Bab. 12

Perempuan itu terkejut melihat seorang gadis yang berdiri di depan pagar besi rumahnya yang bercat biru itu. Dia menutup mulutnya saking terkejutnya melihat sosok anak gadis yang berdiri tersebut.

"Ya Tuhan kenapa wajahnya sangat mirip dengannya," gumamnya wanita itu yang tidak lain adalah istrinya Pak Luis.

Via keheranan melihat reaksi dari sang pemilik rumah, ia melambaikan tangannya di depan perempuan itu.

Via mengernyitkan dahinya melihat sikap ibu-ibu itu, "Halo… apa Ibu baik-baik saja?" tanyanya Via yang sedikit khawatir melihat tingkahnya perempuan yang akan nantinya rumahnya akan ditempati beberapa tahun kedepannya oleh Via selama kuliah di Ibu kota Jakarta.

Bu Lisa tidak bisa menyembunyikan perasaan kaget dan shocknya melihat gadis remaja yang berdiri di depannya itu.

"Maaf apa benar ini rumahnya pak Luis?" Tanyanya Via yang kembali mengulang pertanyaannya.

"Ehh be-nar se-ka-li," jawabnya sebagai dengan gagap."Maafkan saya sudah ganggu istirahatnya Tante, saya ke sini atas arahan dan perintah dari Ayah sama Bunda," jelas Via lagi.

"Apa benar kamu anak sulungnya Edward dan Rena?" Tanyanya penuh selidik.

Via menganggukkan kepalanya tanda membenarkan perkataan tersebut," benar sekali Tante saya putri pertamanya yang berencana akan kuliah di salah satu kampus terbaik yang ada di Jakarta," terangnya Via yang masih keheranan melihat reaksi dari Bu Lisa.

Lisa spontan maju ke depan lalu menarik tunihn via kedalam dekapan hangat pelukannya itu. Air matanya menetes membasahi pipinya seketika.

"Nyonya Pinkan putrimu sudah besar, maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan kalian," gumamnya Bu Lisa yang membuat Via cukup keheranan dan bingung dengan situasi yang terjadi saat itu juga.

Via hanya terdiam dan membiarkan Bu Lisa memeluknya dengan erat tanpa mencegahnya sedikitpun.

"Kamu sudah besar nak, Tante sudah hampir lima tahun terakhir tidak bertemu dengan ayah dan bunda kamu, apa mereka baik-baik saja?"

"Ibu, seharusnya tamunya diajak masuk dulu istirahat terus diberikan pertanyaan kasihan dia sudah berdiri terlalu sambil berjemur disiang bolong," sarkas anaknya yang kebetulan juga seorang gadis yang mungkin seumuran dengan Via.

"Hehehe maaf Nak saking bahagia, terharunya Tante sampai-sampai lupa," ujarnya sambil tertawa cengengesan.

Mereka segera berjalan ke arah dalam rumah. Bu Lisa dan anaknya Lidya segera membantu Via untuk menbawa beberapa barang bawaannya itu.

"Lidya segera telpon bapakmu katakan padanya, Via putrinya Pak Edward sudah datang," pinta Bu Lisa di hadapan anak tunggalnya itu.

"Baik Bu perintah siap dilaksanakan dengan segera dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya," gurau Lidya yang bahagia karena akan mendapat teman sehingga hidupnya di rumah itu tidak akan kesepian lagi setiap harinya.

"Maaf yah Nak rumahnya Ibu kecil, tapi kamu tidak perlu khawatir walaupun rumah kami kecil tapi hati kami besar loh," candanya Bu Lisa yang begitu garing.

Via tersenyum tipis," siapa bilang rumah ibu kecil, lah rumahnya tingkat dibilang kecil, Ibu bisa saja deh merendahnya," balas Via yang ikut bercanda juga.

Berselang beberapa menit kemudian, Via sudah berada di dalam kamarnya sendiri yang sudah disiapkan jauh-jauh hari oleh keluarga kecil tersebut. Kamar tidur yang bersebelahan dengan kamar Lidya yang sama besar dengan perabot rumah yang sama pula kualitas dan jumlahnya itu.

