"Hikss,,,hikss,,,hikss,,!
Buliran bening itu terus saja mengalir dari kedua bola mata yang indah itu. Sungguh perasaannya sekarang bercampur aduk, antara sedih, bahagia, kecewa, dan marah.
Sungguh semua orang telah mempermainkannya, mempermainkan hidupnya,
Kenapa kebahagiaan selalu datang bersama dengan kepedihan, ia seakan tak sanggup untuk menghadapii semua kenyataan.
"Kenapa bisa begini,,, orang yang selama ini kubenci adalah papaku sendiri, dan orang tua yang kusayangi adalah Oma dan opa aku yang tega memisahkan kedua orang tuaku,,,
ya Allah,,, kenapa ini menimpaku,,, bertahun tahun kubangun dinding kebencian dihatiku sendiri untuk papaku,, kenapa baru kini Kutai kenyataannya." bisik hati Cahya
Dengan airmata yang terus menetes, ia kuatkan hatinya untuk berita buruk yang lain.
" Maaf pa,,, Cahya masih ragu jika papa adalah papa kandungku,,, jika papa tau aku putrimu kenapa membiarkan pernikahan ini terjadi? Bukankah aku dan Leon saudara seayah, dan kami tidak diperkenankan untuk menikah, tapi kenapa Oma justru menjodohkan kami.? dengan suara yang bergetar dan lirih dengan mengusap air mata yang terus membanjiri pipinya.
" Sayang,,, lihatlah hasil DNA ini, itu kuperoleh saat pertama kali kubertemu denganmu di panti asuhan, dengan hanya memandang wajahmu kutahu kalau kau adalah putriku. Karena kamu persis seperti Kinan waktu muda, tidak ada bedanya, hanya rambut kalian yang berbeda, sungguh kalian bagai pinang dibelah dua. Dan untuk memastikan kecurigaan ku maka kulakukan tes DNA itu tanpa sepengetahuan siapa pun, karena tanpa kau sadari saat bertengkar dengan Leon, aku telah mengambil beberapa helai rambutmu, dan kecurigaanku benar kau adalah putriku yang selama ini terpisah dariku." ucapnya berat mengambil nafas dan mengeluarkan perlahan.
Cahya mengambil kertas yang disodorkan Leo, tangannya gemetar saat menerima dan membuka nya, dibacanya perlahan dan matanya membulat dengan yang tertera disana, tangannya terjatuh diatas meja diikuti kepalanya, tangisnya semakin menjadi, andai ruangan itu tak kedap suara pasti tangisannya sudah menggema diseluruh rumah itu.
" Kenapa,,, kenapa,,, kenapa,,, ya Allah,,,,??
Hatinya benar benar hancur sekarang, ia tak tahu harus berbuat apa, semua terasa sesak di dada,, orang orang yang dicintainya ternyata tega membohonginya, mengkhianati kepercayaannya.
"Apakah Oma, bunda Aisyah, dan Leon tahu semuanya, pa? Ucapnya lirih
"Oma dan bunda Aisyah sudah tau dari dulu sayang,, jika kamu putri papa,, tapi demi keselamatanmu mereka menyembunyikan jati dirimu, selama sepuluh tahun ini Oma menjagamu secara diam diam tanpa sepengetahuanmu juga papa, karena papa terlalu sibuk dengan pekerjaan dan merawat mama Kinan, jadi papa tidak mencari tahu kebenaran tentangmu yang dinyatakan telah meninggal saat kamu berusia 2 thn, Oma dan opa mu memalsukan kematianmu dengan sempurna hingga papa yang masih bodoh saat itu percaya begitu saja tanpa mencari tahu kebenarannya, maafkan papa sayang,,, maaf,,, butuh waktu yang lama untuk menemukanmu!"
Air mata Leo pun kembali tergenang, diusapnya kepala Cahya yang masih tertunduk dimeja kerja Leo dengan lengan sebagai penumpunya.
" Kenapa papa tidak menghalangi pernikahanku dengan Leon? Kenapa membiarkan kami menikah, seandainya kami tahu kalau kami saudara maka pernikahan ini tidak akan terjadi, pa? Kenapa kalian tega menghancurkan hati kami,,, kenapa pa,,, kenapa?
Suaranya kini mulai meninggi, seakan tak sanggup lagi menahan rasa yang menyesak di dadanya.
" Aku benci kalian semua!!! teriaknya sambil berlari meninggalkan ruangan itu.Hendra yang saat itu duduk disofa depan ruang kerja terkejut melihat Cahya yang berlinang airmata dan berlari tak menghiraukan siapa pun, dan ia mulai mengerti jika kebenaran itu telah diketahui Cahya.
Dengan derai air mata ia berlari menuju taman belakang dimana Oma dan opanya beristirahat ditidur panjangnya. Langkahnya terhenti di dua gundukan tanah itu, lalu memegangi batu nisan keduanya.Tenggorokannya terasa sakit karena terlalu lama menangis. Leon yang melihatnya berlari sambil menangis pun merasa cemas, karena panggilannya tak dihiraukan oleh Cahya, maka ia putuskan untuk mengejarnya. Dan berdiri dibelakang istrinya itu saat mendengar ucapan Cahya dihentikan langkahnya mendekati istrinya.
"Kenapa kalian begitu kejam,,, mengapa memisahkan kami dengan papa,,,, mengapa membuatku membenci orang yang seharusnya kuhormati,,, katakan padaku Oma,, katakan padaku opa,,, bangunlah sekarang,, teganya kalian hancurkan perasaanku seperti ini,,,katakan!!! Apa yang harus aku lakukan sekarang, membalas dendam kematian kalian dengan membunuh papa kandungku,,,, atau membiarkan dia hidup dengan rasa kebencian ini,,, kenapa takdir ini begitu kejam,, bahkan orang yang kucintai adalah saudaraku sendiri,, hiks,, hiks,,hiks,,, apa ini permainan kalian,,, apa ini sudah kalian rencanakan,,, menghancurkan perasaan kami semua tanpa tersisa,,, jawab,,, bangunlah Oma,,, opa,,, aku mohon jawab aku,,,!!
Dengan nada meninggi dan setengah berteriak ia menekankan semua kata katanya,
badannya terasa lemah, matanya terasa gelap dan kini ia terkulai jatuh dan pingsan, untung Leon dengan refleks berlari menangkapnya.
Sebenarnya ia terkejut dengan ucapan Cahya namun ditepiskan dulu.
Dibopongnya tubuh Cahya menuju kamar utama, dimana ada foto Kinan disana.
Setelah merebahkan tubuh Cahya iapun menyelimutinya dan duduk di tepi tempat tidur dengan mengusap dan membelai pipi istrinya itu, kemudian mencium kening dan bibirnya sekilas.
" Sebenarnya apa yang terjadi sayang,,, kenapa kau jadi histeris seperti ini, kemana perginya Cahya yang kukenal dulu, yang begitu ramah dan menebarkan kasih sayangnya,, kenapa ada dendam dihatimu yang akan buatmu tak bahagia,, biarkan aku yang menanggung semua bebanmu, berikan itu padaku,,kuberharap gulik ku akan kembali,,, istirahatlah,,, lepaskan lelah dan letihmu,,,,!! mencium kening Cahya lalu beranjak keluar.
Belum sampai membuka pintu kamar, matanya menangkap bingkai foto besar yang terpajang di dinding, matanya membulat karena foto itu seperti Cahya namun rambutnya yang berbeda dan ada tahi lalat di bawah bibir sebelah kanan. Sejenak ia terpaku, lalu melangkah keluar kamar menuju ruang kerja Leo.
Beribu pertanyaan yang tersimpan dalam benaknya kini ingin dia curahkan dan tumpahkan saat ini juga, semua rahasia yang disembunyikan oleh papanya selama ini, hingga dia sendiri sebagai anaknya tak pernah dihiraukannya, karena selama ini ia hanya mendapat kasih sayang dari Oma nya saja.
Walau dimata dunia ia dikenal sebagai pewaris tunggal keluarga Hadiningrat, namun dalam hidupnya ia tak pernah mendapat kasih sayang seorang papa yang sangat dihormatinya itu. Dari kecil hingga tumbuh menjadi Presdir diperusahaannya hanya sesekali saja ia mendapat perhatian dan kasih sayang papanya.
Hingga ia tumbuh menjadi pribadi yang dingin dan angkuh seperti papanya, tak dipungkiri ia hanya ingin menunjukkan pada papanya kalau ia baik baik saja tanpa kehadiran Leo disampingnya, dan menunjukkan kalau sikapnya seperti itu mewarisi sikap seorang Leo, karena dari wajah dan postur tubuh sangatlah berbeda dengan Leo, walau terlihat sama sama tampan menurut usianya,,
Dengan perlahan dibukanya pintu ruang kerja Leo setelah mengetuknya.
Terlihat papanya sedang duduk termenung di sofa tempatnya bekerja, beberapa berkas berserakan dilantai, karena tadi Cahya melemparnya dengan marah lalu keluar ruangan.
Diambilnya berkas itu dan dikumpulkan semuanya, satu persatu dibacanya dan matanya membulat saat membaca hasil DNA Cahya Kirana dan Leo Hadiningrat ternyata cocok,, ia pun jatuh terduduk di sofa samping papanya. Jantungnya serasa copot mau keluar dengan apa yang dibacanya.
" Cahya,,, putri papa,,,??? bisiknya lirih
Kehidupan ini penuh misteri bukan, dengan siapa kita jatuh cinta,, kapan,, dan dimana itu tiada yang tau,,,
bersambung💖💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments