Dipta memukul setirnya dengan keras. Jujur saja, saat ini hatinya terasa panas. Dipta tak terima dengan ungkapan cinta yang baru saja dia dengar dari Refan untuk Natya.
"Sial. Refan, kenapa kamu menyukainya? aarrghhh ...", lagi, Dipta memukul setir di depannya.
Dipta ingin sekali marah pada Refan, bahkan kalau bisa dia ingin menghajar sahabatnya itu. Tapi beruntung, Dipta masih bisa menahan diri.
Pemandangan Natya yang duduk bersama Refan kembali berkelebat dalam benak Dipta. Ya, tadi dia sengaja memata-matai kebersamaan istrinya dengan Refan di taman rumah sakit dan dia sungguh tidak tahan jika kini harus mengingatnya lagi.
Dipta segera menyalakan mesin mobil dan mengemudi dengan kecepatan maksimal membelah jalanan kota yang tampak lengang.
"Aku tidak bisa membiarkan Natya bersamanya. Dia milikku!", tegas hati kecil Dipta.
Sementara itu, Natya masih sibuk menenangkan hatinya. Dia masih tak percaya jika beberapa saat yang lalu Dokter Refan menyatakan cinta padanya.
"Ya Tuhan, aku harus apa?", gumam Natya gelisah.
Dia mengigit bibir bawahnya. Memikirkan jawaban macam apa yang nanti akan dia berikan pada dokter muda itu.
"Ah, sebaiknya aku minta pendapat Ayu dan Caca saja", tetiba saja ide itu terlintas dalam pikiran Natya.
Tanpa pikir panjang, Natya menghubungi dua sahabatnya itu. Dia sengaja melakukan conference call.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam saat Natya menghubungi Ayu dan Caca. Beruntung, kedua sahabatnya itu masih merespon panggilan videonya.
"Tumben Nat, nelepon kita jam segini", ucap Caca yang baru saja selesai mandi.
" Iya nih. Ada apa?", tanya Ayu yang juga terlihat sibuk dengan camilannya.
"Aku mau cerita dan aku butuh pendapat kalian", jawab Natya cepat.
Natya pun menceritakan kejadian yang beberapa saat lalu dia alami. Caca dan Ayu yang menyimak cerita tersebut tampak terkejut.
"Serius, Nat? Dokter Refan nembak kamu?", tanya Ayu masih tak percaya.
Natya menganggukkan kepalanya perlahan.
"Terus Dokter Dipta gimana, Nat?", tanya Caca yang tetiba saja ingat dengan status Natya yang sudah bersuami.
Natya hanya bisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Guys, please kasih aku saran. Apa yang harus aku lakukan?", Natya tanpa bingung dan frustasi.
Ayu dan Caca sejenak berpikir. Memang ini bukan kali pertama sahabatnya itu ditembak seorang lelaki, tapi saat ini status Natya sudah berbeda. Hal itulah yang membuat mereka ikut memikirkan masalah yang dialami Natya.
"Nat, kalau menurutku sebaiknya kamu tolak Dokter Refan. Bagaimanapun juga kamu harus ingat kalau kamu itu sudah menikah", akhirnya Caca bersuara.
"Iya Nat, aku setuju. Ya meskipun kamu tadi bilang Dokter Refan itu baik, ramah, ganteng lagi, tapi aku yakin Dokter Dipta juga memiliki itu semua", imbuh Ayu.
Natya terdiam. Dia mencoba mencerna semua saran dari Ayu dan Caca.
"Tapi guys, Dipta tidak sebaik Dokter Refan. Selama aku menikah dengannya, sikapnya begitu dingin dan selalu menunjukkan ekspresi datar. Ah, aku benar-benar tidak menyukai itu", ucap Natya.
"Aku rasa sifat asli Dokter Dipta tidak seperti itu, Nat. Buktinya waktu pertama kali aku bertemu sama dia, dia sebaik dan seramah itu lho", bela Ayu yang memang selalu memandang positif sosok Dokter Dipta.
"Ck, itu sih karena kamu suka sama dia makanya kan kamu pikir dia baik", protes Natya.
"Eh enggak gitu, Nat. Dia kan suami kamu, masa iya sih aku tega nyalip sahabat sendiri. Aku cuma berkata apa adanya aja, Nat. Jangan salah paham", kilah Ayu.
Natya mengerucutkan bibirnya pada Ayu.
"Sudah ... sudah, kenapa kalian jadi ribut soal Dokter Dipta sih? ini kan kita lagi bahas Dokter Refan. Diingat ya, Dokter Refan", ucap Caca penuh penekanan.
