Apartemen tampak gelap saat Dipta pulang. Dia segera menyalakan saklar dan memindai seisi ruang apartemennya untuk mencari keberadaan Natya.
"Kemana dia pergi?", gumam Dipta bertanya-tanya.
Dia mengambil gawainya dari saku dan langsung mencari nomor Natya. Sayang, nomornya sedang tidak aktif.
"Ck, apa dia masih marah padaku?", tanya Dipta lagi pada dirinya sendiri.
Sementara itu, Natya masih duduk menyendiri di taman rumah sakit. Meski tidak ada jadwal shift malam, tapi dia merasa enggan untuk pulang ke apartemen karena pertengkarannya tadi siang dengan Dipta.
Natya juga tidak bisa kembali ke rumah orang tuanya. Dia bisa membayangkan ribuan pertanyaan yang akan diajukan Mommy Dinda dan Daddy Wisnu kalau dirinya pulang dengan tiba-tiba seperti beberapa waktu yang lalu.
"Natya, sedang apa kamu di sini?", sebuah suara yang familiar di telinga Natya membuat gadis itu menoleh.
"Oh, Dokter Refan. Anda mengejutkan saya", ujar Natya sambil mengelus dadanya.
Dokter Refan tersenyum, "Boleh saya temani?", tanyanya sebelum duduk di samping Natya.
Natya menganggukkan kepalanya diiringi dengan senyum tipis di bibirnya.
"Apa ada masalah?", tanya Dokter Refan. Dia ingat tadi siang Dipta mencari Natya dan sejak itu dia melihat ekspresi Natya berubah.
Ya, semenjak menyatakan cinta pada Natya, Dokter Refan selalu memerhatikan gerak-gerik gadis itu.
"Tidak ada, Dok. Saya hanya agak kelelahan saja", jawab Natya.
Dokter Refan tersenyum menatapnya, "Kalau kamu lelah, istirahatlah. Oh ya, bisakah kita tidak berbicara seformal ini jika sedang bersama?".
"Akan saya coba", jawab Natya cepat.
Keduanya kini menatap langit yang dihiasi bintang-bintang.
"Seingatku kamu tidak ada shift malam. Tentu ada sesuatu yang membuatmu tidak segera pulang, benar begitu?", tanya Dokter Refan lagi yang masih mengkhawatirkan kondisi Natya.
Natya terdiam. Tebakan Dokter Refan memang benar, tapi dia tidak mungkin mengatakan kalau dirinya tengah bertengkar dengan Dipta.
"Aku baik-baik saja, Dok. Seperti yang aku bilang, aku hanya kelelahan dan ...", ucapan Natya menggantung.
"Apa?", tanya Dokter Refan melirik Natya di sampingnya.
Natya menggelengkan kepalanya, "Tidak ada", jawab Natya pendek.
Dokter Refan tersenyum getir melihat Natya yang belum mau terbuka padanya.
"Tak apa jika kamu tidak mau membagi keresahanmu denganku. Tapi kamu harus ingat, aku akan selalu ada buat kamu. Jangan ragu untuk berbagi apapun denganku, Natya", ucap Dokter Refan penuh kesungguhan.
"Terima kasih", jawab Natya dengan seulas senyum di bibirnya.
Setelah membersihkan dirinya, Dipta keluar dari apartemen. Tujuannya adalah rumah sakit. Beberapa waktu yang lalu dia menanyakan pada beberapa petugas shift malam tentang keberadaan istrinya.
"Dia masih di sana rupanya", gumam Dipta saat mobilnya sudah terparkir lagi di area parkir dokter Rumah Sakit Bintang.
Dipta segera keluar dan mempercepat langkahnya. Beberapa orang perawat juga dokter yang masih bertugas menyapanya.
"Di mana dia?", batin Dipta yang masih berkeliling, memindai seisi rumah sakit untuk menemukan Natya.
Samar-samar dia melihat bayangan Natya yang sedang berjalan bersama Dokter Refan. Keduanya tampak asyik berbincang dan sesekali terlihat tertawa bersama.
Dipta menghela nafas kasar. Sungguh, setiap kali dia melihat Natya bersama Refan, hatinya memanas.
"Baiklah kalau kamu masih menolak tawaranku. Tapi lain kali jangan lagi menolakku untuk mengantarmu pulang. Hati-hati ya, hari sudah malam", pesan Dokter Refan saat dirinya dan Natya berpisah di dekat pintu keluar utama.
"Hati-hati juga, Dok", jawab Natya pendek. Dia masih berdiri di depan pintu sampai Refan menghilang ke dalam mobilnya.
"Natya, ikut aku".
"Dipta, kamu mau apa sih?", Natya terkejut karena tetiba saja suaminya datang dan kini menarik tangannya dengan kasar.
"Lepas!", tegas Natya perlahan. Dia memerhatikan situasi sekitar agar tidak ada orang yang melihatnya tengah bermasalah dengan Dipta.
Dipta tak menggubris permintaan Natya. Dia terus menarik gadis itu dan membawanya masuk ke dalam ruang kerja yang kini sudah dia kunci.
"Dipta, lepas!", tegas Natya lagi. Dia menarik tangannya dan mengibaskannya dengan keras.
"Sudah aku lepas", ujar Dipta.
