Dengan sedikit berlari Cahya menyusuri jalan yang menuju ke kamarnya, ia tak menghiraukan siapa saja yang memanggilnya, hatinya terluka lagi seakan kejadian sepuluh tahun lalu terlihat nyata, potongan potongan kejadian itu sungguh seperti sebuah film yang diputar kembali, sesampai dikamarnya dibenamkan wajahnya dibantal dan berteriak sekeras kerasnya meluapkan semua rasa yang ada dihatinya saat ini,
"Arghh,,, kenapa mereka muncul disini, saat aku belum siap menata hatiku, ya,, Allah,, ampuni hamba mu ini yang harus menyakiti hambamu yang lain, sungguh ku hanya menuntut keadilan untuk keluargaku saja ya Allah,,, karena mereka mengambil semua kebahagiaanku, hamba hanya ingin mereka merasakan hal yang sama seperti kurasa, salahkah hamba ya Allah dengan dendam ini,
kumohon ridhoi jalan yang hamba pilih ini ya Robbi,,, karena ku tak ingin ada Cahya Cahya yang lain karena ulah mereka,, kuatkan hati hamba yang akan menghukum mereka, jangan pernah lemahkan lagi,,, !" Cahya bangun dari tidurnya, kemudian ke kamar mandi mencuci mukanya agar tak terlihat habis menangis
Setelah merapikan rambut dan memakai bedak tipis dan lipgloss , diambilnya sebuah hijab berwarna pink yang menambah kecantikannya, sungguh hari ini Cahya begitu anggun dengan hijabnya, tatapan mata singanya berubah seperti biasanya, mata teduh dan berbinar yang menyejukkan.
Setelah itu ia ikut membantu mengantarkan makanan dan minuman untuk para donatur itu, semua yang melihatnya terkejut dengan penampilan Cahya yang beda dari biasanya, sungguh cantik bagai bidadari.
" Cahya,,, loe cantik banget, gue pangling sama loe, jujur loe beda banget, persis bidadari,,!!" Aira memandang dan mengitari tubuh Cahya dari atas sampai bawah dan berdecak kagum akan keindahan ciptaan Tuhan
" Dasar lebay,,, emangnya loe pernah ketemu sama bidadari?" Udah ah,,, jangan ngaco ntar bunda marah kalo kita terlambat!" Cahya mengambil nampan dan ditatanya dengan rapi gelas minuman berisikan kopi dan teh manis, lalu mengantarnya ke ruang tamu, karena keluarga Hadiningrat ada disana, sepanjang jalan ia berdoa agar hatinya kuat dan bisa menahan amarahnya.
" Assalamualaikum,,,?" sapanya sebelum masuk ke dalam ruang tamu yang tidak terlalu besar, disana cuma ada lima buah sofa yang berjajar dan disetiap sofa ada meja didepannya.
"Wa'alaikum salam,,!" jawab semuanya
Cahya dan Aira meletakkan minuman sesuai dengan pesanan mereka dimeja masing masing, lalu mengucap salam dan pergi meninggalkan tempat itu, belum sempat Cahya keluar ruangan ia dihentikan oleh nyonya besar.
" Tunggu nak,, yang memakai hijab pink bisakah kemari sebentar?" dada Cahya serasa berhenti berdetak, sesaat dia mematung, apakah mereka mengenalinya, itu yang ada dipikirannya saat ini, hingga tangan Aini menyenggolnya, membuyarkan lamunannya dan melangkah kearah Oma itu.
Semua yang ada di ruangan terkejut saat Oma memanggil gadis panti ini, dan mereka fokus pada sosok yang dituju, memang cantik dan anggun Dengan balutan hijabnya, semua memang terpana tapi bagi mereka tetap saja tidak level dengan status keluarga mereka.
Cahya menunduk hormat saat dihadapan nenek itu, dan beliau menyuruhnya mendekat dan duduk disebelahnya sambil menepuk sofa, Cahya mengangguk dan duduk bersebelahan dengan nenek itu, walaupun dadanya serasa mau keluar, takut kalo orang orang itu mengenalinya.
" Namamu siapa nak,,, berapa usiamu sekarang,,, masih sekolah atau sudah kuliah?" tanya Oma lembut seraya menatap wajah Cahya penuh dengan kasih.
" Saya cahya nek, usia saya 17 thn dan masih kelas 3 SMA,," jawabnya sambil tersenyum manis penuh kesopanan.
" Sayang,,, panggil saja saya Oma, sama seperti cucu saya ini,,, menunjuk pada seorang pria muda disampingnya yang tak bergeming dari menatap ponselnya mengecek kerjaannya,,
' Iya,,, Oma,,," wajahnya tampak memerah karena malu dan menunduk agar tak ketauan.
" Kenapa kau menunduk sayang,, jangan malu,,, sambil mengangkat wajah Cahya dan merekapun saling bertatapan .
" Sejak kapan kamu tinggal disini, karena tiap kali ku kesini tak pernah liat kamu." sambil mengusap kepala Cahya lembut dan membelai pipinya.
"Saya sudah sepuluh tahun disini Oma,,, memang saya gak pernah ikut acara seperti ini sebelumnya, karena harus sekolah,,, maaf kalo telah menyinggung Oma,,, bukan acaranya tak penting, tapi tiap kali ada acara saya ada ulangan disekolah, harus masuk kalo tidak bea siswa saya bisa dicabut, Oma,,, maaf untuk sebelumnya,,,sambil menakupkan kedua tangan didadanya memohon maaf.
