Sesampainya di hotel, Tama langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Tari memilih untuk duduk santai sambil berselancar di dunia sosmed setelah dirinya meletakkan semua barang belanjaannya.
"Eh, kalung yang tadi langsung aku masukkan koper deh. Takutnya kelupaan." Inisiatif Tari, ketika teringat akan kalung yang ia beli untuk anaknya.
Tari memasukkan kalung itu ke bagian sisi koper yang berbentuk seperti kantung. Rasanya ia sudah tidak sabar ingin segera memberikan kalung berhias kerang itu pada Aruna, pasti sangat cocok untuk anak sambungnya yang memiliki kulit seputih susu itu.
Krek ....
Begitu pintu kamar mandi terbuka, muncul lah sosok Tama yang sudah lengkap dengan pakaiannya.
Tari mengernyit heran, ketika langkah Tama semakin dekat padanya.
Aneh, gak biasanya? pikir Tari.
"Saya teringat sesuatu. Jangan sekali-kali kamu mengaku hamil anak saya. Ck, sangat memalukan ketika kamu mengaku seperti itu di depan orang asing! Dan satu lagi ... saya tidak sudi menyentuhmu, apa lagi sampai membuatmu mengandung anakku. Tidak akan pernah! Cam kan itu! Jadi jangan pernah membual lagi seperti tadi!" Setelah mengucapkan kata penuh intimidasi itu, Tama langsung melenggang pergi.
Tari membatu di tempat. Ia hanya mampu diam menatap langkah Tama menuju pintu. Sampai pintu itu tertutup dan matanya tak lagi melihat tubuh tegap Tama.
"Lihat aja! Aku pasti bisa dapatin hati Pak Tama. Semangat Tari!!! Batu aja yang luar biasa keras bisa bolong karna ditetesin air, apa lagi hati Pak Tama yang notabennya lebih lunak dari pada batu. You can do it, Tari!!!" Semangat Tari.
Tak ada air mata kesedihan, walau pun tadi ia sempat terkejut dengan perkataan suaminya. Namun, ia tak patah arang. Kalau sakit hati sih ... sudah pasti. Tapi, semua itu menjadi cambukkan bagi dirinya agar lebih semangat mengejar cinta sang suami.
***
Tari merasa bosan karena sudah sejak sore Tama meninggalkan dirinya sendirian, suaminya itu tak kunjung pulang sejak sore tadi. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.
"Pak Tama kemana sih? Kok belum balik juga? Apa aku telfon aja ya?" Tari mengambil ponsel genggamnya.
"Astaga! Aku kan gak punya nomornya Pak Tama."
Tari mondar-mandir seperti setrikaan. Ia sibuk memikirkan di mana keberadaan Sang Suami.
"Ihhh! Biarin aja deh pak Tama, lagian siapa yang mau nyulik dia. Orang mukaknya serem begitu, kagak pernah senyum."
Akhirnya Tari memilih untuk merebahkan diri di atas ranjang, rasanya ia sudah lama tidak menghubungi kedua sahabat baiknya.
Dengan menekan tombol panggilan video grup, ia langsung tersambung dengan kontak yang dirinya tuju.
"Woi Tari. Ngapai lo nelfon kita? Penganten baru kalau malam begini kan lagi atraksi," ucap salah satu sahabat Tari yang bernama Raihan.
"Pala lo atraksi. Dikira gue monyet apa!"
"Eh Tari, gimana Pak Tama kalau lagi di ranjang? Hot gak? Pasti mirip singa ganasnya kan. Hahahaha." Nadia ikut menggoda Tari.
"Males gue ngasih tau lo, entar lo kepengen. Kan bisa berabe kalau gak ada lawannya."
"Kampret lo, Tar."
"Seriusan nih, Tar. Kemana Pak Tama? Kok kelihatannya lo sendirian di situ?" Raihan memperhatikan sekeliling Tari dari layar benda pipih berteknologi canggih miliknya.
"Pak Tama lagi keluar sebentar."
"Kok lo gak ikut? Biasanya nih ya, kalau orang baru married itu bawakannya mau nempel terus kayak perangko." Nadia memicing curiga.
"Males ah, tadi gue tiba-tiba kepingin makan pempek. Karna di hotel gak ada. Makanya Pak Tama keluar, demi menuruti permintaan gue," jawab Tari berbohong.
"Gila lo ya, bisa-bisanya udah di Bali malah pingin makan pempek. Bebek betutu kek." Nadia tak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini.
"Tapi hebat juga Pak Tama, sekali dor langsung jadi." Raihan berdecak kagum.
"Ha?" sahut Tari dan Nadia berbarengan.
"Maksudnya?" tanya Tari kebingungan.
"Aduh, udah 19 tahun masak kagak ngerti sih. Kalian kan main-main di atas tempat tidur terus ngadon anak bareng. Eh langsung jadi."
"Gila lo, Rai. Mimpi apa gue punya sahabat otaknya lebih tua dari pada umur. Dah ah, gue mau nyantuy. Bye bestie-bestieku yang jones."
Tanpa rasa bersalah Tari langsung memutus panggilan video dengan kedua sahabatnya.
"Hu ... sorry guys, gak maksud bohongin kalian kok. Boro-boro hamil, disentuh aja langsung menggeram kayak singa," gumam Tari.
Tari memejamkan matanya, lama kelamaan rasa dingin dari Ac dan hangatnya bed cover-- membuat Tari dengan mudah menyelam ke dalam dunia mimpi.
`
`
`
Othor selalu percaya bahwa akan ada pelangi setelah hujan. Kadang masalah atau cobaan sering kali menghampiri setiap makhluk hidup. Tapi percayalah, bahwa tuhan sudah menyiapkan sesuatu yang paling terbaik untuk hambanya. So ... Ganbatte!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
ꪶꫝMeitha.V.Aꪶꫝ
Kasian banget ya Tari, untung anaknya kuat&ceria tapi tetep aja sakit hati lah Maman 😜😜😜
2023-05-12
1
k⃟K⃠ B⃟ƈ ɳυɾ 👏🥀⃞༄𝑓𝑠𝑝⍟𝓜§
kata-kata mu sungguh bijak Thor 😚😚😚😚😚
2023-04-17
0
𝕬𝖘𝖗𝖎𝖉𝖎𝖓𝖎𝖓𝖌𝖗𝖚𝖒
seriuskah? mngkin suatu saat ucapannya akan jadi boomerang untuknya sendiri
2023-04-16
0