"Kamu masih marah?", tanya Dipta saat dirinya dan Raya sudah kembali ke apartemen.
Raya mendelikkan mata indahnya ke arah Dipta. Sungguh, sepanjang hari ini Natya dibuat kesal oleh suaminya itu.
"Natya, tunggu" Dipta menarik tangan Natya saat gadis itu hendak bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Brukkk
Tubuh Natya mendarat sempurna di dada bidang Dipta.
Mereka berdua terjatuh dengan posisi Natya di atas tubuh Dipta karena lelaki itu menariknya terlalu kuat.
Kedua netra mereka saling menatap dengan alunan degup jantung yang tak beraturan.
"Iihh ... lepas", Natya yang lebih cepat sadar segera memberontak dari dekapan Dipta. Sayang, kedua tangan kekar lelaki itu menahannya dengan kuat.
"Apa kamu marah lagi sama aku?", tanya Dipta masih dengan posisi yang sama.
"Kamu pikir saja sendiri!", tegas Natya dengan wajah masam.
"Ck, aku salah lagi ya?", tanya Dipta bingung.
"Cepat lepaskan aku!", lagi, Natya berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Dipta.
Bukannya berhasil membuat kuncian tangan Dipta terlepas, justru tubuh mereka berdua berbalik. Natya yang kini ada di bawah kungkungan tangan Dipta.
Degup jantung Natya semakin kencang. Posisi ini mengingatkannya pada sesuatu. Ya, bagaimanapun juga Natya sudah dewasa dan saat ini dia hanya tingga tinggal berdua dengan Dipta yang juga sama-sama sudah dewasa.
Pikiran Natya tetiba saja melayang jauh, membayangkan apa yang akan dilakukan dua orang dewasa dengan posisi seperti ini terlebih mereka adalah suami istri?.
Natya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia mencoba mengusir pikiran kotornya itu.
"Kamu kenapa?", tanya Dipta heran melihat tingkah istrinya.
"Ti ... tidak. Cepat menyingkirlah dari atas tubuhku, Dipta", pinta Natya gugup.
Dipta tersenyum licik. Sebuah ide nakal tetiba saja terlintas dalam pikirannya.
Dipta memang memindahkan tubuhnya dari atas tubuh Natya, tapi belum sempat gadis itu bangun dengan sempurna, Dipta sudah lebih dulu menggendongnya.
"Aaa ... Dipta, apa-apaan kamu?", Natya memekik kecil karena terkejut. Kedua tangannya langsung melingkar sempurna di leher Dipta.
Dipta hanya tersenyum. Dia menatap Natya dengan dalam dan membawa gadis itu ke kamarnya di lantai atas.
"Dipta, ayo turunkan aku, please", Natya memohon, tapi sayangnya hal itu tidak digubris oleh Dipta.
"Dipta, aku ...".
"Diamlah, jangan banyak bergerak karena kamu akan membangunkan sesuatu", jawab Dipta.
Natya mengernyitkan dahinya, "Sesuatu? apa itu?. Jangan bilang ada hewan buas yang harus aku bangunkan", Natya membayangkan binatang macam apa yang menunggunya di lantai atas.
Dipta tersenyum geli mendengar pikiran liar Natya.
"Kamu akan membangunkan sesuatu yang jauh lebih ganas dari binatang", jawabnya santai.
Wajah Natya berubah cemas. Selama dia hidup, Natya tidak pernah tertarik dengan binatang. Apalagi sesuatu yang lebih ganas dari binatang seperti yang Dipta bilang.
"Dipta, aku mohon. Aku janji tidak akan marah lagi sama kamu. Tapi tolong, turunkan aku. Aku takut", Natya benar-benar ketakutan. Wajahnya menunjukkan kecemasan yang dalam.
Dipta menahan tawanya. Dia segera membuka pintu kamar dan membawa Natya ke atas tempat tidur.
"Ma ... mana binatang buasnya?", Natya melihat sekeliling.
Tak ada apapun di sana selain tempat tidur, lemari, sofa, dan barang-barang yang sewajarnya saja ada di dalam kamar.
Dipta tersenyum, dia menurunkan Natya dengan hati-hati di atas tempat tidurnya.
Natya masih tak percaya di ruangan itu tidak ada binatang buas.
"Dipta, aku ...".
"Ini binatang buasnya", Dipta mengungkung kembali tubuh mungil Raya di bawahnya.
"Ma ...maksud kamu apa?", Natya menatap Dipta dengan posisi yang lagi-lagi membuat jantungan hampir saja loncat keluar.
Senyum Dipta tampak menyeringai, membuat Natya salah tingkah dan serba salah.
"Aku tidak pernah mengatakan akan membawamu pada binatang buas. Tapi di sini, di kamar ini, di atas tempat tidur ini, akan aku tunjukkan sesuatu yang lebih buas dari binatang".
Tanpa permisi, Dipta meraup bibir manis Natya yang membuatnya kecanduan.
Natya memukul dada Dipta, dia berusaha mendorong tubuh suaminya yang terus bergerak di atas tubuhnya.
"Dipta, lepas. Aku tidak mau", ucap Natya dengan nafas terengah-engah. Dia terkejut Dipta memperlakukannya seperti ini.
Dipta tersenyum penuh arti, "Aku tidak akan melepaskanmu, Natya. Tidak akan pernah".
Dipta kembali meraup bibir Natya. Semakin gadis itu berontak, Dipta justru semakin menciumnya dengan dalam.
Mulanya Dipta hanya ingin menggoda Natya. Tapi setelah dua kali dia menikmati manisnya bibir Natya, ada dorongan yang justru memaksanya melakukan hal yang lebih gila.
Ciuman Dipta beralih ke leher Natya. Dipta berhasil meninggalkan beberapa jejak di sana.
"Dipta, aku mohon jangan begini", ucap Natya dengan suara bergetar. Saat ini dirinya sungguh takut dengan tindakan suaminya itu.
Lagi, senyum Dipta menyeringai. Dia hanya melirik Natya sebentar dan matanya kini tertuju pada bagian tubuh atas Natya yang tampak naik turun karena nafas gadis itu terengah-engah.
Dipta mengunci kedua tangan Natya di atas kepala hanya dengan menggunakan satu tangan, sedangkan tangan satunya bergerilya membuka satu demi satu kancing kemeja yang Natya kenakan.
"Tidak, Dipta. Tolong jangan lakukan itu, aku belum siap", ujar Natya. Dia bisa membaca apa yang akan dilakukan Dipta padanya.
"Kita sudah cukup lama menikah dan aku belum pernah menyentuhmu. Aku menginginkanmu, Natya", jawab Dipta dengan nafas memburu.
Tak butuh waktu lama, semua kancing kemeja Natya berhasil Dipta buka. Di sana tersaji sebuah pemandangan indah yang selama ini belum pernah Dipta lihat.
Natya menggeleng-gelengkan kepalanya saat Dipta mulai menyentuh area sensitifnya. Natya terus mencoba memberontak, tapi tenaga Dipta terlalu kuat untuk dia lawan.
"Tolong jangan begini", ucap Natya dengan suara bergetar. Kali ini tangisnya benar-benar pecah. Dia merasa harga dirinya tercabik-cabik karena tindakan Dipta.
Melihat Natya menangis, Dipta langsung melepaskan kunciannya. Lelaki itu segera turun dari tempat tidur dan membiarkan Natya untuk bangun.
Natya segera menutup kemejanya. Dia merasa dipermalukan.
"Kenapa kamu lakukan itu sama aku? apa belum cukup hari ini kamu mempersulit hidupku?", tanya Natya di sela-sela tangisnya.
Dipta menghampiri Natya yang tampak berantakan karena ulahnya.
Lagi, dia membuat kesalahan pada gadis itu.
"Maaf", hanya itu kata yang keluar dari bibir Dipta.
Natya menundukkan kepala untuk menyembunyikan tangisannya. Dadanya terasa sesak mengingat perlakuan Dipta beberapa saat yang lalu padanya.
"Natya, aku minta maaf. Sungguh, aku tidak bermaksud kasar seperti tadi. Aku hanya ingin menggodamu saja, tapi ternyata ...".
"Apa? kamu puas sekarang membuatku seperti ini!", tegas Natya dengan suara bergetar. Air mata masih terus berderai di pipinya.
"Aku ... aku tidak bisa menahan hasratku padamu. Tolong maafkan aku", jawab Dipta sambil menarik nafas dalam.
"Mudah sekali kamu meminta maaf, Dipta. Dari kemarin kamu terus meminta maaf tapi kamu tetap melakukan kesalahan seolah maaf itu tidak ada artinya", serang Natya kesal.
Dipta terdiam. Dia benar-benar menyesal sudah membuat istrinya marah dan kecewa seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments