Sebuah mobil berwarna hitam bergerak dengan kecepatan sedang. Kuda besi yang dinaiki oleh Tari, Una, Mbak Ijah dan Pak Jaka sebagai supir.
Dalam perjalanan menuju sekolah Una, terasa begitu menyenangkan. Sebab lagu anak-anak yang dinyanyikan oleh Una dan Tari di sepanjang jalan cukup menghibur penghuni di dalam mobil.
"Pada hari senin Una pergi ke sekolah, naik mobil istimewa, duduknya di tengah, Una duduk di samping Mama dan juga Mbak Ijah, Pak Jaka mengendari mobil supaya baik jalannya. Hei tukitak... kituk.. kitak...kituk suara mobil berkerja. Yeeey." Tari mengeluarkan suara emas imitasinya dengan riang.
Plok! plok! plok!
Una bertepuk tangan dengan semangat, bahkan deretan gigi putih milik bocah gembil itu terlihat begitu jelas karna tawa bahagianya.
"Suala Mama bagus." Una mengangkat kedua ibu jarinya.
Mata Tari berbinar mendapati pujian dari sang anak. "Una orang pertama loh... yang bilang suara mama bagus, hihihi." Ia terkikik geli, mengingat suara nyanyiannya yang lebih mirip suara tikus kejepit.
Bocah gembil itu tampak sedang berpikir mencerna jawaban Sang Mama, "Hole! Una olang peltama yang bilang suala Mama bagus." Una bersorak kegirangan.
"Eh," Tari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
'Alamak, polosnya anakku ini.'
Mbak Ijah yang sedari tadi hanya bertepuk tangan mengiringi sepanjang lagu anak-anak yang dinyanyikan istri majikannya itu mengulas senyum.
'Buk Manda pasti bahagia di sana, Semenjak kehadiran Non Tari di keluarga Batara, Una jadi sering tersenyum bahkan tertawa.'
"Mama," panggil Una mengguncang lengan Tari.
"Ya sayang?"
"Una olang peltama yang bilang suala Mama bagus. Una boleh dapat hadiah kan, Mama?" tanya Una dengan mengerjapkan matanya beberapa kali yang membuat wajah menggemaskan Una semakin naik ke level up.
Tari yang tak kuat menahan tangannya untuk tidak mentoel pipi gembil bocah itu yang menunjukkan wajah gemasnya.
"Wah ... wah, anak Mama yang syantik mau hadiah ya. Ummm...." Tampak Tari yang berpura-pura sedang berpikir.
Bocah gembil berkulit putih itu menantikan jawaban dari Sang Mama. Dengan setia dia menatap wajah Tari.
"Boleh deh," jawab Tari dengan menyunggingkan senyum.
"Yeayy! Apa hadiahnya, Ma?" tanya anak berusia lima tahun itu dengan tidak sabaran.
"Nanti Mama beri tahu selepas pulang sekolah, gimana?"
"Hum...." Una mengangguk setuju.
Rona bahagia terpancar dari setiap penumpang di mobil. Ternyata Pak Jaka yang sedari tadi tidak ikut bicara, diam-diam mengulas senyum. Tari bagai cahaya di gelapnya malam.
"Sudah sampai, Nak Tari," ucap Pak Jaka memberi tahu.
"Ayo, Ma antal Una ke kelas. Una mau pamel ke Andle, kalau Una juga punya Mama."
"Iya sayang, ayo Mama antar." Tari menggenggam tangan mungil Una.
Mbak Ijah mengikuti langkah istri dan anak majikannya. Setibanya di depan kelas, Una dan Tari langsung di sambut oleh teacher yang sudah setia berdiri di depan pintu.
"Good molning, teachel," sapa Una.
"Morning, Una. Ayo masuk ke dalam kelas," Guru berjenis kelamin perempuan itu tersenyum ramah.
"Mama, Una belajal dulu ya," pamit sang anak pada Tari.
"Iya sayang, semangat belajarnya!!!" Tari mengangkat dua kepalan tangannya.
Una memasuki kelasnya dengan sedikit berlompat-lompat kecil. Tari yang masih berdiri di depan kelas Una dapat menyaksikan seorang bocah laki-laki tampan yang sedang mengobrol dengan Una. Terlihat bocah syantiknya itu sedang menunjuk ke arahnya lalu beralih lagi ke bocah laki-laki berambut pirang yang setia mendengarkan setiap ocehan Una.
Tari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ternyata Una benar-benar memerkan dirinya. Diperlakukan seperti ini saja sudah membuat hati Tari berbunga-bunga
"Saya permisi ke dalam ya de--buk." Guru Una masuk ke dalam, menyusul guru yang sudah lebih dulu berada di dalam kelas.
