Ultimatum Mama Nita

Pagi ini Natya bersikap dingin pada Dipta. Kejadian semalam membuatnya kesal pada lelaki itu.

Dipta yang merasakan betul perubahan sikap Natya jadi tidak nyaman dibuatnya.

"Kamu masih marah? aku minta maaf ya", Dipta mendekati Natya yang tampak serius membuat sarapan pagi mereka.

Natya tidak merespon, melirik pun tidak. Dia membiarkan Dipta tersiksa dengan rasa bersalahnya sendiri.

"Natya, aku ...".

Belum selesai Dipta bicara, terdengar suara bel berbunyi.

Dipta dan Natya menoleh ke arah pintu, keduanya saling melirik seolah bertanya siapa yang datang sepagi ini? dan siapa yang akan membukakan pintu itu?.

"Biar aku saja yang buka", Dipta melangkahkan kakinya menuju pintu utama.

Ceklek

"Surprise", teriak Mama Nita yang tampak begitu sumringah.

"Mama", Dipta terkejut dengan kedatangan Sang Mama yang begitu tiba-tiba.

Selama ini kedua orang tua Dipta tinggal di Paris. Mereka hanya akan pulang ke negara X jika ada sesuatu yang penting saja atau ingin melepas rindu dengan putra tunggal mereka, Dipta Narendra.

"Kenapa? kamu kaget ya? sini, peluk Mama", Mama Nita menarik Dipta dalam pelukannya.

Dipta yang masih terkejut sekaligus bingung dengan kedatangan Mama Nita hanya bisa pasrah dengan perlakuan Sang Mama.

"Kamu tidak mengajak Mama masuk?", tanya Mama Nita yang masih berdiri di tempatnya.

"Oh, iya Ma, maaf. Ayo, masuk", Dipta segera mengajak wanita paruh baya itu masuk ke dalam apartemennya.

Natya yang melihat kedatangan Mama mertuanya itu segera datang menghampiri.

"Mama, selamat datang", ucap Natya ramah.

"Ah, menantuku sayang. Terima kasih", jawab Mama Nita yang langsung memeluk Natya.

"Mama pasti capek. Mama mau minum sesuatu?", tanya Natya setelah ia lepas dari pelukan Sang Mama mertua.

"Jangan repot-repot. Mama tidak lama kok di sini. Nanti Papa jemput Mama lagi", jawab Mama Nita sambil mendudukkan dirinya di sofa.

Dipta dan Natya saling melirik.

"Lho, memangnya Papa kemana, Ma? kenapa Papa dan Mama tidak mengabari aku kalau mau pulang ke sini?", tanya Dipta yang baru menyadari kalau Sang Mama datang sendiri ke apartemennya.

"Papamu itu langsung ke rumah sakit. Dia ada janji dengan direktur di sana. Kamu kan sudah menikah, masa Mama masih harus merepotkan kamu sih untuk menyambut kedatangan Mama ke sini", terang Mama Nita.

"Begitu", gumam Dipta pendek.

"Oh ya, apa kamu tidak ada jadwal di rumah sakit hari ini?", tanya Mama Laura pada Dipta.

"Setelah sarapan, aku berangkat, Ma", jawab Dipta.

"Ok. Kalau Natya, bagaimana?", giliran Natya yang ditanya Mama Nita.

"A ... aku, aku juga ada jadwal, Ma", jawab Natya gugup.

"Yah, Mama jauh-jauh datang dari Paris ke sini, tapi ternyata kalian sibuk. Ah, sudahlah, tidak masalah", ucap Mama Nita.

"Maaf ya, Ma. Apa Mama sudah sarapan? kalau belum, sebaiknya kita sarapan bersama. Kebetulan pagi ini aku membuat chicken katsu dan salad".

"Wow, terdengar enak sekali. Baiklah, Mama akan sarapan bersama kalian", jawab Mama Nita bersemangat.

Meski sebetulnya Mama Nita sudah sarapan di luar, tapi dia ingin menghargai tawaran menantunya itu.

Suasana di meja makan terasa hambar. Tidak ada percakapan di sana. Jiwa detektif Mama Nita bisa membaca ada hal yang tidak beres dengan anak dan menantunya. Terlebih gesture Natya jelas sekali tampak tidak nyaman dengan putranya.

"Dipta, kalian jadi kan pergi ke Swiss?", tanya Mama Nita membuka bahasan.

"Oh, itu ... aku ... aku belum membicarakannya dengan Natya, Ma", jawab Dipta agak terkejut dengan pertanyaan dari Sang Mama.

Matanya melirik sebentar ke arah Natya yang tetap fokus pada makanan di piringnya.

"Lho, kok bisa gitu? padahal Mama sama Papa sengaja memberikan tiket itu sebagai hadiah kelulusan menantu Mama yang cantik ini. Apa kamu lupa?", selidik Mama Nita.

Dipta menelan salivanya. Dia hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

Dipta sebenarnya tidak lupa, hanya saja belakangan ini dia sudah melakukan beberapa kesalahan pada Natya hingga membuat istrinya itu marah. Itulah kenapa Dipta belum menyampaikan rencana liburan ke Swiss pada Natya.

"Hubungan kalian baik-baik saja kan?", tanya Mama Nita. Bergantian dia menatap Dipta juga Natya.

Lagi, Dipta dan Natya saling melirik penuh makna.

"Hubungan kami baik kok, Ma", akhirnya Natya yang memberikan jawaban.

"Yakin?", Mama Nita ragu.

"Iya, Ma. Aku dan Natya baik-baik saja", jawab Dipta menegaskan kondisi rumah tangganya.

"Baguslah kalau begitu. Mama tidak mau kalian berpura-pura di depan Mama, ya. Ingat itu", ucap Mama Nita penuh penekanan.

"Iya, Ma", jawab Natya dan Dipta bersamaan.

Senyum Mama Nita mengembang saat mendengar paduan suara anak dan menantunya.

"Nah, gitu dong. Kompak. Kan enak dilihatnya".

"Oh ya, kapan kalian mau kasih Mama dan Papa cucu?", Mama Nita menatap Natya dan Dipta dengan lekat.

Deg

Tak hanya Natya yang terkejut, Dipta pun merasakan hal yang sama.

"Tuh kan, diam lagi. Jawab dong. Kalian harus ingat lho, Mama dan Papa semakin menua. Di usia kami saat ini seharusnya kamu sudah menimang cucu. Mama yakin, Mommy Dinda sama Daddy Wisnu juga pasti ingin segera menimang cucu. Iya kan, Natya?".

Natya menelan salivanya dalam-dalam.

"I ... iya, Ma", jawabnya ragu.

Selama ini Mommy Dinda dan Daddy Wisnu sebetulnya tidak pernah menekan Natya dan Dipta perihal cucu. Meski ya sesekali Natya diingatkan juga tentang hal itu.

"Tuh kan. Makanya, ayo dong kalian ini jangan cuma kerja terus. Luangkan waktu untuk liburan, sekalian honeymoon. Pokoknya Mama tidak mau tahu, pekan ini juga kalian harus berangkat ke Swiss. Di sana Mama sudah mengurus semuanya, ok?", lagi, Mama Nita mengeluarkan ultimatumnya.

Dipta dan Natya bingung harus memberikan jawaban apa. Terlebih saat ini hubungan mereka sedang tidak baik.

"Ck, Ma. Please, jangan maksa gitu dong. Aku sama Natya kan dokter, kami punya jadwal dan pasien. Kami tidak bisa main pergi seenaknya dari rumah sakit", Dipta mencoba memahamkan Sang Mama dengan kondisinya juga istrinya.

"Kamu kebiasaan deh. Selalu menjadikan pekerjaan sebagai alasan. Kamu ini anak pemilik rumah sakit, Dipta. Kalau kamu mau, sebetulnya kamu bisa mengatur waktu kerjamu sendiri. Jangan lupa juga, sebentar lagi kamu akan jadi direktur di sana, pekerjaanmu akan semakin banyak dan semakin sulit mencari waktu untuk berlibur dengan istrimu", ucap Mama Nita panjang lebar.

Natya terdiam. Dia baru tahu kalau suaminya adalah pemilik Rumah Sakit Bintang sekaligus calon direktur di rumah sakit itu. Sekarang Natya paham kenapa dirinya bisa bekerja di sana. Tapi Natya bertanya-tanya sendiri, kenapa selama ini Dipta merahasiakan itu semua darinya?.

"Pokoknya Mama tidak menerima alasan lagi. Kalian berdua harus pergi berlibur secepatnya. Oh ya, Natya, katakan kamu bertugas di rumah sakit mana? nanti Mama minta tolong sama Papa agar berbicara dengan atasan kamu biar kamu juga bisa cuti seperti Dipta. Semua direktur rumah sakit di kota ini adalah kolega Papa, jadi pasti bisa dilobi", tanya Mama Nita pada Natya.

"Dia bekerja di rumah sakit kita, Ma", Dipta yang menjawab pertanyaan itu.

"Benarkah? bagus dong, berarti tidak ada kendala ya untuk kalian ambil cuti dan berangkat ke Swiss pekan ini juga", lagi, Mama Nita memberikan ultimatumnya.

Natya dan Dipta sama-sama menarik nafas dalam. Sepagi ini mereka sudah dibuat pusing dengan kedatangan dan ultimatum Mama Nita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!