"Natya, kamu kemana sih semalam?", tanya Ayu histeris saat mata bulatnya menangkap bayangan sahabatnya itu di dalam kelas.
Natya tersenyum kikuk, "Sorry ya semalam aku pergi duluan. Mommy sama Daddy kirim orang ke club buat bawa aku pulang", jawab Natya asal.
Mata Ayu dan Caca terbelalak, "Wah serius, Nat? lama-lama ngeri juga ya Tante Dinda sama Om Wisnu sampai segitunya jaga putri kesayangan mereka", seloroh Caca tak habis pikir.
"Kita udah takut digantung di pohon mangga depan rumah kamu itu lho Nat kalau sampai kamu hilang beneran", imbuh Ayu. Jiwa horornya kambuh lagi.
Natya tertawa mendengar ocehan kedua sahabatnya itu.
"Eh, girls, bukannya hari ini kita ada kunjungan ke rumah sakit ya?", Natya tetiba teringat tugas kuliahnya.
"Oh iya. Hampir lupa padahal aku udah urus nih surat izin kunjungannya", Caca mengambil sebuah amplop putih dari sela-sela buku yang ada di pangkuannya.
"Ya udah yuk kita berangkat", ajak Natya semangat.
"Ok. Kali ini aku yang nyetir ya", ujar Ayu sambil menunjukkan kunci mobil miliknya.
"Sip", jawab Natya dan Caca bersamaan.
Di dalam mobil, mereka bertiga berkendara dengan bahagia. Seperti biasa Ayu akan memutar lagu-lagu kesukaan mereka selama perjalanan.
"Kita mau ke rumah sakit mana nih?", tanya Natya di sela-sela senandungnya.
"Ke Rumah Sakit Bintang", jawab Caca cepat.
Natya mengangguk-anggukkan kepalanya. Baru kali ini dia tahu tempat yang mereka tuju karena sejak dua minggu lalu Natya sibuk menolak pernikahannya dengan Dipta, bahkan dia sempat mengancam akan kabur dari rumah kalau sampai terus dipaksa menikah. Tapi apa daya, ancaman sang Mommy yang akan menarik semua fasilitas dan memblokir credit card unlimited miliknya akhirnya membuat Natya terpaksa memenuhi keinginan kedua orang tuanya. Belum lagi sang Daddy ikut mengintervensi Natya dengan mengatakan akan memberhentikan kuliah Natya yang saat ini sudah memasuki semester akhir di jurusan kedokteran.
"Kita sampai, girls", teriak Ayu saat mobil miliknya sudah terparkir rapi di area parkir Rumah Sakit Bintang.
"Ok. Kita turun yuk", ajak Caca yang sudah lebih dulu membuka pintu mobil.
Sebelum ketiga mahasiswi itu masuk ke dalam rumah sakit, mereka merapikan dulu penampilannya.
"Harus cantik, rapi, dan wangi. Siapa tahu ada dokter muda yang nyantol", ucap Ayu sambil bergaya genit di balik spion mobil.
Natya dan Caca tertawa kecil, "Mau banget ya Yu dapat suami dokter", seloroh Caca.
Ayu melirik dia sahabatnya itu, "Ya jelas mau dong. Secara nih ya Ca, dokter itu udah pasti kaya, pintar, dan ganteng".
Lagi, tawa Natya dan Caca meledak mendengar jawaban Ayu.
"Dih kalian gak percaya? ok, kita buktikan di dalam sana", Ayu menunjuk pintu rumah sakit yang dilalui banyak orang.
Tak butuh waktu lama, Natya, Caca, dan Ayu sudah ada di dalam Rumah Sakit Bintang. Mereka sudah menemui pihak manajemen rumah sakit dan mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di sana.
"Ok, kita langsung dapat dokter pembimbing nih, girls", seru Caca sambil menunjukkan sebuah amplop yang diberikan pihak manajemen rumah sakit dan memberikan dua amplop lainnya pada Ayu dan Natya.
"Let's see, who is the doctor?", ucap Caca penuh semangat.
Dalam setiap amplop itu ada tiga nama dokter yang berbeda dan salah satu di antaranya membuat Natya tertegun.
"Yes, aku dapat dr. Dipta Narendra, Sp.PD", Ayu menyebut nama dokter pembimbingnya.
Deg
Natya terkejut mendengar nama itu. Nama yang sama persis dengan nama suaminya. Tapi Natya segera menepis keterkejutannya, "Ah, mungkin namanya saja yang sama. Mana mungkin lelaki banyak aturan itu seorang dokter di rumah sakit ini", batin Natya.
"Kamu dapat siapa, Nat?", tanya Ayu pada Natya.
"Eh, aku ... ini dapat dr. Refan Adiguna, Sp.A", jawab Natya tergagap.
"Kalau aku nih dapat dr. Alina, Sp.OG", Caca menyebutkan nama dokter pembimbingnya tanpa diminta.
