Kepencet Follow

____________________________________________________________________________________________

Gue langsung tersenyum cerah saat Kak Isa datang sambil membawa nasi goreng lengkap dengan telur ceplok dan juga kerupuk. Emang rasanya makan nggak pake kerupuk tuh kayak ada yang kurang. Sayang gue nggak bisa tiap saat makan selalu pake kerupuk.

"Makasih Kakakku tersayang," ucap gue sambil menerima piring yang Kak Isa sodorkan.

Kak Isa hanya merespon dengan gumaman lalu duduk di sebelah gue. "Lo itu bener-bener ya, gue udah masak nasi, sayur, lengkap sama lauknya. Dan lo dateng-dateng malah nyuruh gue bikin nasi goreng." Ia kemudian berdecak, "kalau nggak inget lo public figur, udah gue tonjok muka ganteng lo."

Seketika gue langsung terbahak, mendengar pujian tidak langsung dari Kak Isa. Untung nggak sampe bikin gue keselek.

"Jadi gue ganteng nih, Kak?"

"Ya iya lah, lo kan adek gue. Kalau lo jelek, berarti gue juga dong. Kan gue cantik otomatis lo juga ganteng lah."

Gue kemudian manggut-manggut paham. "Oh, gitu, ya, konsepnya?"

"Iya lah."

Gue tidak membalas dan lebih memilih untuk mulai menyantap nasi goreng gue.

"Eh, tapi, Za, lo serius ada cewek ya? Kok tumben lo nggak ada cerita apa-apa. Apa sekarang karena karir lo lagi bagus-bagusnya makanya lo sombong gitu sama gue."

Gue berdecak tidak suka. "Apaan sih, Kak? Enggak ada, ya, gue kalau ada apa-apa kan pasti cerita ke lo. Kalau gue ada cewek nggak mungkin gue nggak cerita sama lo. Cuma sekarang emang gue lagi nggak ada cewek. Lo dapet gosip nggak jelas dari mana deh? Heran gue. Emang nama gue masuk akun perlambean ya?" tanya gue heran.

Perasaan gue nggak ngerasa abis di-tag akun-akun begituan deh. Biasanya kan kalau gue masuk akun perlambean gitu, pasti ada aja akun-akun yang bakal nge-tag gue untuk sekedar memberitahu gue. Apa karena gue yang emang belum cek sosmed kali, ya?

"Gue nggak dapat berita ini dari akun-akun begituan, tapi dari Mama," balas Kak Isa, yang sukses membuat gue tersedak.

Uhuk Uhuk Uhuk

Hah? Mama? Mama yang kasih tahu? Jangan bilang ini Mama masih belum percaya soal foto editan kemarin dan masih mikir kalau perempuan itu beneran cewek gue?

"Pelan-pelan! Enggak bakal gue ambil juga, Za," decak Kak Isa sambil menyodorkan segelas air.

Gue langsung menerima air minum yang Kak Isa sodorkan lalu meneguknya hingga setengah.

"Bentar, bentar, Kak, lo tadi bilang apa? Lo dikasih tahu Mama kalau gue ada cewek?"

Dengan wajah seriusnya, Kak Isa mengangguk yakin.

"Astaga, ya ampun, Mama. Nih, Kak, gue kasih tahu, gue sama sekali nggak ada cewek. Kandidat yang berpotensi jadi cewek gue aja nggak ada, gimana mau punya cewek."

"Lah, terus maksud Mama apa tuh?"

"Kayaknya gegara foto editan fans gue deh."

Kak Isa memasang wajah bingungnya. "Hah, maksud lo?"

"Iya, fans gue lagi semangat-semangatnya jodohin gue sama selebgram gitu lah pokoknya. Nah, Mama nggak sengaja nemu fans base kita, eh, bukan fanbase deh, tapi nggak sengaja nemu fotonya. Terus ngira kalau itu asli gue sama cewek gue, padahal nih ya, Kak, gue nggak kenal sama ini cewek. Masa iya, Mama ngiranya pacar gue."

Kak Isa manggut-manggut paham. "Oh, jadi gitu ceritanya. Coba liat dong kayak apa orangnya. Cantik nggak?"

Gue mengangguk cepat dan mengiyakan. Merogoh kantong celana dan mengeluarkan ponsel gue dari dalam sana, lalu menyerahkan pada Kak Isa.

"Cari aja di bagian riwayat pencarian, ntar langsung nemu," ucap gue kemudian.

"Jadi lo udah kepoin?"

Gue mengangguk cepat. "Kepo soalnya, ternyata gue sering di tag."

"Tipe lo bukan?" goda Kak Isa sambil menyenggol lengan gue.

Gue hanya diam saja dan lebih memilih untuk menghabiskan nasi goreng gue yang tinggal sedikit.

"Mencurigakan," komentarnya kemudian.

Gue tidak peduli. Setelah nasi goreng gue abis, gue langsung berdiri dan berjalan menuju mobil sambil membawa piring kotor gue tadi. Meski gue sedang berkunjung ke rumah Kakak gue sendiri, tapi gue tahu adab. Kalau sudah selesai makan, gue akan langsung mencuci piring kotor gue. Kebetulan Kak Isa agak cerewet soal kebersihan beda banget sama Kak Luna.

Baiklah, ini adalah saat yang tepat buat gue menceritakan mereka. Gue punya dua kakak perempuan, yang pertama adalah Kak Faizah, atau yang biasa gue panggil Kak Isa, tapi beberapa orang lebih sering memanggilnya Iza. Berhubung nama panggilan gue juga Eza, jadi gue lebih suka memanggilnya Isa. Lalu yang kedua ada Kak Fazluna, atau biasa kami panggil Luna. Dua-duanya sudah menikah, yang pertama Kak Isa anaknya masih satu, udah duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar, bentar lagi SMP. Huhu, ponakan gue udah gede, bentar lagi jadi anak gadis.

Lalu untuk Kak Luna anaknya ada tiga, yang pertama kembar, cowok semua, dan yang terakhir cewek. Yang kembar bentar lagi masuk Taman Kanak-kanak, lalu si bontot kayaknya juga bentar lagi masuk play grup atau apapun itu lah, pokoknya sekolah yang sebelum masuk Taman Kanak-kanak itu. Gap years mereka emang tidak lama. Gue juga heran sih, padahal anak pertama mereka kembar, tapi bisa-bisanya langsung gas aja nambah momongan. Padahal kalau dipikir-pikir lagi ngurus anak tuh kan capek dan ribet, apalagi kembar, tapi kok ini ngegas banget langsung nambah. Tapi kerennya Kak Luna masih bisa nyambi usaha sih. Gokil kan? Gue juga heran sih gimana cara dia atur waktu. Padahal semua orang kan sama-sama punya 24 jam sehari, tapi kok kalau gue perasaan masih aja kurang.

Oke, segini aja cerita gue tentang mereka. Kapan-kapan gue bakal ceritain soal ponakan gue yang lucu-lucu plus ngeselinnya minta ampun.

Setelah selesai mencuci piring, gue kembali ke ruang tengah lalu duduk di sebelah Kak Isa.

"Cakep juga, Za. Gue setuju sih kalau lo sama dia. Kayaknya juga anggun banget. Sopan. Ceria. Dan paling penting berjilbab. Kan tipe lo banget tuh."

"Apaan sih, Kak, gue nggak berpatok sama jilbab buat nyari istri."

"Tapi kalau dapetnya yang berjilbab mau kan?"

Gue lalu mengangguk samar.

"Kan, nggak usah sok-sokan nolak deh lo. Pepet aja, Za. Gue setuju kok, Mama juga gue yakin setuju seribu persen. Papa juga nih, kalau bentukannya begini."

Gue berdecak tidak suka. "Lo pikir dia objek apaan, Kak, bentukannya."

"Maksud gue modelnya begini. Coba follow, ya, terus minta follback," saran Kak Isa, yang tentu saja langsung gue tolak mentah-mentah.

"Enggak usah aneh-aneh deh, Kak. Siniin hape gue."

Gue berusaha merebut ponsel gue, namun, ternyata Kak Isa lebih gesit dari gue. Wajar sih, soalnya dia rajin nge-gym, yoga, sepedaan, lari pagi dan olahraga lainnya, sedangkan gue lebih sering tidur rebahan sambil scroll video lucu. Jadi jangan heran kalau Kak Isa segar bugar dan juga gesit.

"Bentar dulu."

"Kak Iza!"

"Nih!"

Sambil berdecak pasrah, akhirnya Kak Isa mengembalikan ponsel gue. Namun, ada hal yang membuat gue shock dan ingin sekali meneriaki Kak Isa. Dia beneran memfollow pake akun gue.

"KAK ISA!! LO ITU BENER-BENER YA! INI KALAU SAMPE KETAHUAN FANS GUE, BAKAL HEBOH MEREKA YA ALLAH!!"

Kak Isa langsung mencibir. "Lebay! Tenang aja, tinggal klik unfollow kan bisa. Enggak usah ribet."

"Kak lo yang bener aja dong, lo lupa siapa gue?"

"Dih, sombong banget lo mentang-mentang artis."

"Kak, gue serius."

Kak Isa meringis canggung. "Sebenernya gue nggak sengaja loh tadi, Za, niat gue cuma mau ngompori lo doang. Eh, taunya beneran ke-klik ya? Sorry."

"Tahu lah," ucap gue pasrah.

Habis ini gue harus menyiapkan mental jadi bulan-bulanan fans gue nih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!