Fokus Ayu dan Natya kembali pada masalah ungkapan cinta Dokter Refan.
"Guys, kalau misal aku menerima Dokter Refan gimana?", tanya Natya hati-hati.
"Jangan mulai main api, Nat", Ayu mengingatkan.
"Iya, Nat. Jangan karena kamu tidak suka dengan sikap dingin dan datarnya Dokter Dipta, kamu berpikir segila itu", tambah Caca.
Natya menghela nafas panjang.
"Tapi Dokter Refan memiliki semua hal yang aku harapkan dari seorang lelaki".
Ayu dan Caca terdiam. Kali ini giliran mereka yang mencoba mencerna ucapan Natya. Apalagi selama ini Natya beberapa kali memang menceritakan bagaimana hubungannya pernikahannya dengan Dipta.
"Enggak, Nat. Saranku kamu harus tetap bertahan sama Dokter Dipta. Coba deh kamu lebih sering berinteraksi dan dekat dengannya. Aku yakin Dokter Dipta pasti berubah", jawab Ayu.
Lagi, Natya hanya bisa menghela nafas. Memang pikirannya terasa buntu kalau sudah berhadapan dengan sosok Dipta.
"Apa kamu yakin, Yu?", tanya Natya tak percaya.
Ayu menganggukkan kepalanya pasti.
"Nat, gimana kalau kamu membahas hal ini juga sama Dokter Dipta? kamu lihat respon dia seperti apa. Selama ini kan hubungan kamu sama dia hambar ya. Siapa tahu sikap dingin dan datar Dokter Dipta sengaja di tunjukkan karena sebetulnya dia gak pernah cinta sama kamu. Jadi, kalau pun kamu mau jalan sama Dokter Refan dan dia sudah tahu dari awal, aman kan", tetiba saja bisikan sesat muncul dari Caca.
"Ih ... Ca, kalau kasih saran itu yang benar dong", protes Ayu.
Natya kembali meresapi ucapan Caca dan Natya merasa sependapat dengan Caca.
"Sepertinya saranmu bagus, Ca. Aku bisa mencobanya. Jadi aku tidak perlu berbohong di belakang Dipta kalau aku memang ingin menerima Dokter Refan", akhirnya Natya memutuskan untuk mempertimbangkan saran dari Caca.
Caca menganggukkan kepala, tapi Ayu masih bersikukuh meminta Natya untuk menolak Dokter Refan.
"Yu, kita kasih kesempatan Natya buat bahagia kenapa sih? kamu tahu kan dia nikah sama Dokter Dipta karena terpaksa. Nah, sekarang ada lelaki lain yang cinta sama Natya, ya apa salahnya kan diperjuangkan?", seloroh Caca yang masih tak sependapat dengan Ayu.
"Gak bisa gitu, Ca. Bagaimanapun juga Natya itu tetap istri sah dari Dokter Dipta. Masa sih kita tega kasih saran yang akan menyakiti hati Dokter Dipta hanya karena alasan mendukung kebahagiaan Natya?", Ayu tetap ngotot.
"Hei sudah, kenapa kalian ribut lagi sih?. Dengar, thank's ya untuk respon dan semua saran kalian. Tapi aku sudah memutuskan akan membahas hal ini dengan Dipta. Biar dia tahu apa yang aku mau dan biar aku bisa menjalani semuanya dengan baik. Trust to me, ok?", Natya menatap Ayu dan Caca bergantian lewat layar gawainya.
"Tapi kalau sampai terjadi hal buruk, aku gak ikutan ya, Nat", jawab Ayu. Harapannya untuk bisa mendukung Natya tetap dengan Dokter Dipta berpotensi kandas di tengah jalan.
"Iya, Yu", jawab Natya yakin.
Setelah perbincangan panjang itu, Natya mengakhiri conference callnya bersama Ayu dan Caca.
Senyum terkembang di bibir Natya. Pikirannya sudah melayang, membayangkan kebersamaannya dengan Dokter Refan jika benar dia menerima pernyataan cinta dari Sang dokter.
"Dokter Refan, dia memang pantas aku berikan kesempatan", gumam Natya sendiri.
Sementara itu, di apartemen, Dipta membanting pintu kamarnya dengan keras. Rasa marah dan kecewa masih bergejolak dalam hatinya.
"Apapun resikonya, aku harus secepatnya melakukan hal itu. Hanya itulah satu-satunya cara untuk membuatnya tetap menjadi milikmu", tekad Dipta yakin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments