar melihat wajahnya yang terlihat sangat datar.
"Tenang saja aku tak tergoda." Novi menyubit pipi suaminya yang begitu menggemaskan saat cemburu.
Yana terkekeh melihat Novi yang tak malu-malu saat ngelakuin hal itu pada suaminya. Sedangkan dirinya, hanya di tatap saja sudah membuatnya malu semalu malunya.
"Oiya kenalin suami aku, mas Gabriel. Mas Gabriel ini Novi sahabat aku, ini suaminya mas Heri, dan ini anaknya arka." Yana memperkenalkan Gabriel pada sahabatnya begitupun sebaliknya.
Novi mengatupkan tangannya di hadapan Gabriel. Mereka saling berkenalan satu sama lain.
"Gimana rasanya malam pertama sama pria perkasa seperti dia?" Bisik Novi mengedipkan mata menggoda Yana.
Yana cemberut di balik cadarnya. Malam pertamanya mereka tidur terpisah. Bagaimana bisa ia merasakan yang namanya malam pertama jika suaminya saja tak menginginkan dirinya.
"Jangan di bahas, itu privasi. Nggak baik ceritain hal-hal pribadi pada orang lain. Lebih baik kita jalan saja." Jawab Yana menghentikan pembicaraan tentang malam pertama.
Yana dan Novi berjalan lebih dulu, meninggalkan para suami di belakangnya. Mereka asik cerita berdua dengan sedikit candaan yang membuat mereka tertawa.
"Bagaimana rasanya menikah sama bocil?!" tanya Heri membuka pembicaraan di antara dirinya dan juga Gabriel.
"Biasa aja." Jawab Gabriel acuh. Sedangkan dalam hatinya, memuji keunikan istrinya itu.
"Apa kau tak mencintainya?" Heri menatap Gabriel yang terlihat cuek. Ekspresi wajahnya tak berubah sedikit pun.
Gabriel mengedikkan bahunya tanda tak perduli.
"Ya aku tau perasaan mu bagaimana. Aku juga pernah merasakannya waktu nikah sama Novi." Heri membayangkan bagaimana awal menikah dengan novi. Kelincahan dan bar-barnya wanita itu sungguh membuatnya pusing. Untung sekarang sayang jadi apapun yang di lakukan istrinya ia merasa bahagia.
"Apa kau tak berusaha membuka hati untuk yana?"
"Jangan tanya lagi, soal itu biar jadi urusan gue." Ketus Gabriel dan berjalan cepat meninggalkan Heri.
Heri yang melihat tingkah suami sahabat istrinya hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Kasian aunty Yana dapat suami kek gitu, pasti aunty Yana nggak bahagia sama dia yah." Bisik Heri pada arka yang menatapnya. Saat mendengar omongan ayahnya, arka tertawa senang seperti arka tau apa yang di bicarakan ayahnya.
"Kalau arka sudah besar jangan sakiti perempuan mana pun yah." Ucap Heri lagi. Arka mengangguk mengiyakan ucapan ayahnya, entah ia paham atau tidak, ia tetap tertawa senang di ajak ngobrol oleh ayahnya.
Gabriel berjalan di samping Yana membuat istrinya itu menoleh padanya.
"Kenapa?" Tanya Yana pada suaminya.
"Nggak." Gabriel menjawab datar tanpa menoleh pada Yana.
"Oh." Balas Yana singkat.
"Mau bareng nggak, Vi?" Tanya Yana pada Novi saat sudah memasuki parkiran mobil.
"Nggak, pak Jepri udah ngejemput. Itu dia udah nunggu." Tunjuk Novi ke arah seorang pria tua yang sedang menunggu di depan mobil.
"Ya udah aku bareng kamu aja." Semangat Yana berjalan mengarah mobil pak Jepri.
"Ya udah ikut aja."
Gabriel yang melihat itu menarik lengan Yana mengarah ke dirinya.
"Kenapa?" Tanya Yana saat berada di pelukan suaminya.
"Mau kemana?" Gabriel bertanya balik menatap istri kecilnya.
"Saya mau ikut di mobil Novi." Jawab Yana gugup saat melihat mata Gabriel yang begitu dekat.
"Kan ada aku, kenapa malah ikut mereka?" Gabriel berucap ketus. Rasa kesal memenuhi hatinya melihat Yana yang lebih memilih ikut sahabatnya daripada dirinya.
"Emang harus ikut sama anda?" Tanya Yana merasa bingung dengan tingkah suaminya sekarang.
"Nggak."
"Ya sudah kalau gitu saya ikut sama Novi aja." Yana menarik tangan Gabriel agar melepaskan tubuhnya. Tapi, belum ia melakukan hal itu, ia sudah melayang. Tubuhnya lebih dulu di angkat oleh Gabriel dan di bawah ke mobil milik suaminya.
"Kenapa di angkat, turunin." Berontak Yana di gendongan Gabriel.
"Nggak." Gabriel tetap cuek dengan kelakuan Yana yang memaksa ingin turun. "Kamu diam, atau aku cium di sini?" Lanjut Gabriel mengancam Yana.
Yana seketika terdiam. Ia tak ingin mengambil resiko yang membuat tubuhnya kaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments