"Jadi, mereka beneran balikan?" tanya gue kepo setelah Barra benar-benar meninggalkan Cafe. Tubuh gue sedikit condong maju ke depan, nada suara gue sedikit pelan karena khawatir jika di dengar pengunjung lain. Karena kami sedang di tempat umum, jadi gue harus lebih berhati-hati. Takutnya nanti menimbulkan masalah buat Barra, kan repot juga gue ntar.
Bukannya langsung menjawab, Vero malah balik bertanya. "Lo belum liat IGS Emma?"
Gue menggeleng sebagai tanda jawaban. Karena emang seharian ini gue belum cek Instagram story milik siapapun, buka instagram juga cuma buat posting endorse. Selain karena malas, memang nggak lagi nggak segabut itu sih untuk buka-buka story orang.
"Coba aja cek!" perintahnya kemudian.
Gue menurut. Langsung merogoh kantong celana dan mengeluarkan ponsel gue dari dalam sana. Mencari akun Emma dan mencari Insta story-nya.
"Ini maksud lo?"
Gue menunjukkan layar ponsel gue ke Vero yang menampilkan sebuah foto tangan yang saling menggenggam di dalam mobil. Meski hanya tangan, tapi sudah dapat dipastikan kalau itu memang tangan milik Barra sih, bahkan mobilnya saja sudah jelas milik siapa. Kalau begini sudah fix sih, kalau mereka balikan.
Gila sih, gue sekarang ngerti kenapa Vero sekesal tadi. Orang kelakuan Barra sama Emma begini. Maksud gue, mereka sudah pacaran bertahun-tahun, udah sama-sama dewasa bukan anak kemarin sore yang lagi belajar menjalin hubungan, makanya ada masalah dikit ya solusi terbaik buat mereka ya putus. Lah, ini?
Astaga, gue nggak bisa komentar apalagi.
"Skip, lupain soal hubungan mereka. Biarin suka-suka mereka lah, nggak usah ngurusin kitanya. Sekarang kita bahas Zea."
Mendengar nama itu, gue langsung menegakkan tubuh diiringi helaan napas. "Yang ini bisa kita skip juga nggak?"
"Kaga bisa lah. Lo soalnya mencurigakan."
"Kak Eza suka sama Kak Zea? Jadi itu sebenernya beneran bukan editan? Kapal aku berlayar?"
"Enggak gitu, Nya," elak gue sambil berdecak. Gue kemudian melirik Vero tajam, mengkode pria itu agar segera mengalihkan pembicaraan.
"Terus gimana? Padahal aku restui loh kalau semisal Kak Eza sama Kak Zea, soalnya aku kenal sama dia. Dia orangnya emang baik banget, humble juga pula. Pokoknya the best lah cocok sama Kak Eza."
"Kamu kenal, yang?" tanya Vero kepada sang kekasih.
Anya langsung mengangguk cepat sebagai tanda jawaban. "Kita satu almamater, Kak, satu fakultas juga. Kak Zea itu senior aku dulu di kampus, sekarang udah lulus. Orangnya emang sebaik itu, Kak Eza nggak bakalan nyesel deh kalau sama Kak Zea. Duh, cocok deh kalian pasti. Namanya aja mirip. Satu Eza satu Zea."
Hah? Zea satu almamater sama Anya? Bahkan satu fakultas? Kok bisa?
"Bukannya lo jurusan fakultas Public Relation?"
Dengan wajah santainya, Anya langsung mengangguk cepat. "Kenapa? Kak Eza pasti mikir kalau Kak Zea itu dulunya jurusan tata boga pasti?"
Benar. Gue pikir memang Zea itu lulusan tata boga karena setahu gue emang dia sendiri yang membuat kue di tokonya, pegawainya pun kebanyakan hanya membantu.
"Kak Eza ini lupa apa emang nggak sadar diri?"
Gue menyipitkan kedua mata tak suka saat menatap Anya.
"Loh, Kak Eza kuliahnya apa coba dulu? Bisnis dan management kan? Tapi sekarang jadi apa? Jadi artis loh menyimpang jauh loh dari jurusan pas kuliah. Ngapain heran kalau Kak Zea punya toko kue padahal dulu kuliah jurusan public relation?" Anya kemudian menoleh ke arah Vero dan menunjuk sang kekasih, "Kak Eza juga lupa ini Vero dulunya kuliah ambil jurusan apa? Teknik sipil loh, jauh banget kan, dari teknik sipil kok bisa-bisanya malah nyemplung jadi produser radio. Menurut aku, Vero yang paling parah sih."
Mau tidak mau gue mengangguk dan membenarkan. Emang agak gokil sih si Vero.
"Heh, ini yang mau dibahas apaan kenapa jadi bahas apa?" Vero mendengus kesal, "yuk, back to topic!"
"Enggak usah lah, skip aja udah. Males gue." Gue kemudian melirik Anya ragu-ragu, rasa penasaran tiba-tiba terlintas di otak gue. Apa gue coba tanya status hubungan Zea sekarang apa ya? Masih single atau...
Gue cepat-cepat menggeleng guna mengusir pikiran aneh gue barusan.
"Kenapa lo sakit? Pusing?" Vero menatap gue heran.
"Enggak ada."
"Bohong kan lu," tuduh Vero sambil menunjuk wajah gue terang-terangan, "lo itu sebenernya naksir beneran kan sama Zea? Ngaku deh! Jangan denial, kayak cewek aja lo."
"Gue enggak denial," elak gue tidak terima, "gue tuh cuma apa, ya, ke trigger aja gitu sama editan mereka. Jadi gue kadang bingung gitu."
"Halah, lagak lo, Za, kalau naksir bilang aja naksir, enggak papa, nggak usah sembunyi dibalik kaga ke trigger apalagi denial." Vero berdecak, "nggak usah sok malu-malu. Kayak sama siapa aja lo." ia kemudian menoleh ke arah sang kekasih, "eh, tapi, yang, si Zea-nya udah punya cowok belum sih?"
Gue langsung memasang kedua telinga gue baik-baik karena tidak ingin salah dengar. Ekspresi gue mungkin berubah serius, karena tak lama setelahnya Vero menertawakan gue setelah menyadarinya.
Sialan, kenapa si Vero peka banget sih?
"Kepo juga kan lo?" ledeknya kemudian.
Gue langsung pura-pura memasang wajah acuh tak acuh. Vero yang masih bisa melihatnya hanya bisa semakin tertawa. Di sampingnya Anya ikut tertawa meski sebentar, karena tak lama setelahnya ia langsung menenangkan gue.
"Kak Eza tenang aja, Kak Zea single kok, nggak ada pacar, dan nggak pernah pacaran. Keren kan?"
Gue melongo dengan ekspresi tidak percaya. "Lo yang bener aja dong, Nya, masa iya nggak pernah pacaran. Yakin valid nggak tuh info lo?"
"Yakin, Kak, seratus persen valid."
Gue mendengus tidak percaya. "Enggak percaya gue, orang kemarin gue nggak sengaja liat dia lagi makan bareng cowok kok berdua doang lagi."
"Cowok?" beo Anya, "wait." Ia mengangkat telapak tangannya lalu mengotak-atik ponselnya sebentar, sebelum akhirnya menunjukkan ke arah gue, "ini bukan?" tanyanya kemudian.
Gue menatap foto yang Anya tunjukkan dengan ekspresi serius. "Iya, bener, dia orangnya."
Kalau mengingat pribadi Zea kayaknya nggak mungkin perempuan itu akan berfoto sedekat itu kalau memang tidak ada hubungan spesial.
Di luar dugaan Anya tiba-tiba tertawa. "Ini mah kakaknya, Kak."
Gue melongo. "Kakaknya? Kakak kandung maksud lo?"
Anya langsung mengangguk cepat untuk mengiyakan.
Jadi gue salah sangka? Orang yang gue sangka cowoknya ternyata kakak kandungnya? Jadi gue uring-uringan beberapa hari terakhir ini nggak ada gunanya?
Astaga, Tuhan, kok gue jadi malu sendiri.
"Kenapa? Jangan bilang--"
"Saran gue mending lo diem deh, Ver," potong gue dengan nada ketus. Gue kemudian langsung berdiri sambil membereskan barang-barang gue, "tahu lah, mau cabut aja gue. Have fun buat kalian berdua," pamit gue langsung pergi begitu saja.
Fix, emang nggak beres sama diri gue.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
dementor
eza nggak cemburu tapi cembokur berat...
2023-06-19
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
jangan bilang... kamu cemburuuu.. wkwkwk 🤣🤣🤣🤭🙈🙈🙈
2023-06-10
1