Tari menunggu Una bersama Mbak Ijah di Taman sekolah kanak-kanak. Ibu-ibu lain yang juga sedang menunggu anak mereka, memandang Tari lekat.
'Mungkin mereka keheranan kali yak? Soalnya kan kata Mama Widi, Mbak Ijah atau Mama sendiri yang selalu menunggui anak syantik itu. Ini kan first time aku ikut sama Una.'
"Non-- Tari, biar Mbak aja yang nunggu di sini, Tari pulang saja. Pak Jaka masih ada di parkiran," seru Mbak Ijah yang melihat ketidak nyamanan Tari. Pengasuh Una mengira Tari tidak nyaman karna terus diperhatikan oleh ibu-ibu yang lain. Padahal Tari nya mah bodo amat diperhatikan seperti itu, hanya saja dia sedang menahan pipis yang semakin mendesak.
"Nggak apa, Mbak. Tari ikut nunggu di sini aja. Tapi Tari pergi ke toilet dulu ya, ada panggilan alam." Tari cengengesan, dan berlalu pergi dengan terburu-buru.
Sedangkan Mbak Ijah menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
***
Kring!!!
Bel sekolah berbunyi, pertanda bahwa waktunya pulang bagi anak-anak TK tiba.
"Mama...." Teriak Una memanggil sang Mama yang setia menunggunya.
"Ayo kita ke mobil girl. Sebagai hadiah, Mama mau ajak Una ke mall main di time zone."
Una berjingkrak kesenangan, padahal Tari hanya membawanya ke tempat yang biasa.
"Oh iya, Mama harus izin dulu ke Papa. Eh tapi...." Tari lupa bahwa dirinya tidak memiliki nomor ponsel Pak Tama.
'Tanya pada Mbak Ijah aja kali yak.'
Tari membawa Una masuk ke dalam mobil. Setibanya mereka di dalam, Tari langsung bertanya pada Mbak Ijah.
"Mbak, ada nomor hp suami Tari gak?" tanya Tari dengan suara yang terdengar pelan.
"Ada, Tari. Sebentar ya, mbak cari dulu. Nah ini sudah ketemu." Mbak Ijah memberikan benda pipih miliknya pada Tari.
Dengan segera Tari menyalin nomor ponsel Pak Tama ke dalam kontaknya.
"Sudah, Makasih ya, Mbak." Tari mengembalikan ponsel milik Mbak Ijah.
Jari jemari Tari menari di atas layar ponsel miliknya.
Tari ✉ : Paksu, ini Tari... istri cantik sejagat rumah. Tari izin pergi ke mall sama Una ya. Semangat kerjanya suamiku 😚❤.
Setelah mengirim pesan, Tari memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku tanpa menunggu balasan dari Sang suami.
"Ayo pak, antar ke mall A ya."
"Sudah izin ke Bapak kan, Nak Tari?" tanya Pak Jaka mengingatkan.
"Sudah, Pak."
Mendengar jawaban Tari, Pak Jaka segera menyalakan mobil dan membawa mereka ke tempat tujuan.
"Tari, maaf sebelumnya. Mbak rada kepo. Kamu kenapa tidak punya nomor ponsel Pak Tama?"
Tari kebingungan mau menjawab apa. Tapi bukan Tari namanya kalau tidak bisa mengeles seperti bajai.
"Mungkin sangking keseringan nempel sama suami, jadi lupa nanyain nomor ponsel suami sendiri, Mbak," jawab Tari malu-malu.
"Owalah, dunia serasa milik berdua yo, Tar." Sahut Mbak Ijah yang tak lagi canggung.
Una yang diam menyimak percakapan Mamanya dengan Mbak Ijah berseru riang kala Mobil memasuki area basement Mall.
"Holee!!! Udah sampai."
`
`
`
Pagi readers, gimana kabarnya? Semoga readers sehat selalu ya. Aamiin.
Oh iya, nanti malam othor kembali update. Hari minggu menjadi hari berberes itensif ala othor kacan😂
dahhhhh....💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
k⃟K⃠ B⃟ƈ ɳυɾ 👏🥀⃞༄𝑓𝑠𝑝⍟𝓜§
tari kamu kuat yah , kelakuan Tama yang nyebelin tidak terpengaruh sama kamu 😁
lanjut 😘😘😘😘😘
2023-04-17
0
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
plesetan nya mantap Thor 🤭🤭
2023-04-15
0
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
plesetan nya mantap Thor 🤭🤭
2023-04-15
0