"Ok, sekarang kita cari ruangan dokter itu masing-masing ya", ujar Ayu.
Natya dan Caca menganggukkan kepala. Mereka bertiga merapikan kembali penampilannya sebelum menyebar, mencari ruang dokter pembimbing masing-masing.
"Maaf Sus, saya mahasiswa yang sedang penelitian di sini. Saya sedang mencari ruang dr. Refan Adiguna, di sebuah mana ya, Sus?", tanya Natya pada seorang Suster yang berpapasan dengannya.
"Oh ruangan dr. Refan ada di ujung lorong ini. Nanti Mbak lurus, lalu belok kanan. Nah, pinuh kedua itu ruang kerja dr. Refan", terang Sang Suster.
"Ok. Terima kasih, Sus", jawab Natya ramah.
Dia kemudian melanjutkan kembali langkahnya. Tanpa disadari Natya, sepasang mata sejak tadi mengamati dirinya di rumah sakit ini.
Natya menarik nafas dalam sebelum mengetuk pintu ruang kerja dr. Refan.
Tok ... tok ... tok
"Ya, silahkan masuk", terdengar suara seseorang dari dalam.
"Permisi, Dok", Natya menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
"Silahkan masuk", ajak Dokter Refan ramah.
Natya melangkahkan kakinya ke dalam ruangan itu dan dia duduk setelah Dokter Refan mempersilahkannya.
"Kamu mahasiswi yang sedang melakukan penelitian di sini ya?", tanya Dokter Refan.
"Iya, Dok".
"Natya Ekavira Hutomo", Dokter Refan membaca nama Natya yang tertera dalam surat yang ia terima.
"Nama yang cantik sama seperti orangnya", puji Dokter Refan.
Natya tersipu mendengar pujian itu.
"Ok, sebentar lagi kamu bisa ikut saya untuk memeriksa pasien di sini dan setelah itu kamu bisa presentasikan pada saya rencana penelitianmu, bagaimana?", tanya Dokter Refan.
"Siap, Dokter", jawab Natya cepat.
Sementara itu, Caca dan Ayu yang sebelumnya sudah menemui dokter pembimbing mereka terpaksa harus menelan kekecewaan karena ternyata di Rumah Sakit Bintang hanya menerima satu orang mahasiswi saja untuk melakukan penelitian akhir di sana.
"Ck, sedih deh baru juga ketemu eh harus pisah sama dr. Dipta", keluh Ayu pada Caca.
"Sama, Yu. Aku juga baru ketemu sama Dokter Alina. Dia cantik banget, sekarang penelitian belum dimulai harus cari rumah sakit lain", ucap Caca naas.
Meski mendadak dan tidak tahu pasti alasan manajemen rumah sakit tiba-tiba membatalkan izin untuk Caca dan Ayu, tapi kedua mahasiswi ini berusaha untuk berlapang hati menerima keputusan itu.
"Natya mana ya, Ca? dari tadi kita gak lihat dia", Ayu menengok ke kanan dan kiri mencari-cari sosok Natya.
"Coba aku telepon ya", Caca sudah sibuk mencari nomor kontak Natya.
Tak sampai lima menit, dari jauh Caca dan Ayu melihat kedatangan Natya. Saat mereka sudah berkumpul bertiga, Caca mengajak kedua sahabatnya itu ke kantin rumah sakit untuk menceritakan pembatalan penelitian yang sudah diterima oleh dirinya dan Ayu.
"Lho, kok bisa gitu sih? bukannya tadi mereka nerima-nerima aja kan, Ca, Yu", Natya menatap sahabatnya bergantian.
Dia terkejut sekaligus merasa sedih karena pembatalan sepihak dan tiba-tiba seperti ini.
"Sini, biar aku coba tanya lagi ke pihak manajemen rumah sakit. Siapa tahu ada kesalahan", Natya mengambil secarik kertas yang tergeletak di atas meja.
"Nat, keep calm. Tadi pihak kampus juga udah kontak kita kok. Mereka udah dapat rumah sakit pengganti buat kita berdua", Ayu menahan pergerakan Natya.
"Gak bisa gitu dong. Kalian harusnya kan di sini sama aku", Natya masih tak terima.
"Nat, kita gak apa-apa kok kalau harus pindah rumah sakit. Lagi pula lokasi rumah sakitnya juga gak jauh dari sini, ya Yu", terang Caca.
Ayu menganggukkan kepalanya dan kembali menatap Natya. Dia meminta sahabatnya itu agar tidak emosi.
"Ya udah deh kalau gitu. Tetap jaga komunikasi ya, girls", Natya menatap Caca dan Ayu bergantian.
"Sure", jawab Caca.
"Sekarang kita selfie aja yuk. Ya anggap aja kenang-kenangan buat aku sama Caca di rumah sakit ini", Ayu sudah mengeluarkan gawai kesayangannya.
Akhirnya ketiga sahabat itu melepas kecewa dengan foto dan tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments