Jujur saja Keisha tak bisa berkata-kata ketika sang Ibu begitu sangat antusias menceritakan seorang Julian. Rupanya Ibu dari Julian merupakan teman arisan sang ibu, dan di mata Mita jika Julian adalah orang yang begitu sempurna. Jika ibunya itu tahu bagaimana sifat Julian di sekolah pasti ia tak akan sudi menceritakan Julian sesemangat ini.
Keisha ingin mengatakan hal yang sebenarnya, tapi ia sangat gugup karena yakin di sini pasti dirinya yang akan disalahkan. Keisha tak pernah benar di mata ibunya, setiap hal yang ia lakukan pasti selalu salah di depan sang ibu.
"Kenapa Mama dari tadi bahas dia sih? Aku aja bingung sama Mama. Yang sebenarnya anak kandungnya itu yang mana? Kenapa Mama seolah-olah nggak peduli banget sama aku?"
Keisha pun menyantap makanannya dengan sedikit kesal. Sang Ibu menarik nafas panjang dan tahu jika anaknya saat ini tengah cemburu.
"Kamu itu harus deket sama dia. Mama dengar-dengar dia itu bisa membuat nilai seseorang tinggi. Nggak tahu sih katanya rumornya kayak gitu. Makanya kamu harus banyak berteman sama dia supaya guru juga suka sama kamu," pinta sang ibu yang sangat tidak masuk akal di kepala Keisha. Keisha menarik nafas panjang dan memutar bola matanya.
Ibunya hanya tahu meminta tanpa memikirkan bagaimana perasaannya sesungguhnya. Sama sekali ia tak pernah mau berada dalam tekanan yang begitu menyakitkan. Tapi ya tak ada memiliki pilihan lain sehingga ia harus menyetujuinya.
"Iya Mama iya. Jangan lagi kau membicarakan tentang dia, telingaku sangat panas mama."
"Kamu dibilangin yang bener juga."
Sang Ibu tampak marah besar. Ia langsung merajuk dan masuk ke dalam kamarnya. Hanya tinggal Keisha yang ada di dalam ruangan makan tersebut. Keisha dengan penuh sabar, mengaduk makanannya tanpa mau menyantapnya.
"Selalu aja gue yang ditekan, gue nggak suka ada di dalam tekanan. Ngapain juga gue mau deketin si Julian. Gila kali deketin laki-laki itu. Sampai kapanpun gue nggak akan mau."
Keisha pun menahan tangisnya dan lalu memakan makanan yang ada di depannya dengan sangat kasar. Ia tak akan pernah mau berada di dalam posisi ini lagi.
Keisha menarik nafas cukup panjang lalu air mata yang dari tadi tak bisa dibendungnya keluar begitu saja. Ia juga seorang manusia dan tak akan pernah sanggup dengan tekanan yang begitu kuat dari orang tuanya sendiri.
Keisha menarik nafas panjang lalu kemudian wanita tersebut meletakkan piring kotornya ke wastafel. Karena sudah sangat kesal Keisha lantas masuk ke dalam kamar sambil menghentakkan kakinya.
Wanita tersebut mendobrak pintu kamarnya lalu memandang ke dalam kamar yang kosong tak berpenghuni tersebut. Kamarnya penuh dengan nuansa belajar, yang mana itu bukanlah kamar impian Keisha.
Sebenarnya ia sudah muak dengan belajar. Keisha tak pernah menyukai sama sekali hal yang berbau belajar.
Tapi wanita itu harus terpaksa menjalani kehidupannya yang penuh dengan tekanan itu. Ia pun menangis sejadi-jadinya di dalam kamar. Sang Ibu tak pernah memikirkan bagaimana perasaannya saat ini. Ia benar-benar terpukul, dan berharap jika keadaan seperti ini cepat berlalu.
"Gue nggak tahu kalau belajar begitu memaksa diri gue, andai saja gue bisa bertahan lebih lama lagi. Mungkin Mama nggak akan sekecewa ini sama aku. Kenapa Mama selalu ingin dirinya yang terbaik? Dan tidak mau disalahkan?"
_________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments