@ZeaSyazani_Albirru : hahaha, jangan iseng kak, nanti mereka ngarep beneran
Spontan gue ikut terkekeh saat membaca balasan Zea, yang lumayan agak telat. Semalam gue nungguinnya sampe nggak langsung tidur padahal badan gue rasanya tubuh gue capek banget. Eh, tahunya baru dibales paginya, mana pas gue udah di studio radio lagi. Agak miris memang, tapi anehnya gue tetap senang.
"Lagi chatan sama siapa lo? Sampe bikin muka bete lo auto langsung cerah begini?"
Vero sedikit melongok ke arah layar ponsel, yang dengan gerakan gesit langsung gue tutupi karena tidak ingin membiarkan pria itu mengintip.
"Buset, pelit banget lo. Enggak bakalan gue contek juga kali," ledeknya kemudian.
Gue memilih tidak menggubrisnya, dan memilih untuk langsung mengetik balasan untuk Zea.
@Eza_Shariq : kenapa takut pacarnya marah ya?
Gue memilih untuk menggodanya. Trik klise sih memang, tapi gue tidak bisa untuk tidak menggunakan trik ini.
@ZeaSyazani_Albirru : lebih takut sama fans kak eza sih kalau aku lebih tepatnya😂
Tunggu sebentar, ini Zea sedang memberi isyarat bahwa dia sudah memiliki kekasih, sehingga gue harus lebih berhati-hati? Tapi, waktu gue bikin caption begitu pun dia tidak terlihat marah atau lainnya. Apa dia sedang berusaha menghargai candaan gue makanya bersikap begitu? Karena kalau komentar kan bisa dibaca semua orang, sedangkan kalau direct message hanya gue pribadi yang bisa baca?
Tapi sebenarnya masih ada kemungkinan lain kan? Bisa saja dia memang merasa ngeri dengan fans-fans gue yang bukan pendukung kapal gue sama Zea kan?
Ah, tahu lah, kenapa juga gue harus pusing dengan statusnya yang masih sendiri atau sudah memiliki kekasih? Kan bukan urusan gue juga.
Gue menggeleng guna menyingkirkan asumsi otak gue yang mulai melantur ini.
"Lo kenapa deh, Za, aneh banget," tegur Vero dengan ekspresi wajah herannya, "sakit apa gimana?"
"Hah?"
Vero berdecak. "Lo kenapa?"
Gue menatap Vero dengan ekspresi bingung. "Kenapa? Emangnya gue kenapa?"
"Aneh," komentar Vero sambil geleng-geleng kepala tidak habis pikir, "ayo, buruan siap-siap! Bentar lagi kita On Air."
Gue mengangguk patuh. "Siap, Pak Produser," ucap gue sambil memberi hormat.
Kelar acara Vero mengajak gue cari makanan depan gedung studio. Katanya gado-gado di sini enak dan gue harus nyobain, dan katanya lagi kalau gue nggak nyobain dulu maka honor gue sebagai bintang tamu di acara radionya nggak akan cair. Berhubung masih ada waktu untuk lanjut ke lokasi berikutnya, gue iyain aja ajakan dia.
"Za, gimana kelanjutan kisah lo sama si Zea? Beneran naksir ya lo?"
Saat sedang berjalan keluar gedung, Vero tiba-tiba bertanya. Gue langsung menatap Vero dengan kedua mata menyipit.
"Atas dasar apa lo berasumsi begitu?" tanya gue heran.
"Ya, gara postingan lo lah," jawab Vero mantap, "menurut gue ini kode sih kalau lo mau serius deketin dia. Bener nggak tebakan gue?" Ia kemudian melirik ke arah gue dengan kedua mata menyipit curiga.
Gue mendengus karena risih. "Kalau kata gue mending lo nggak usah sotoy deh, itu emang karena murni buat candaan fans-fans gue elah, emang lagi buat bahan halu aja gitu buat mereka. Jadi, saran gue lo nggak usah mikir yang kejauhan. Oke?"
"Hati-hati, bro, jangan main api. Ntar suka beneran kualat lo," sarannya kemudian. Ia kemudian menghampiri si abang-abang penjual gado-gado untuk memesan, sedangkan gue memilih untuk langsung duduk di kursi yang memang disediakan di dekat gerobak penjual gado-gado.
"Iya, thanks buat sarannya Pak Produser."
Meski nyaris tak pernah absen untuk berpakaian elit, tapi Vero bukan tipe yang pilih-pilih makanan, asal menurutnya tempatnya bersih, cara penyajiannya juga aman dan sesuai prosedur, maka Vero bisa makan apa saja dan di mana saja. Lain halnya dengan gue dan Barra yang sedikit lebih selektif soal makanan, karena kami tipe yang pemilih.
"Tapi ini lo kan lagi ada projek film baru, Barra nggak ada protes soal tindakan lo posting foto itu?" Setelah selesai memesan Vero ikut duduk di sebelah gue.
Gue mengangguk. "Ya jelas lah, lo kayak nggak hafal gimana Barra aja sih? Semalem aja dia langsung nelfon gue. Padahal kalau dipikir-pikir yang mulai fans, gue cuma nanggepin aja kan?"
"Ya, tanggepan lo bikin mereka tambah ngarep, Za. Masalahnya nggak semua fans lo berharap jadiannya sama Zea, ada juga si Evelyn, sama siapa itu yang pemain sinetron itu. Ah, bodo amat gue nggak peduli. Intinya kalau nggak niat serius, jangan main-main. Apalagi Zea perempuan baik-baik."
"Kenal lo?"
Vero menggeleng. "Tapi gue pernah ketemu sekali, dan emang orangnya sebaik itu. Sebagai seorang abang yang punya adik cewek, gue nggak terima kalah seandainya lo mainin dia. Ngerti?"
Kedua mata gue menyipit heran. Kayaknya kejauhan enggak sih ini omongan Vero?
"Siapa yang mau mainin siapa sih? Gue enggak, emang--"
Gue terpaksa menghentikan kalimat kami karena si Abang tukang gado-gado datang sambil membawa pesanan kami.
Gue tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Sebelum melanjutkan obrolan kami, kami memutuskan untuk makan lebih dahulu.
"Gue nggak ada niatan buat mainin Zea, Ver," ucap gue tiba-tiba.
"Ya bagus, emang nggak seharusnya lo mainin hati orang," sahut Vero dengan santainya.
"Btw, gue udah DM dia."
Tanpa gue duga Vero tiba-tiba terbatuk karena tersedak.
"Apa lo bilang? Kenapa? Ngapain?"
"Buat minta maaf karena udah follow terus tiba-tiba unfollow dia," balas gue santai.
Vero melirik gue sedikit was-was. "Terus?"
"Terus apa? Lo berharap apa terusannya?"
"Udah gitu doang? Kayaknya enggak?" tebak Vero, yang sebenarnya tepat sasaran.
"Ya, emang enggak. Gue ngajakin foto bareng sesuai yang gue tulis di caption."
"Jangan gila lo!" Vero melirik gue tajam sambil menggeleng, "kalau niatnya cuma main-main doang dan nggak serius, kata gue jangan. Ya, oke, Zea emang itungannya udah selebgram karena follower dia nggak sedikit, tapi tetep aja dunia lo sama dia nggak sama. Ngerti? Lo paham kan maksud gue? Lo public figur yang emang pekerjaan lo begini, sedangkan Zea, enggak. Beda, Za, nggak bisa lo sama-samain."
"Kenapa sih? Gue nggak ngerti."
Vero menghela napas sambil menatap gue serius. "Sekarang gue tanya, lo tertarik beneran atau enggak?"
"Gue rasa, gue punya hak buat nggak jawab kan? Lagian apa urusannya sama gue yang beneran tertarik apa enggak? Lagian gue cuma ngajakin foto doang, nggak yang aneh-aneh. Berkat editan itu orderan di toko dia meningkat, banyak yang ngepoin dan tertarik, siapa tahu kalau abis kita beneran foto bareng makin banyak juga orderan di toko dia. Nama kami semakin dikenal, bukannya itu jadi simbiosis mutualisme?"
Vero geleng-geleng kepala sambil berdecak. "Serah lo deh, nggak ikutan gue."
"Enggak ada yang ngajakin juga kali," sahut gue dengan nada bercanda.
Vero langsung menatap gue sinis. Pertanyaan randomnya kembali muncul. "Lo serius nggak ada tertarik sama Zea?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments