"Dia..." batin Lili
Pandangan mata Lili tertuju kepada pria yang duduk dikursi paling ujung meja besar dan panjang itu. Dengan jubah yang sangat mewah berwarna merah serta sorot matanya yang sangat tajam membuat siapa saja yang menatapnya seolah merasa bahwa pria ini bukan hanya menatapnya. Lebih untuk mengintimidasi. Blackie melirik kearah Lili. Dilihatnya Lili sedang berdiri membeku dengan pandangan kosong.
"Nona...nona....nona Lili" sapa Blackie
Mendengar seseorang memanggil namanya, Lili pun terkejut dari lamunannya. Ia pun berbalik memandang Blackie yang memanggil namanya.
"Mari aku antar ketempat dudukmu nona."
"Iya."
Lili pun berjalan mengikuti Blackie menuju kursi yang berada diujung sisi meja lain yang tepat berhadapan dengan sang raja iblis. Blackie pun menarik kursi sambil memberi isyarat dengan tangan kanannya untuk mempersilahkan Lili duduk dikursi yang telah dia siapkan. Lili pun mengangguk sambil tersenyum kepadanya. Ia pun duduk dikursi yang telah disiapkan Blackie.
Lili melihat ada banyak makanan mewah dan minuman lezat didepannya.
"Yang Mulia."
"Kau boleh pergi sekarang!"
"Terima kasih Yang Mulia. Hamba undur diri." jawab Blackie sambil membungkukkan sedikit tubuhnya dan berjalan keluar. Lili melihat Blackie yang berjalan keluar menuju pintu megah itu. Pintu itu secara otomatis menutup dengan sendirinya.
"Ada apa? Apa kau takut padaku?!"
"Tidak. Oh maaf bukan itu maksudku Yang Mulia."
"Yang Mulia? Terdengar cukup bagus ditelinga. Bukankah kau memanggilku pria tua. Kenapa sekarang memanggilku dengan sebutan Yang Mulia?"
"Itu karena aku mendengar bawahanmu memanggilmu dengan sebutan itu."
"Oh ya? Aku pikir tidak seperti itu."
"Apa maksudmu?"
"Maksudku...karena penampilanku malam ini, bukan begitu nona Lili?!" goda Evil sambil menatap tajam kepadanya.
"A...a...aku tidak mengatakan hal itu." jawab Lili sambil memalingkan wajahnya kearah lain.
"Lalu, apa yang kau katakan?!" bisik Evil ditelinga Lili.
Betapa terkejutnya Lili melihat Evil yang sudah berada didekatnya sambil membisikkan sesuatu ditelinganya. Spontan Lili mendorong tubuh Evil menjauh darinya. Melihat Lili mendorong tubuhnya untuk menjauh darinya, Evil pun tersenyum dan kembali duduk dikursinya.
"Sial! Sejak kapan aku duduk bersebelahan dengannya." batin Lili sambil melihat kearah ujung sisi lain meja tempat dimana ia duduk sebelum dirinya berpindah tempat secara tiba-tiba dan tanpa ia sadari. Kini ia menyadari bahwa tempat duduknya sekarang berada di sebelah kiri Evil.
"Kau pasti bertanya-tanya kenapa kau bisa duduk bersebelahan denganku, kan?"
"Tidak tertarik."
"Kenapa?!"
"Karena kau adalah Yang Mulia. Tentu saja kau adalah orang yang terkuat dinegeri ini. Sihir kecil semacam ini cuman kau yang bisa melakukannya."
"Tunggu...orang yang terkuat di..negeri ini. Jangan-jangan dia..." batin Lili sambil menoleh kearah Evil. Dilihatnya, pria itu sedang asyik menatapnya dengan tersenyum.
"Ada apa?"
"Tidak ada."
"Lalu kenapa kau tidak makan? Apa dengan menatap wajahku sudah membuatmu merasa kenyang?" tanya Evil sambil mengambil beberapa makanan yang ada didepannya dan meletakkan diatas piringnya.
"Aku takut makanan yang ada diatas meja ini semuanya adalah tipuan."
Mendengar Lili berkata seperti itu, Evil pun tertawa terbahak-bahak. Betapa polosnya kata-kata yang diucapkan gadis ini.
"Apa yang kau tertawakan?"
"Kau ini lucu sekali. Kalau memang makanan yang ada diatas meja ini semuanya adalah tipuan, lalu apa yang barusan aku telan?" sambil memperlihatkan makanan yang ada disendoknya.
"Masuk akal juga. Tapi, aku tidak yakin makanan ini akan aman untuk kumakan?"
"Apa kau takut makanan ini kuracuni?!"
"Ya!"
Mendengar hal itu, lagi-lagi Evil tertawa terbahak-bahak. Ia pun menaruh sendok diatas piringnya dan beralih menatap Lili yang sedari tadi memasang wajah curiga kepadanya.
"Oh ya Lili, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu."
"Apa itu Yang Mulia?!"
"Pertama, bisakah kau memanggil namaku ketika kita sedang berdua saja?"
"Tapi..."
"Belum pernah ada yang menolak keinginan Raja. Apa kau ingin membuat Raja ini menjatuhkan hukuman kepadamu?!"
"Hmm...baiklah. Aku turutti keinginanmu."
"Bagus. Sekarang aku ingin mendengar kau memanggil namaku?!"
"Apa?!"
"Kenapa? Apa kau mau mengingkari ucapanmu barusan?!"
"Baiklah. Ehmm...Yang...aihh...E...E...Evil."
"Bagus. Gadis pintar" puji Evil sambil membelai kepala Lili dengan tangan kirinya.
"Sikap dan kata-katanya terkesan mengejekku." batin Lili.
"Apa kau merasa aku mengejekmu?!"
"Tidak. Kau terlalu negatif thinking terhadapku. Bisakah kau mempunyai pemikiran yang positif kepadaku?!"
"Tentu saja. Aku selalu berpikir positif kepadamu."
"Benarkah?!"
"Ya. Kapan kau bersedia menikah denganku?!"
"Pria ini benar-benar sesuatu!" batin Lili sambil mengertakakkan giginya.
"Yang Mulia, aku masih anak-anak. Dinegeriku dilarang menikah dengan anak dibawah umur. Atau kau akan dikenakan pasal dan lebih parahnya kau bisa masuk penjara." terang Lili
"Itu dinegerimu, bukan dinegeriku. Sekarang kau berada dinegeriku dan kau harus mematuhi aturan dan hukum yang berlaku disini!" tegas Evil
"Lidah pria ini semakin hari semakin tajam saja!" batin Lili
"Aku mengerti."
"Bagus. Sekarang kau makan dan habiskan hidangan malam ini. Besok pagi, aku meminta Sunny mengantarmu ke sekolah sihir Zwart School."
"Apa?! Ke sekolah?! Yang Mulia, apakah kau becanda?!"
Mendengar Lili tidak menyebut namanya, ia mengernyitkan dahinya. Merasa bahwa dirinya telah melakukan kesalahan, Lili pun menutup mulutnya dengan tangan kanannya.
"Hehe...maksudku, Evil kau tidak sedang becanda denganku kan?!"
"Tidak!"
"Kau serius menyuruhku untuk sekolah?!"
"Ya!"
"Kau tidak takut aku akan membuatmu malu karena ketidakmampuanku ini?!"
"Tidak!"
"Apa kau yakin?!"
"Ya!"
"Bolehkah aku menolaknya?"
"Tidak!"
"Kenapa?! Kau tau aku hanya manusia biasa yang tidak mempunyai sedikitpun kekuatan sihir. Mana mungkin kau menyuruh seseorang yang tidak memiliki kekuatan dan keterampilan sihir sepertiku untuk bersekolah di sekolah sihir. Ini tidak lucu?!"
"Memang tidak lucu. Siapa yang mengatakan ini lucu?!"
"Evil, tolong dengarkan..."
"Cukup! Kau bilang kau tidak mempunyai kekuatan dan keterampilan sihir. Bagaimana kau bisa menjelaskan kepadaku sihir es yang kau gunakan untuk melukaiku?! Apa itu ilusi? Atau hanya sebuah kebetulan?!"
"...."
"Sudahlah. Segera habiskan makan malammu ini dan beristirahatlah. Besok pagi persiapkan dirimu untuk pergi ke sekolah." kata Evil sambil beranjak dari kursinya dan melangkah pergi meninggalkan Lili yang masih duduk didepan meja makan.
"Tunggu. Evil kau menyuruhku pergi ke sekolah. Kalau boleh aku tau apa nama sekolah sihir yang kau maksud?!"
"Zwart School. Kau tidak perlu khawatir. Disana kau akan belajar tentang sihir. Jadi jangan pernah berpikir bahwa kau tidak memiliki kekuatan dan keterampilan sihir."
"Tapi...jika aku disana, itu sama saja aku akan mempermalukan dirimu. Kau adalah Raja."
"Dan kau adalah orang kedua yang berani melukai Raja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
jadi orang pertama yg melukai raja siapa ya...apa permaisuri
2024-06-05
0
anca
hmmm,,,kok jadi terkesan dikit oon si lili ,,,bukannya sdh dikasih tau sekolah di swart school kok nanya lagi namanya
2020-10-14
5
•𝔾𝕚𝕥𝕒𝕒⛓💀
lanjut tor
2020-09-01
2