Suasana pagi ini masih terasa kaku. Natya yang biasanya bersikap berani pada Dipta, sudah tiga hari ini lebih memilih untuk diam.
Ya, pertengkaran mereka tiga hari yang lalu ternyata memengaruhi mood Natya. Keliaran dan keberaniannya selama ini seolah mati begitu saja setelah Dipta memarahinya.
"Malam ini aku tidak pulang, aku ada lembur", Dipta membuka suara untuk memecah keheningan di meja makan.
Natya hanya menganggukkan kepalanya. Dia tidak berminat memberikan jawaban langsung.
"Oh ya, bagaimana dengan kuliahmu?", tanya Dipta lagi. Sejujurnya dia tidak suka melihat Natya seperti ini.
Natya masih terdiam di tempatnya.
"Apa kamu tidak mendengar pertanyaanku?", Dipta bertanya lagi.
Natya melirik sebentar ke arah suaminya. Lelaki itu tampak duduk dengan tenang di depannya dan menikmati sarapan pagi yang sudah Natya siapkan.
"Minggu depan aku sidang", jawab Natya pendek.
Dipta menghentikan aktivitas makannya dan menatap Natya dengan intens, "Bagus. Kamu belajar dengan baik. Oh ya, kenapa kamu tidak menggunakan credit card yang aku berikan?".
Natya tertegun sebentar, dia sebenarnya enggan berbicang banyak dengan Dipta.
"Aku punya uang sendiri".
"Uang? dari mana?", Dipta bertanya seolah dirinya tidak tahu apa-apa.
"Aku internship di Rumah Sakit Bintang", jawab Natya jujur.
Dipta tersenyum tipis tapi Natya tidak melihatnya.
"Hmm ... begitu. Dengar, kita sudah menikah dan kamu harus tahu, semua kebutuhanmu adalah tanggung jawabku sebagai suami. Aku senang mendengar kamu internship, tapi bukan berarti kamu menolak apa yang sudah menjadi hakmu dan tanggung jawabku. Jadi, tolong terima kartu ini, kamu bebas menggunakannya dan kalau kamu butuh sesuatu atau ada yang kurang, jangan sungkan untuk bicara padaku", ucap Dipta lembut.
Natya menatap credit card yang disodorkan Dipta di depannya. Dia ragu mengambil kartu itu karena bagaimanapun juga Natya masih bersikukuh tidak ingin bergantung pada siapapun lagi, terlebih pada Dipta.
"Jangan berpikir macam-macam. Credit card ini tidak akan membuatku memang rendah padamu, begitupun jika kamu meminta sesuatu padaku. Justru aku akan merasa senang", lanjut Dipta seolah dia bisa membaca isi pikiran Natya.
Natya masih diam. Dia belum mengambil kartu itu.
"Ya sudah, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa, kamu bisa menghubungiku. Aku sudah menyimpan nomorku di gawaimu. Oh ya satu lagi, aku lupa bilang kalau beberapa hari lalu Mommy Dinda menelponku, dia menanyakan keadaanku. Kalau luang, hubungi Mommy kembali, ya", Dipta beranjak dari tempat duduknya.
Setelah kepergian Dipta, entah kenapa hati Natya merasa haru namun juga diliputi dengan kehangatan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Pertengkaran mereka beberapa hari yang lalu seolah menyadarkan Natya dan mengubah pandangannya pada sosok Dipta.
Natya melirik jam di dinding ternyata baru jam delapan pagi. Sore ini dia sudah ada janji dengan Ayu dan Caca, tapi Natya memilih pergi ke rumah orang tuanya sebelum agendanya nanti sore.
"Berhenti di depan ya, Pak", Natya memberi instruksi pada sopir taksi online yang dipesannya.
"Baik, Non".
Taksi itu berhenti di depan sebuah rumah yang cukup megah. Natya segera turun dan disambut oleh satpam penjaga rumah.
"Eh Non Natya. Masuk, Non", tampak Pak Budi membukakan gerbang untuk Natya.
Natya tersenyum tipis, "Terima kasih, Pak. Oh ya, Mommy sama Daddy ada?".
"Nyonya ada, Non tapi kalau Tuan baru saja berangkat", jawab Pak Budi.
"Oh ya sudah. Saya masuk dulu ya, Pak", Natya pamit dari hadapan Pak Budi.
Mommy Dinda baru saja menyelesaikan rangkaian bunga dalam vas yang baru dibelinya kemarin. Dia terkejut dengan kedatangan Natya yang tiba-tiba.
"Lho, sayang, kok kamu gak kasih kabar sih kalau mau ke sini", Mommy Dinda segera memeluk putri semata wayangnya itu.
"Memangnya aku harus kasih kabar ya Ma kalau pulang ke rumah sendiri?", tanya Natya heran.
Mommy Dinda tersenyum, "Ya enggak sih, tapi kan sayang kalau kamu pulang Mommy atau Daddy lagi gak ada. Mau ketemu sama siapa coba?", Mommy Dinda balik bertanya.
Natya menghela nafas panjang. Sungguh, kepulangannya untuk pertama kali setelah menikah membuatnya benar-benar merasa asing dengan rumah termasuk Mommynya sendiri.
"Kamu sudah izin sama Dipta untuk datang ke sini?", tanya Mommy Dinda saat dirinya dan Natya sudah duduk di sofa ruang keluarga.
Natya menggelengkan kepalanya.
"Lho kok gitu sih, Nat. Kalau sudah menikah itu, kemanapun kamu pergi ya harus izin sama suami", terang Mommy Dinda.
"Harus banget ya, Mom? kan aku cuma datang ke rumah Mommy, gak kemana-mana juga", Natya tak senang.
"Bukan gitu, sayang. Kalau kamu sudah menikah, kamu itu kan tanggung jawab suamimu. Jadi, kalau sampai ada apa-apa siapa coba ya repot? kan suami kamu juga".
Natya menghela nafas kasar, "Udah dong Mom, jangan bahas hal seperti itu lagi, aku malas mendengarnya", Natya jujur merasa tak suka.
Mommy Dinda tertawa kecil. Sudah bisa dia tebak akan seperti apa respon putrinya itu.
"Ya udah, Mommy minta maaf deh. Oh ya, gimana kabar Dipta?".
Natya menghela nafas lagi karena kali ini Mommy Dinda justru menyebut nama Dipta.
"Baik, Mom", jawab Natya pendek.
Mommy Dipta mengerutkan dahinya, "Kamu kenapa sih sayang, tadi protes bahas tanggung jawab istri pada suami, sekarang kok masih aja masam karena Mommy sebut nama Dipta. Kalian lagi gak akur ya?", tebak Mommy Dinda.
Natya terdiam, dia sendiri bingung bagaimana menjelaskan hubungannya dengan Dipta selama ini.
"Mom, aku mau tanya", Natya menatap Sang Mommy lekat.
"Tanya apa?".
Natya tampak berpikir sejenak, "Mmm ... kenapa sih Mom aku harus dinikahkan sama Dipta? padahal Mommy sama Daddy tahu kan kalau aku belum siap menikah".
Mommy Dinda tersenyum tipis, dia merapatkan posisi duduknya dengan Natya.
"Kamu masih saja menanyakan hal itu. Kan sudah Mommy dan Daddy jawab dari sebelim hari pernikahan kamu tiba, apa belum jelas?", tanya Sang Mommy.
Ya, Natya ingat saat dirinya menolak keras pernikahan dadakan itu. Saat itu Mommy dan Daddy menjelaskan bahwa pernikahannya adalah keinginan dari kakek Natya dan juga kakek Dipta. Mereka pernah menyepakati akan menikahkan cucu masing-masing.
"Tapi Mom, masa sih hanya karena sebuah kesepakatan Natya harus menikah dini seperti sekarang? lagi pula, itu kan kesepakatan masa lalu, Natya sendiri saat itu belum mengerti apa-apa", Natya kembali menyuarakan hal yang sama pada Sang Mommy.
Mommy Dinda tersenyum, dia bisa membaca pikiran putri semata wayangnya itu.
"Sayang, coba Mommy mau tanya sama kamu, apa kurangnya Dipta di mata kamu, hm? kalian kan sekarang sudah menikah, sebentar lagi malah mau satu tahun pernikahan lho, masa sih kamu masih mau bahas hal yang sudah lalu itu?. Dengarkan Mommy, kalaupun kamu bersikukuh tidak menyetujui pernikahan ini, tapi sekarang kan kamu sudah berstatus istrinya Dipta, kalau sampai berpisah ya jadi janda", ucap Mommy Dinda santai.
Natya mengerucutnya bibirnya. Semua yang Mommynya bilang memang benar.
"Aku hanya merasa berat Mom menjalani pernikahan ini", ungkap Natya jujur.
"Ada banyak hal yang tidak aku pahami soal rumah tangga. Apalagi aku sendiri masih sibuk dengan kuliahku, magang di rumah sakit. Kepalaku rasanya mau pecah kalau mengingat itu semua", lanjut Natya mengeluh.
Mommy Dinda mengelus lembut kepala Natya, "Tidak ada sekolah khusus untuk berumah tangga. Tapi kalau kamu mau belajar, Mommy yakin kamu pasti bisa menjalaninya dengan baik".
Natya terdiam. Dia mencoba meresapi ucapan Sang Mommy.
"Nyonya, maaf, ini minumnya", seorang asisten rumah tangga datang menyajikan dua gelas jus jeruk lengkap dengan kudapan favorit Natya, brownis.
"Makasih ya, Bi", ucap Mommy Dinda pada asisten rumah tangganya.
"Sayang, ayo kita minum dan makan dulu", Mommy Dinda mengajak Natya yang sedari tadi masih betah berdiam diri.
"Jangan terlalu berat memikirkan rumah tangga. Cukup kamu jalani semampunya, ya. Tapi kamu tetap harus ingat, suami kamu itu numero uno. Jadi, apapun yang kamu lakukan, apapun yang kamu katakan, pastikan tidak menyinggung tugas dan perannya", pesan Mommy Dinda lagi di sela-sela kebersamaan dirinya dan Natya.
Natya tersenyum tipis. Percakapannya dengan Sang Mommy memberikan harapan baru untuk rumah tangganya bersama Dipta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Nana Kim
Aamiin, aku juga🤲
2023-02-03
0