Merasa Bersalah

Selama break syuting gue memutuskan untuk tidur sebentar. Karena nyari aman, daripada drop tiba-tiba kan? Setelah menjadi public figur gue memang dituntut untuk selalu tampil prima di setiap kesempatan, jadi gue harus pintar-pintar memanfaatkan waktu. Sebelum gue terjun ke dunia hiburan, sebenarnya gue tipe yang susah tidur di mana saja, bahkan kalau tempat itu masih lumayan asing, biasanya gue akan kesulitan untuk tidur. Sekarang di mana aja, kapan pun gue harus bisa.

Baru beberapa menit terlelap, tiba-tiba gue merasakan ponsel bergetar. Mata gue spontan terbuka dan langsung meraih ponsel yang tadinya terselip di samping gue duduk. Nama Kak Isa yang tertera di layar.

Gue agak berdecak kesal karena dia yang menelfon dan mengganggu jam istirahat gue. Masalahnya kalau dia yang nelfon, lumayan bisa dipastikan pasti nggak penting--menurut gue--tapi hanya penting menurut versi dia sendiri.

"Iya, kenapa, Kak?"

"Lo udah tidur ya?"

Gue mengusap wajah sambil melihat ke arah sekitar. Orang tengah sibuk berlalu-lalang mengerjakan tugas mereka masing-masing, sedangkan para artis beberapa sedang beristirahat.

"Belum. Lagi break syuting, tadi lagi tidur sebentar terus tiba-tiba lo nelfon, Kak."

"Gue ganggu dong?"

"Of course yes."

Tidak ada penyesalan atau rasa sungkan, yang ada justru suara tertawa yang terdengar renyah.

"Salah sendiri dikasih enak suruh nerusin perusahaan bokap malah milih syuting sampe pagi. Kalau begini siapa yang salah?"

"Lo," jawab gue cepat dan tanpa beban, "kenapa sih, Kak, lo harus lahir lebih dulu ketimbang gue?"

"Terus itu salah gue?"

"Iya."

"Gue mau say sorry, Za."

Gue mendengus. "Telat, gue udah terlanjur nggak ngantuk lagi. Nggak usah sok sorry-sorry an. Kayak lagu boy band kesukaan lo dulu aja."

Terdengar suara tawa renyah dari seberang sekali lagi. "Bukan boy band, Za, tapi idol grup," koreksinya kemudian.

Gue nggak peduli.

"Bodo amat, bagi gue sama aja."

"Tapi, Za, lo tahu nggak sekarang mereka tambah ganteng-ganteng loh, gila sih, makin tua justru malah makin ganteng dan menggoda."

"Ya, itu emang dasar lo aja yang seleranya udah tua. Mereka mah biasa aja." gue kemudian tersadar akan sesuatu, "apaan sih? Kenapa jadi bahas ini? Lo tadi nelfon dalam rangka apaan? Udah ganggu jam istirahat gue, awas aja kalau nggak penting! Anak lo gue ajak nginep di rumah gue terus gue kasih mie terus," ancam gue tidak main-main.

Ancaman ini sangat ampuh ketimbang ancaman lainnya. Soalnya dia emang bermusuhan sama mie instan sejak dulu. Ponakan gue boleh makan mie instan tuh seminggu atau dua minggu sekali, itu pun harus Kak Isa sendiri yang bikin. Dia sampe repot-repot kursus memasak demi putri tunggalnya.

"Ya, gara-gara lo yang mengalihkan isu, gue kan tadi mau bilang sorry soal yang tranding tadi pagi, bukan karena nelfon lo jam segini."

What? Ternyata yang salah sangka gue? Gue pikir Kak Isa menyesal karena udah ganggu jam istirahat gue, eh, taunya, astaga. Kok gue bodoh banget ya sampai mikir Kak Isa begitu? Ini kan Kak Isa bukan Kak Luna, ngapain gue berekspektasi ketinggian begini?

"Emang bener-bener ya lo, Kak!"

"Gue jadi enggak enak deh."

"Sama gue?"

"Enggak usah kepedean lo! Gue nggak enak sama orang yang dijodohin ke lo itu, pasti sosmed dia lagi diserbu fans-fans lo itu. Gue kepikiran, Za. Lo kenapa nggak klarifikasi atau ngapain gitu kek. Jangan diem aja!"

Gue menghela pendek. "Lo berharap gue klarifikasi kalau soal follow yang kemarin itu karena ulah kakak gue. Gitu? Kalau gini kenapa nggak lo klarifikasi sendiri, follower lo fans gue juga itu."

"Iya, setuju, follower gue yang asli atau emang temen gue aja udah mulai terkontaminasi sama akting lo. Cuma masa iya gue yang klarifikasi sih, Za? Tapi sebelum lo klarifikasi, kata gue mending lo minta maaf dulu sih sama orangnya. Soalnya akun dia pasti diserbu sih gegara ini."

Gue berdecak sambil mengacak rambut. Kak Isa ada benarnya juga sih. Akun dia pasti lagi diserbu fans gue. Duh, gimana ya?

"Za? Lo masih di sana? Enggak ketiduran kan lo?"

"Enggak, Kak."

"Ya udah, kalau ngantuk tidur dulu lagi aja sebelum lanjut syuting. Eh, lo tadi ke lokasi nyetir sendiri apa dijemput Mas Tito?"

"Ya, nyetir sendiri lah, Kak."

Terdengar suara decakan dari seberang. Kak Isa mulai khawatir mode on. Reflek gue langsung tersenyum.

"Lo kan sering banget pulang pagi, Za, kenapa nggak pake supir sih? Kan lebih nyaman dan aman kalau lo pake supir."

"Finansial gue belum sestabil itu buat pake supir, Kak. Iya kalau seandainya gue kebanjiran job terus, kalau sebaliknya gimana? Ntar mau dibayar pake apa mereka?" Gue menggeleng tegas, "enggak dulu deh, Kak. Begini nggak papa kok. Selagi masih bisa gue handle, gue handle sendiri dulu. Thanks buat perhatiannya, Kakakku tersayang."

"Ya, udah, jangan lupa jaga kesehatan, vitamin jangan lupa diminum. Mau sesibuk apapun olahraga harus tetep disempetin," pesan Kak Isa.

Gue tidak bisa merespon apapun selain kata iya-iya doang sebelum memutuskan sambungan telfon.

Selesai menelfon gue memutuskan untuk membuka akun Instagram. Perasaan gue bimbang, haruskah gue minta maaf atas apa yang terjadi? Ragu-ragu gue mencoba mengecek akunnya.

Waduh, kok tetiba gembokan? Apa jangan-jangan karena gue? Duh, kalau iya maka gue akan ngerasa bersalah banget.

Terpopuler

Comments

Ai Nurlaela Jm

Ai Nurlaela Jm

Ceritanya bagus Thor,persis banget kayak aku yang berharap idolaku berjodoh dengan wanita yang sesuai halu ,langsung deh naik kapalnya🤭Ini juga aku anggap ceritanya tentang RefalHady dan Cut Syifa aja,sesuai haluku dan kapalku yang masih berlayar,semoga mereka berjodoh, The power of Netizen,hehehe

2023-06-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!