" Kenapa minta maaf kalo kamu tidak salah, sekolah memang yang terpenting, Oma salut sama kamu nak,,oh ya,, apa kamu sudah punya pacar?" tanyanya lembut
" Belum Oma,, kan saya masih sekolah Oma,, gak beranilah mikir yang macem macem, ntar bunda marah lagi, he,,he,,," sambil tersenyum menatap bunda Aisyah
" Memang bunda Aisyah gak ngijinin anak asuhnya pacaran?" dengan semangat Oma menginterogasinya
" He,,he,, nggak lah Oma, mana mungkin bunda ngijinin hal gituan, toh itu juga demi kebaikan Cahya, kan lelaki sekarang banyak yang buaya Oma,,, habis manis sepah dibuang, bahkan tak segan segan mengambil yang bukan haknya, iya kan Oma?" kata buaya sedikit dikeraskan dan ditekankan, dengan senyuman polosnya yang tanpa dosa,
Sontak pria pria yang ada di dalam ruangan itu menatap padanya dengan sinis, namun Cahya berpura pura tak tau dan cuek saja memasang muka polosnya.
" Iya,,, sayang bener apa yang kamu bilang, memang jaman sekarang banyak buaya daratnya, jadi kamu gak usah nyari diluaran, gimana kalo sama cucu Oma aja, dia baik
kok?" tutur Oma ceplas ceplos
Saat itu Leon sedang meminum tehnya karena terkejut dengan omongan Omanya iapun memuncratkan teh itu keluar.
" Bruurk"
" Oma apa apaan sih, kenapa Leon diikut ikutkan, Leon bisa cari sendiri, Oma gak perlu repot repot, ini hidup Leon, Oma?!!" dengan marah Leon bangkit dari duduknya mau keluar namun ditahan oleh Omanya.
" Duduk Leon!!"" bentaknya
" Jangan kurang ajar kamu, inikah hasil belajarmu jauh jauh ke luar negri, berani pada orang yang lebih tua,, duduk kamu?!" Oma marah besar
Semua yang ada di ruangan itupun terdiam, tak ada satupun yang bersuara, suasana jadi hening sejenak, Leon pun kembali duduk dengan menahan amarahnya, wajahnya nampak memerah, sekilas ditatapnya Cahya.
" Dasar gadis kampung, awas kau!! Tunggu saja pembalasanku!!!"" dengan senyum menyeringai seperti binatang yang siap memangsa buruannya.
Dalam hati Cahya bersorak gembira melihat kemarahan Oma, " ini baru awal liat saja apa yang akan kulakukan untuk keluarga kalian!" senyum tipis sempat menghiasai bibir tipis yang merona itu.
" Oma,,, sudah,,, jangan marah marah terus nanti lekas muda lo, Oma! Bisa bisa Cahya kalah cantik nanti,,, trus banyak cowok yang naksir sama Oma, Cahya gimana nanti kalo gak kebagian,,,he,,,he,,," dengan senyum manisnya menggoda Oma.
" Kamu bisa aja, Oma ngerasa lebih 20 thn lebih muda he,,, he,,, kamu itu
memang pinter ngerayu Oma, sambil mengusap kepala Cahya dan mencium keningnya, sedangkan yang lain menatap kedekatan mereka dengan wajah jengah.Leo pun mengakhiri pembicaraan keduanya.
" Ibu, sudah kita ke aula saja sekarang, waktuku sudah tak banyak lagi, ada meeting penting dengan klien nanti sore nanti. Leo pun melangkah keluar diikuti yang lain, Oma pun menggandeng tangan Cahya dan tetap bersenda gurau sepanjang jalan, pemandangan itu membuat semua orang heran, mereka seperti nenek dan cucu kandungnya sendiri,Leon yang berada dibelakang mereka sesekali tersenyum tipis jika ada kelakuan keduanya yang lucu.
"Gadis kampung, sebenarnya loe cantik juga, lucu lagi,, kenapa dengan aku ini, sadar Leon dia hanya benalu yang harus kau singkirkan, tapi kenapa hatiku berdebar seperti ini, senyumannya indah sekali,, bibir tipisnya itu ingin sekali kucicipi,, Leon,,, dasar gila loe, itu cuma gadis kampung gak selevel denganmu,,," disepanjang jalan Leon bergulat sendiri dengan pemikirannya, dan tiba tiba
" Sreett,,, bugkh,,,"
" Aw,,, !" Cahya terpeleset karena asyiknya ngobrol dengan Oma hingga menginjak kulit pisang, namun ia tak terjatuh ke lantai karna Leon menahan tubuhnya, tangan Leon menyangga pinggang Cahya, sedangkan kedua tangan gadis itu mencengkram lengan Leon, tatapan kornea mereka saling beradu, seakan saling menyelami keindahan ciptaan Tuhan, dada mereka serasa berdetak dengan kencangnya, cukup lama mereka diposisi itu hingga jadi tontonan yang lain.
Tiba tiba saja sebuah tamparan melayang dipipi Leon.
" Plaakk,,!"
Semua terkejut dan,,,,
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Rosananda
👍👍👍
2021-09-13
0
누나 슈가 🖤
lanjut thor
2021-02-11
0
Arghiyantho Arif
ditunggu pembalasannya.....
2020-07-19
0