Tari keluar dari kamar Una setelah bocah mungil itu tertidur lelap, dirinya berjalan masuk ke kamar sebelah. Yaitu, kamar Tama. Emm, lebih tepatnya kamar mereka berdua.
Cklek...
Separuh badan Tari mengintip dari balik pintu.
Loh, kok kosong? Mana Pak Tama
Kaki Tari melangkah masuk, ia memperhatikan setiap sudut kamar. Mata Tari tidak menangkap satu pun foto di kamar ini.
"Aneh banget, biasanya di novel-novel foto mendiang istrinya pasti terpajang di dinding kamar. Tapi ini kok kosong melompong? Foto Aruna juga gak ada di sini?" Ucap Tari bermonolog.
Dia berjalan menuju ruang ganti, mungkin saja suaminya ada di situ. Tapi, ruangan itu kosong. Ia berjalan menuju kamat mandi....
Puk...
Belum sempat Tari menekan handle pintu kamar mandi, sebuah tepukan di pundaknya membuat ia membalik badan.
"Eh Pak Tama?" Tari terkejud sekaligus heran.
Tari bergeser sedikit untuk melihat pintu yang masih tertutup rapat. "Pak Tama masuknya dari mana? Kok gak bersuara sama sekali?" Tanya Tari heran.
"Dari pintulah, dasar bocah sableng! Geser...."
Tari menggeser tubuhnya yang menghalangi pintu kamar mandi, sedetik kemudian Tama langsung masuk dan meninggalkan Tari bersama tanda tanya di kepalanya.
"Hu... udah ah ngapain mikirin hal yang gak penting. Mending aku cari cara biar Pak Tama mau nerima aku." Gadis berusia 19 tahun itu menuju pintu balkon.
"Bu, Tari kangen banget sama ibu. Pengen curhat juga. Di sana seru ya, Bu? Tari juga mau ikut ke sana. Tapi Ayah, Pak ganteng sama Una syantik pasti sedih kalau Tari ikut ke tempat ibu." Tari menatap langit, seolah-olah Sang ibu sedang berada di sana.
"Eh, tapi Pak Tama gak mungkin sedih. Lihat Tari aja mukanya langsung kusut, suka heran Tari buk sama menantu ibu yang satu itu. Hu... Yaudah deh buk, Tari curhatnya segini dulu. Dadah ibu.... Tari mau masuk dulu." Tari tersenyum lembut, lalu masuk ke dalam kamar.
Tari buru-buru menyiapkan pakaian untuk Tama suaminya. Dengan jurus sat set sat set, Tari sudah selesai menyelesaikan salah satu tugasnya sebagai istri.
Kaos berwarna hitam, serta celana casual berwarna coklat susu menjadi pilihan Tari. Tak lupa juga celana da.lam berwarna hijau lumut.
"Hihihi, ini ****** ******** besar juga ya." Tari terkikik geli ketika tangannya meraih ****** ***** serta membentangkannya ke atas.
"Apa yang kau lakukan!" Bentak Tama merampas benda keramat dari tangan Tari.
"Is gitu aja marah. Inget umur Pak, nanti makin keliatan tua loh. Eh walau tua tetap ganteng kok." Tari mengedipkan sebelah matanya.
"Dasar sableng." Tama beranjak pergi ke ruang ganti dengan benda keramat di tangannya, tanpa membawa baju yang di pilihkan oleh Tari.
"Paksu ini bajunya ketinggalan...." Teriak Tari.
Tama sudah masuk ke dalam ruang ganti. Tari yang kesal karna baju dan celana pilihannya diabaikan begitu saja, langsung membuka pintu ruang ganti itu dengan kekuatan dalam.
"Paksu, Tari kan udah---" ucapan Tari terputus melihat pemandangan menggoda iman di depan matanya.
"Hei apa yang kau lakukan! Cepat keluar!!!" Teriak Tama segera membelitkan handuk putih itu kembali.
"Belalai gajah...." Gumam Tari yang tergagu di tempatnya.
"Cepat keluar!!!" Bentak Tama.
Tari tersadar dari pemandangan yang baru saja ia saksikan. Bukannya keluar dari ruang ganti, Tari malah masuk dan mendekat pada Tama.
"Ini baju dan celananya. Ini kan udah tugas Tari menyiapkan keperluan suami. Bapak gimana sih, memangnya bapak mau Tari masuk neraka ya karna gak melayani suami dengan baik."
Tama membuang baju dan celana yang diberikan Tari ke lantai. Bukannya menyerah dan menagis, Tari malah memungut pakaian itu kembali.
"His malah dibuang. Emm jangan bilang Paksu ku ini mau dipakein ya?" Tari tersenyum menggoda dengan alis yang dinaik turunkan. "Uhh.... Manjanya suami tuaku ini."
Tari memegang handuk yang melekat di pinggang Tama.
"Lepas!!! Bocah mesum...."
"Sabar dong suamiku, ini kan mau dilepas." Tari menyeringai.
Mereka malah melakukan adengan tarik menahan. Tari yang berusaha melepaskan lilitan handuk milik Tama. Sedangkan Tama menahan handuknya agar tidak terlepas.
Tidak sengaja kaki mereka membelit, membuat kedua insan itu kehilangan keseimbangan. Hingga akhirnya....
Bugh...
Suara nyaring seperti nangka yang jatuh dari pohonnya terdengar memenuhi ruangan ganti. Tubuh Tari berada di atas Tama. Keduanya terdiam menatap satu sama lain.
Tidak ada yang buka suara di antara keduanya. Mereka hanyut ke dalam tatapan masing-masing.
Tari yang terlebih dulu sadar, tetap bungkam. Dia tidak ingin kedekatan ini berakhir begitu cepat. Bahkan Tari berusaha menahan rasa geli ketika merasakan sesuatu yang menyentuh pahanya.
"Pergi kau dari sini!!!" Tama mendorong tubuh Tari yang berada di atas tubuhnya ketika kesadarannya sudah kembali.
Tari berdiri, matanya mengerjap beberapa kali. Ia melihat benda yang ada di sela kaki Tama.
"Keluar!!!" Bentak Tama lebih keras.
Tama membetulkan handuknya yang tersingkap ke atas. Sedangkan Tari langsung ngacir keluar dengan jantung berdegup kencang.
"T-tadi itu yang menyetuh pahaku belalai gajahnya Pak Tama?" Tari bergidik ngeri. Ia keluar dari kamar Tama, dan memilih kembali ke kamar Una.
`
`
`
Hai...hai, othor updatenya hari ini 2 atau 3 bab 😘. Aduhh itu yang dilihat Tari apa ya?
Btw, sorry jika cerita ini masih banyak kekurangan. Dan banyak typonya.😓
Othor melihat jumlah pembacanya bertambah, bikin othor makin semangat update😍 terima kasih untuk kalian yang selalu pantengin cerita ini♡
Salam sayang dari othor kacan untuk para reader semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣belalai....
2023-07-18
0
k⃟K⃠ B⃟ƈ ɳυɾ 👏🥀⃞༄𝑓𝑠𝑝⍟𝓜§
tari ada ajah kelakuan nya 🤦🤦🤦🤦🤦
marah-marah ajah lu Tama tar darah tinggi baru tau rasa lu 😂😂😂😂😂
2023-04-17
0
〈⎳ HIATUS
belalai gajahnya kesengat tawon ngga biar makin wow
2023-04-14
0