"Jangan berbuat semau mu! Aruna itu anakku!!!" Tama Mencengkram kedua pipi Tari, membuat sang empu kesakitan.
Mata tajam milik pria itu menyiratkan kemarahan. Bahkan cengkramannya semakin terasa kencang, Tari tidak memberontak atau pun berusaha melepaskan diri dari cengkraman suaminya.
Ia hanya diam, membalas tatapan kebencian itu dengan tatapan sendu. Hatinya bertanya-tanya, kesalahan apa yang dirinya perbuat sehingga kemarahan Tama sampai sebesar ini.
"Aku bukan seperti mereka yang bisa ditipu. Jadi, jangan tampilkan wajah sok polosmu di hadapanku! . I-S-T-R-I TAK DIHARAPKAN!!!"
Tes...
Sebulir air bening mengalir dari kedua sudut mata Tari, hatinya berdenyut nyeri. Sakit tak berdarah dan luka tidak memiliki suara sebab air mata jatuh tanpa suara. Kalimat terakhir penuh penekanan itu bagai ribuan jarum yang menusuk keseluruh sisi hatinya.
Tama menghempaskan cengraman tangannya dari kedua pipi sang istru. Ia berniat keluar meninggalkan Tari, namun langkahnya terhenti ketika satu kata keluar dari mulut wanita yang baru saja ia lukai hatinya.
"Kenapa?" tanya Tari lirih, hanya sepatah kata yang keluar dari mulutnya.
Baru kali ini Tari menunjukkan sisi rapuhnya pada orang lain, karna selama ini semua tertutupi dengan sikap ceria dan periang yang ia jadikan sebagai topeng.
"Apa kau tak mengerti kalau aku terpaksa menjalankan pernikahan ini, aku diam ketika kau berbuat sesuka hatimu. Tapi tidak ketika bersangkutan dengan ANAKKU DAN MANDA. Kau tak punya hak akan itu!!!"
Tari tersenyum miris. Setiap kata yang keluar dari mulut Tama seperti memberi tahunya bahwa dia bukanlah siapa-siapa untuk Tama dan Aruna karna dirinya hanyalah orang asing yang tiba-tiba masuk dikehidupan keluarga Batara.
Satu tarikan napas berat tak mampu menghilangkan rasa sesak di dada Tari. Namun, ia berusaha mengumpulkan semua kekuatan yang dirinya miliki. Karna siapa lagi yang mampu menguatkan diri disaat dihempaskan ke dasar selain diri sendiri.
"Aku punya hak!" Tegas Tari.
Tama menyeringai, ditatapnya Tari dengan remeh.
"Di sini aku sebagai seorang istri dan ibu. Jadi aku punya hak!" Tari tidak memperdulikan tatapan remeh yang dilemparkan sang suami untuknya.
Tama tidak membalas ucapan sang istri, dirinya lebih memilih melangkah pergi meninggalkan Tari.
"Pak Tama, kita belum selesai bicara!" Panggil Tari ketika Tama pergi keluar dari kamar.
Namun, Tama tidak mengindahkan ucapan darinya.
Dirinya ingin meneriaki pria tak berperasaan dan galak yang menjabat sebagai suaminya. Tapi, niat itu diurungkan-- mengingat kamar ini tidak kedap suara. Takutnya penghuni di rumah ini mendengar suaranya, dan malah membuat mereka tahu bahwa hubungannya dengan sang suami tidak baik.
Tari memutuskan untuk pergi ke balkon, berharap hatinya kembali membaik.
Ia seperti mendapatkan semangatnya kembali ketika menatap langit dan sambutan angin. Tari memejamkan mata, kala angin berhembus menerpa wajahnya. Terasa nyaman.
"Tari gak akan nyerah buat dapetin cinta Pak Tama. Lihat aja! Besok akan Tari balas perbuatan Pak Tama hari ini dengan perlakuan manis." Tari bermonolog.
Ya, dirinya akan membalas semua perlakuan dan ucapan Tama yang sudah mengobrak-abrik hatinya hingga berantakan dengan perlakuan manis. Karna Tari tahu, hal itu membuat Tama risih. Kalau di diamkan yang ada Tama merasa tenang.
Namun, di balik semua itu.Tari ingin apa yang dilakukannya bisa membuat dirinya mempunyai tempat di hati Tama.
"Ibu di sana jangan sedih ya, buk. Suami Tari aslinya baik kok, cuman belum bisa nerima keberadaan Tari aja." Tari mengulas senyum ketika dirinya menatap langit.
`
`
`
😢Pedes kali ucapanmu Tama. Level berapa sih?
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
jgn takut, Tari, unjuk rasa aja kalau meras a tidak di perlukan, biar tau diri tuh duda, suruh manda bangun dr kubur urus dia sm anaknya. belagu amat 😜
2025-03-19
0
Ristiana Wang
kalimat terakhir yg bikin nyesek😭😭😭
2024-05-16
0
Enung Samsiah
kejamnya kaauu, ,
2023-10-10
0