Kedatangan Via di dalam rumah keluarga kecil itu disambut baik dan hangat oleh Bu Lisa, Lidya dan Pak Luis. Mereka bersyukur karena anak mantan majikannya dulu tinggal dirumahnya. Majikannya yang begitu besar jasanya kepada mereka hingga mampu berdiri seperti sekarang ini.

"Apa benar Nona Lila sudah datang?" Tanyanya Pak Luis yang baru datang dari tempat kerjanya itu.

"Benar sekali Pak,tapi ingat apa yang dikatakan Edwar dulu jangan panggil nona Lila tapi panggil dia dengan nama Via untuk sementara waktu karena ditakutkan musuh mengetahui jika kedua anak Tuan Besar William Chandra Henry Ford dengan Nyonya Pinkan Angelina masih hidup pasti akan gawat jadinya makanya Edward memberikan nama dan identitas yang baru dan tidak sama dengan aslinya," ungkap pak Luis.

"Tapi, Pak wajahnya terlalu mirip dengan Nyonya Muda, pasti kalau ada yang melihatnya akan menyadari sia-pa dia sebenarnya," tukasnya Bu Lisa istri dari Pak Luis.

Diam-diam tanpa sengaja Lidya mendengar percakapan kedua orang tuanya," pantesan dapat perlakuan istimewa ternyata dia anak sultan yang disembunyikan, aku harus bantu bapak dengan ibu untuk menjaga Nona Via dari masalah yang akan mengancam keselamatannya," tekadnya Lidya.

Keesokan harinya, Lidya dan Via bersama menuju kampus tempat mereka akan menimba ilmu. Tanpa sengaja mereka ternyata kuliah di kampus yang sama dan jurusan yang sama pula hanya saja berbeda kelas.

"Via, kita ke kampus mau naik motor apa mobil?' tanyanya Lidya sesaat ketika mereka sarapan.

"Kalau aku milih naik motor saja karena cepat sampai dan lebih praktis kecuali kalau sedang hujan pasti lebih baik kita pakai mobil," ujarnya Via yang memberikan alasan sesuai dengan kondisi kota Jakarta saja.

"Kalau gitu let's go bastie," ucap Lidya yang berjalan ke arah depan tepatnya di carport rumahnya dan menaiki motor matic injeksi berwarna merah itu yang sering Ia pakai selama ini.

"Kamu yang depan yah, karena aku enggak tahu jalan," imbuhnya Via yang kebetulan Pak Luis sudah menyiapkan satu unit motor warna biru seperti kesukaannya sejak dia tahu jika Via akan datang.

Mereka segera melajukan tunggangan mereka kuda besi dengan helm yang sudah terpasang di kepalanya mereka masing-masing. Mereka cukup cepat sampai di kampus karena, suasana jalan cukup legang saat itu.

Setelah memarkirkan motor mereka di tempat parkiran khusus motor, Mereka kemudian berjalan cepat ke arah lapangan tempat berada banyaknya mahasiswa baru dan langsung bergabung tanpa banyak basa-basi lagi.

Via seperti biasanya dengan tampang cuek, dingin dan dlberwajah datar jika bertemu dengan orang yang sama sekali tidak dikenalinya.

"Demi mami dan papi aku akan mencari tahu siapa orang yang telah menghancurkan kehidupan keluargaku dan membuat kami menjadi anak yatim piatu dan akan aku rahasiakan dari ayah dan bunda," bathin Via Oktanari Edward.

Via sudah membulatkan tekadnya, karena sudah bertahun-tahun lamanya orang yang telah bersalah atas kemalangan nasib keluarganya menikmati hidup yang bebas berkeliaran dan menghirup udara bebas tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Ayah maafkan aku jika harus aku menyelidiki diam-diam tanpa sepengetahuan ayah,"

Jangan lupa untuk memberikan dukungannya yah! mampir juga dinovel aku yang judulnya:

Majikan Ayah Dari Anakku

Rindu Bintang Kejora

Garis Tanganku

Makasih banyak all readers..

Terpopuler

Comments

Alika Babotz Afa

Alika Babotz Afa

ceritanya bagus beda dengan novel lain kak author

2023-01-20

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!