HAPPY READING!!!
.
.
.
Terdengar suara rintihan Clara yang menahan sakit akibat Lucas yang berhati iblis. Tidak terbendung lagi air mata yang membasahi pipinya, begitu sadisnya seorang Lucas tanpa ada rasa kasihan sedikitpun kepadanya.
Tak… Tak… Tak…
Lucas berjalan mendekati Clara yang terduduk dilantai dalam keadaan yang menunduk. Bibir Lucas tersenyum lebar setelah melihat Clara yang semakin menderita karenanya.
Bibir Lucas menyeringai sambil berjongkok didepan Clara lalu mengangkat kepala Clara menggunakan ujung jari telunjuknya. “Berhentilah menangis, aku sangat membenci suara itu.”
Clara menatap Lucas sambil menangis tanpa bersuara, hatinya terasa sangat sesak. Saat ini penyakit yang diderita oleh Clara sedang kambuh, ditambah Lucas yang kembali menyiksanya, tiada hentinya penderitaan yang dirasakan oleh Clara.
“Apa kau masih sakit?”
Clara mengangguk pelan.
“Tapi ini belum berakhir.” Tersenyum lebar diiringi suara ketawa.
“Ja-jangan.” Clara menggeleng ketakutan.
Beberapa menit mereka saling tatapan, tiba-tiba terlihat ada darah yang keluar dari hidung Clara.
Lucas mengusap pelan darah itu lalu mengamati setiap inci wajah Clara dengan serius.
Kini tatapan Clara mulai buram, kepalanya terasa sangat pusing ditambah darah yang selalu keluar dari hidungnya.
“Argh kepala ku terasa semakin sakit.” Batin Clara pandangannya yang sudah gelap.
Lucas bingung melihat Clara. “Kenapa wanita ini?”
Tidak lama kemudian Clara pun terjatuh dan pingsan didepan Lucas.
“Hei bangun.” Menarik tubuh Clara. “Apa dia pingsan?” gumamnya. “Ah kau lemah sekali, padahal ini belum seberapa.” Menggoyangkan tubuh Clara dengan kasar agar bangun. “Bangunlah, jangan lemah!!”
Lucas langsung berlari keluar mendekati kedua bawahan yang sedang mengobrol santai didepan sana.
“Panggil dokter pribadiku!”
“Siapa yang sakit bos?” tanya Aaron (Bawahan 1).
Bugh…
Lucas memukul perut Aaron (Bawahan 1). “Jangan banyak bertanya, lakukan saja.”
“Maaf bos, dokter Aksa izin pergi ke Amerika.”
“Argh…” Lucas berlari lagi masuk ke dalam.
Seketika Lucas terdiam karena melihat wajah cantiknya Clara. Tanpa sadar kini kedua tangannya menggendong tubuh Clara yang pingsan itu lalu membawa keluar kamar dalam keadaan hidung Clara yang terus-menerus mengeluarkan darah.
Lucas pun berdiri didepan kedua bawahan sambil menggendong Clara.
“Ada apa bos? Apa terjadi sesuatu?” Aaron (Bawahan 1) kebingungan.
“Kenapa hidungnya banyak mengeluarkan darah?” tanya Darel (Bawahan 2).
“Kita ke rumah sakit sekarang!”
Sesaat Aaron (Bawahan 1) menoleh Darel (Bawahan 2). “Rumah sakit?”
“Iya, kenapa kalian masih berdiri disini hah.” Kesal Lucas.
“Baik bos.” Darel (Bawahan 2) menarik tangan Aaron (Bawahan 1). “Ayo.” Mereka berdua berlari keluar disusul Lucas.
“Apa yang terjadi pada wanita itu? Kenapa bos tiba-tiba ingin membawanya ke rumah sakit?” tanya Aaron (Bawahan 2) sambil berlari disamping Darel (Bawahan 2).
Plakkk….
Darel (Bawahan 2) memukul kepala Aaron (Bawahan 1). “Aku juga tidak tahu, kenapa kau malah bertanya padaku.” Berlari duluan.
Kepala pelayan yang baru saja keluar dari ruang makan itu bingung melihat kedua bawahan berlari.
“Kenapa mereka berlari?” tiba-tiba melihat Lucas berlari sambil menggendong Clara. “Tuan ingin membawa wanita itu kemana?”
Atiq (Pelayan 1) berdiri disamping Sean (Kepala pelayan). “Kemana mereka?” melihat Lucas berjalan keluar.
Lin (Pelayan 2) berjalan mendekati mereka berdua, seketika langsung menutup mulut dengan kedua tangannya karena melihat pakaian Lucas yang berdarah. “Astaga, apa Nona itu sudah mati lalu Tuan ingin membawanya kemana?” berdiri disamping Atiq (Pelayan 1).
Sean (Kepala pelayan) menatap mereka berdua sambil berdehem. “Siapa yang menyuruh kalian bergosip disini?”
Kedua pelayan itu menatap Sean (Kepala pelayan) sambil menggelengkan kepala.
“Kami tidak bergosip.” Lin (Pelayan 2) tersenyum tipis.
“Kembali ke tempat kalian!!”
Kedua pelayan langsung berjalan masuk ke dapur dan kembali berkerja.
Saat ini mobil Lucas dalam perjalan menuju rumah sakit dengan kecepatan yang lumayan tinggi hingga mobil itu mulai memasuki halaman yang luas dengan cepat supir menginjak rem tepat didepan pintu masuk.
Kedua bawahan langsung turun dari dalam mobil lalu membuka pintu Lucas.
“Bawa wanita ini ke dalam sana!”
Kedua bawahan hanya diam karena masih bingung dengan sikap Lucas, sebelumnya mereka berdua memang tidak pernah melihat Lucas seperti ini kepada tawanannya.
“Kenapa kalian hanya diam saja hah? Cepat bawa!” teriak Lucas membuat mereka yang tadinya melamun itu terperanjat.
“Ba-baik bos.” Darel (Bawahan 2) menggendong Clara lalu berlari masuk ke dalam diikuti Aaron (Bawahan 1).
Suster yang melihat kedatangan mereka berdua langsung membawa brankar pasien. Dengan cepat Darel (Bawahan 2) membaringkan Clara diatas brankar itu.
“Lakukan sesuatu.” Ucap Aaron (Bawahan 1) sedikit khawatir.
.
.
.
Saat ini Lucas masih berada didalam mobil dengan posisi punggung yang menyandar ke belakang.
“Dimana pakaian ku?” tanya Lucas kepada Hoshi (Supir).
“Ada dibelakang Tuan.”
Lucas langsung membuka pakaiannya tanpa peduli pintu mobil yang masih terbuka lalu mengganti dengan yang baru karena pakaian sebelumnya penuh dengan darah Clara.
“Kau tunggu disini!” turun dari dalam mobil.
Brakkk….
Lucas menutup pintu dengan kasar lalu berjalan masuk ke dalam menyusul kedua bawahannya ruang UGD.
Terlihat kedua bawahan berdiri didepan ruang UGD sambil mondar-mandir gelisah.
“Bagaimana wanita itu?” Lucas berdiri didepan mereka, sesaat melihat ke arah pintu.
“Belum tahu bos, wanita itu masih ditangani oleh dokter.” Darel (Bawahan 1) berdiri disamping Lucas.
Beberapa saat kemudian hening, terlihat ada sedikit kekhawatiran dari wajah Lucas tetapi tidak terlalu nampak karena ditutupi wajah sangar dan juga tatapan tajamnya.
“Ma-maaf bos, kenapa bos tiba-tiba membawa wanita itu ke rumah sakit?” Aaron (Bawahan 1) memberanikan diri untuk bertanya kepada Lucas agar tidak dibuat penasaran.
“Apa itu penting?”
“Tidak bos, tapi saya belum pernah melihat bos seperti ini.”
Lucas membuat nafas kasar. “Ada hak apa kau bertanya itu kepadaku?”
Darel (Bawahan 2) menyenggol lengan Aaron (Bawahan 1). “Diamlah!! Tutup mulut mu itu, sembunyikan saja rasa penasaran mu itu.” Bisiknya. “Daripada menjadi malapetaka untuk dirimu.”
Haha sebegitu takutnya kah Darel (Bawahan 2) kepada Lucas, jauh berbeda dengan Aaron (Bawahan 1) yang terlihat sangat berani walaupun pasti takut juga.
Aaron (Bawahan 1) paling tidak bisa menahan rasa penasaran yang selalu menghantuinya walaupun rasa penasaran itu akan membunuhnya.
Lucas paling tidak suka ditanya sesuatu yang tidak penting seperti itu, menurutnya itu terserah dia sendiri mau kayagimana.
“Apa kau tidak penasaran kenapa bos bersikap seperti ini?” tanya Aaron dengan pelan sesaat melihat Lucas yang pandangannya ke arah pintu ruang UGD.
“Ya aku juga sangat penasaran, tapi kau tahu sendiri bagaimana bos kalau ditanya seperti itu.” Jelas Darel (Bawahan 2). “Apa kau tidak melihat wajah bos saat ini seperti orang yang ingin memangsa.”
Lucas menyadari mereka berdua yang sedang berbisik. “Apa yang sedang kalian bicarakan?”
Kedua bawahan langsung menatap Lucas lalu menggelengkan kepala dengan cepat.
...Bersambung…....
Jangan lupa dukung Karya ini agar Author tidak malas melanjutkan ceritanya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ruk Mini
kena kau bank
2024-01-30
1