Natya memeriksa pergelangan tangannya yang terasa sakit karena cengkeraman Dipta.
"Kamu kasar sekali. Apa sih mau kamu?", tanya Natya tajam.
Bukannya menjawab, Dipta justru memeluk Natya dengan eret. Tentu saja pelukan tiba-tiba itu membuat Natya terkejut.
"Maafkan aku, Natya. Aku mohon", ucap Dipta tepat di telinga Natya.
Natya terdiam mendengar permintaan maaf suaminya itu.
"Aku salah. Hari ini aku sudah marah padamu, bahkan aku membentakmu dan barusan aku menarikmu dengan paksa. Aku mohon, maafkan aku", lanjut Dipta lagi.
Natya mencoba mendorong tubuh lelaki itu, tapi Dipta tak bergeming. Dia tetap memeluk erat istrinya.
"Lepaskan aku, Dipta", Natya memberontak.
Sayang, Dipta enggan melepaskan pelukannya. Sekuat apapun Natya mencoba, selama itu pula Dipta tetap erat memeluknya.
"Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kamu memaafkanku, Natya", ucap Dipta.
Natya berusah menarik nafas, "Baiklah, aku sudah memaafkanmu", jawab Natya pelan.
Natya tidak ingin berlama-lama ada dalam pelukan Dipta karena detak jantungnya sudah gak karuan.
Dipta mulai melonggarkan pelukannya, tapi dia sama sekali tidak melepaskan sepenuhnya tubuh Natya.
Sekarang Dipta justru menarik Natya dalam dekapannya. Netra mereka beradu, seolah keduanya saling berbicara dengan tatapan mata.
"Aku mencintaimu", ucap Dipta serius dan tanpa permisi dia meraup bibir manis milik Natya dengan lembut
Natya terhenyak, jantungnya berdegup semakin kencang. Dia hanya bisa diam mendapat sentuhan itu.
Ini kali pertama Dipta menyentuhnya dan Natya tidak tahu harus memberikan respon seperti apa.
Dipta melepaskan pagutannya dan beralih menatap Natya dengan intens.
"Maaf, aku sudah menyentuhmu", ujarnya sambil melepaskan Natya dari kuncian kedua tangannya.
Natya terpaku. Sungguh, dia masih tak percaya dengan apa yang dia dengar dan hal yang baru saja Dipta lakukan padanya.
Lelaki itu sudah mencuri ciuman pertamanya.
Berkali-kali Dipta menarik nafas dalam. Dirinya pun tidak tahu apa yang membuatnya seberani itu menyatakan cinta bahkan mencium Natya.
"Natya, aku ...".
"Apa? kamu mau minta maaf setelah mencuri ciuman pertamaku?", tanya Natya ketus. Meski jantungnya masih berdebar, tapi Natya sudah mulai bisa mengendalikan dirinya.
Dipta menatap Natya tanpa ragu dan Natya tidak bisa mengartikan maksud tatapan suaminya itu.
"Baiklah, aku minta maaf karena sudah mencuri ciuman pertamamu dan harus kamu tahu, aku juga sudah kehilangan ciuman pertamaku karena kamu", jawab Dipta serius.
Natya mengenyitkan dahinya. Lagi, dia tidak terima hari ini sudah dua kali Dipta menuduhnya melakukan hal yang tidak pernah dia harapkan.
"Aku sudah memaafkanmu. Jadi, tolong jangan buat aku marah lagi", Natya memasang wajah kesal dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
Dipta tersenyum tipis, "Baiklah. Aku janji tidak akan membuatmu marah. Tapi meskipun begitu, kamu harus membayar kesalahanku padamu".
Natya mengernyitkan dahinya kembali, "Kesalahan?. Kesalahan yang mana, Dipta?. Sudah jelas kamu yang salah dan kamu baru saja berjanji tidak akan membuatku kesal lagi", keluh Natya.
"Kesalahan karena sudah membuatku mengatakan cinta dan menciummu", jawab Dipta tanpa ragu.
Natya menatap suaminya tak percaya. Apa yang Dipta katakan, itu semua di luar kuasanya.
"Itu bukan salahku!", tegas Natya.
Dipta terkekeh. Hal yang sangat mengejutkan untuk Natya karena selama mereka menikah baru kali ini lelaki itu bisa tertawa di depannya.
"Ada yang lucu?", tanya Natya.
Dipta menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tidak ... tidak".
"Lalu?".
Dipta kembali menatap Natya, "Dengar, aku ingin memulai semuanya dari awal denganmu. Aku tahu kita menikah karena terpaksa, tapi aku sadar kehadiranmu di hidupku sangat berharga, Natya. Aku kesal ketika melihatmu bersama Refan dan aku marah karena kamu seolah tertarik juga padanya. Tidak bisakah kamu melihat itu?", tanya Dipta serius.
Natya berbalik menatap Dipta. Ya, dia bisa melihat kesungguhan di kedua mata lelaki yang selama ini tampak buruk di depannya.
"Kamu tidak sakit, bukan?", tanya Natya sangsi.
Lagi, Dipta menggelengkan kepalanya.
"Aku akan sakit jika kamu tidak memberiku kesempatan untuk mencintai dan memilikimu seutuhnya", jawab Dipta sungguh-sungguh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments