"Leon,,,"
Seorang wanita cantik yang berpakaian seksi dan memakai make up tebal bergelayut manja dilengan Leon.
" Nanda! Lepaskan tanganmu ini ditempat umum, jaga sikapmu!
"Leon,, aku kangen banget sama kamu, kemarin aku dari bandara langsung ke rumahmu, tapi kata Oma loe keluar kota! masih bergelayut di lengan Leon.
Nanda adalah Puteri dari Bram Pernama, sejak kecil ia sudah ngejar ngejar Leon, tapi bagi Leon ia hanya teman.
Cahya menatap jengah dengan tingkah laku wanita di depannya, ia fokus pada si Abang nasi goreng tanpa menghiraukan yang disampingnya.
" Kak,,, boleh minta sedekahnya,, saya dan adik saya belum makan dari tadi pagi,,"
Dua anak kecil berusia 7 thn dan 5 thn dengan baju yang sudah compang camping dan rambut yang awut awutan mendekati Cahya.
" Nama kalian siapa? Kalian tinggal dimana sayang,,, dan kemana orang tua kalian? Dengan lembut Cahya membelai pipi kedua anak kecil itu.
" Nama saya Zahra dan ini adik saya Zahira kak,,, kami tunawisma, dan kedua orang tua kami meninggal karena kecelakaan, kami diusir dari rumah oleh bibi kami sendiri, hiks,, hiks,, hiks,,," tangis keduanya pun pecah memilukan siapa saja yang mendengarnya.
" Zahra dan Zahira mau gak ikut kakak pulang, disana nanti kalian akan memiliki banyak teman, dan pastinya kalian gak perlu mengemis untuk makan, gimana mau gak tinggal di panti asuhan bersama kakak?
Keduanya pun mengangguk.
" Pak, pesen nasi gorengnya dua bungkus lagi ya pak, tapi saya nitip dulu, ntar kalo pulang saya ambil, ni uangnya ,,.'
Cahya mengeluarkan uang seratus ribu, lalu mengambil gitar dari tangan Leon.
" Kamu mau ngamen lagi, kan uang tadi cukup untuk bayar nasi goreng? mengerutkan dahinya menatap tajam Cahya.
" Ini bukan urusanmu, urus saja nyi peletmu itu." Menatap tajam kearah Nanda dengan senyuman sinisnya.
" Apa maksudmu nyi pelet? Emangnya loe siapa beraninya kurang ajar padaku? Kamu gak tau siapa aku?
Nanda benar benar marah dengan ucapan Cahya, ia hendak menampar Cahya namun dengan sigap ditepis oleh Cahya , tak terima ia mau menjambak rambut Cahya, tapi tangannya ditarik oleh Leon.
" Cukup,, jangan buat malu, Cepet pulang kalau tidak apa perlu aku yang turun tangan sendiri." Mata singa Leon sudah mengarah ke Nanda, dengan berat hati ia pergi dari tempat itu dengan perasaan dongkol dan menggerutu disepanjang jalan.
" Sayang, maaf ya kalau kalian harus liat hal yang tak baik tadi, dan jangan pernah kalian tiru karena itu salah, maafkan kakak ya sayang,,, sekarang kalian sama om dulu nanti kakak kembali lagi, gak lama kok,, ngerti kan sayang,,,!"
Zahra dan Zahira mengangguk lalu duduk disamping Leon.
" Jaga mereka untukku!" Jangan pernah sakiti mereka!" Awas kalo sampai mereka kabur karena takut padamu! Aku gak akan maafin kamu! Cahya menekankan setiap ucapannya, Leon cuma mengangguk.
Malam yang semakin larut, dan udara yang terasa dingin menusuk ke tulang, tak menyurutkan tekadnya untuk mengais rejeki,
Ditaman yang dipenuhi kerlap kerlip lampu hias dan terdapat jejeran bangku yang tertata rapi, ditengahnya terdapat air mancur yang dikelilingi aneka tanaman bunga, yang memanjakan mata yang melihatnya, terdapat sebuah bangku dan disanalah kini Cahya berada, perlahan namun pasti dipetiknya sinar gitar, dan mulai melantunkan lagu lagu romantis, menghanyutkan perasaan semua yang mendengarnya, karena menghayati tiap lagunya tanpa disadarinya sudah banyak orang yang berkerumun mengelilingi, bahkan ada yang memvideo ya,
Cahya pun berhenti bernyanyi saat kerongkongannya terasa kering dan tanpa ia minta para penonton sudah memberikan saweran untuknya,
" Terima kasih,, terima kasih untuk semuanya,,."
Sungguh ia bahagia karena hasilnya kali ini jauh melebihi prediksinya, sungguh rejeki anak Soleh, senyuman terus mengembang dibibirnya, dengan santai ia berjalan ke warung nasi goreng tadi, namun ia tak menjumpai Leon, Zahra dan Zahira.
" Pak, maaf,, kemana anak anak yang bersama saya dan pria bertopi tadi?
" Kayaknya udah pulang neng sejak setengah jam yang lalu." sambil melayani pembeli
"Oh,,, ya udah pak, terima kasih."
Bergegas ia menyusuri trotoar yang menuju ke panti, jalanan terasa sepi karena sudah pukul 11 malam, hatinya terasa gak enak seperti ada yang sedang mengikutinya, langkahnya pun dipercepat, sesekali dia menengok ke kanan dan ke kiri, masih ada satu dua orang yang lewat jalan itu, saat tiba di gang buntu terasa ada yang menarik bahunya,hingga ia menoleh ke belakang,
Tampak dua orang pria yang bertubuh besar dan berkumis tebal, matanya melotot.
," Cepat serahkan uangmu, kalau masih sayang dengan nyawamu,! tangannya mencengkeram leher Cahya,
Dengan sekuat tenaga ditendangnya alat vital pria itu hingga membungkuk menahan sakit dibawahnya, karena melihat temannya kesakitan, pria yang satunya mengambil belati dari dalam bajunya, dan ditusuk kan kearah perut Cahya, dengan sigap ditangkis olehnya menggunakan gitar dan pria itu ditendang pas diulu hatinya, melihat mereka kesakitan secepat kilat Cahya berlari memecah kesunyian malam menuju panti.
Tanpa ia sadari sepasang mata menyaksikan semuanya dari jauh dan tersenyum tipis.
Nafasnya sudah ngos ngosan, saat ia sampai di panti, perlahan ditariknya nafas dalam dalam lalu dihempaskan lewat mulut, dilakukannya berulang ulang hingga ia merasa lebih baik, sungguh jantungnya seperti mau copot, mengingat kejadian tadi, diapun duduk dikursi taman dan melihat bintang yang bertaburan, sungguh indahnya diiringi angin malam yang sepoi sepoi, menampar lembut kedua pipinya dan menyibakkan anak rambutnya,
Udara yang terasa dingin menusuk tulang tak dihiraukannya, sesekali ia mengusap usap dan mencium tangannya agar terasa hangat,
kadang ia mengusap usap bahunya dengan kedua tangannya. Tiba tiba ada selimut tipis yang menutupi pundaknya, ia pun mendongak,
"Leon,,"
" Kenapa belum tidur, memangnya kamu gak capek? Apa ada yang kamu rencanakan?
Cahya menatap mata leon, dan mereka saling beradu pandang,
" Gue gak bisa tidur gulik,,,? Loe darimana kenapa baru datang, tuh nasimu udah dingin,
ditungguin gak ngerti ngerti, karena kebelet pipis kuajak anak anak pulang, sekarang istirahat di kamarmu,,,."
Leon ikut duduk disamping Cahya, dan memejamkan matanya.
" Kenapa tidur disini, ntar loe masuk angin lagi! Gimana kujawab Oma mu nanti? Loe ke kamar tamu aja ya,?
Sambil tersenyum dan menarik turunkan sebelah alisnya kemudian mengedipkan sebelah matanya, sungguh manis sekali,
" Loe sedang ngerayu gue ya? Ngapain bertingkah sok imut gitu? Pingin rasanya mencicipimu? bisik Leon ditelinga Cahya
dan mencium bibir lembut itu, **********
semakin dalam, mulanya Cahya berusaha berontak namun tangan Leon merangkul tengkuknya, hingga ia pasrah tak membalas ciuman panas dari Leon.
Tangan Leon mulai tak terkendali dan perlahan masuk ke dalam baju Cahya mengusap perutnya dan meraba keatas tepat di dua bukit kembar Cahya, masih dalam posisi berciuman Leon mulai menarik keatas bra Cahya dan meremas remas dua bukit kembar itu, Cahya yang mulanya terlena akan permainan Leon kini mulai sadar dan menggigit bibir bawah Leon dan akhirnya ciuman itu terputus,
Cahya merapikan bajunya dan mengusap bibirnya, ia memandang Leon penuh amarah dan ingin menamparnya, namun tangannya sudah di cekal oleh Leon.
" Jangan durhaka pada calon imam mu,? bisiknya lembut ditelinga Cahya
Cahya hendak berdiri namun ditahan oleh Leon hingga ia terduduk kembali,
" Temani aku liat bintang, ucapnya lalu memeluk tubuh Cahya memberi kehangatan, mengusir rasa dingin malam ini.
"*Cahya, **andai kau tau aku mulai mencintaimu, takkan pernah kulepaskan, kujanji akan menjagamu seumur hidupku, memberikanmu kebahagiaan disisa hidupmu, walau kau masih ragu
" nafasku adalah dirimu
bahagiaku adalah senyum mu
deritaku adalah tangismu
kaulah hidupku" bisik hati Leon
"Tuhan, salahkah aku mencintainya
rasa ini membunuhku,
dialah hidupku, bisik hati Cahya
bertemu denganmu memang inginku
mengenalmu memang harapanku
mencintamu anugrah untukku
membencimu bukan inginku
namun kehancuranmu adalah tujuanku,
bisik sisi jahat cahya***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Penjaga Hati
hai kk semangat up,
salam hangat dari karyaku 🙏
2020-07-24
0