Pluk...
Tangan mungil Tari mendarat tepat di atas gundukan milik suaminya.
Tama menggeram, merasakan sentuhan dari sang bocah sableng. Tubuhnya terasa seperti tersengat aliran listrik yang membuat tubuhnya bergetar.
"K-kau." Tama menangkap tangan liar Tari yang mulai menjalankan aksinya.
Tari yang tak mau kalah, malah menekan belalai gajah milik Tama yang masih terbungkus rapi dengan tangan yang satunya.
"Auh.... K-kau!" Tama menangkap kedua tangan Tari dengan napas tersenggal.
Sungguh, kini pria itu dilanda sesak atas bawah. Bahkan sesuatu yang berada di pangkal pahanya itu mulai mengalami perubahan.
Tari menarik tangannya yang berada di genggaman tangan Tama.
"Pak Tama modus ya, supaya bisa pegang-pegang Tari," ucap Tari setengah berbisik agar tidak mengganggu Una yang sedang tertidur.
"Dasar gila! Jangan berbuat semau mu, kau beruntung karna ada putriku di sini. Jika tidak, sudah ku balas kau!" Hardik Tama dengan suara pelan namun terdengar berat.
Setelahnya ia langsung bangkit, dan melangkah menuju kamar mandi.
"****! Baru disentuh saja sudah seperti ini, sia.lan." Tama menggerutu ketika dirinya sudah di dalam kamar mandi.
Dia pun melakukan aksinya dalam menidurkan sesuatu yang tengah memberontak itu.
Sementara di tempat lain, Tari terkikik pelan. Dirinya merasa puas bisa membalas perbuatan sang suami.
"Rasain, Tari dilawan. Hihihi."
"Eh ngerjain suami kayak gini dosa gak ya? Kayaknya di korting lima pulu persen deh, kan ini salahnya Paksu juga." Tari bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri.
Tari melirik pintu kamar mandi yang tak kunjung terbuka, sudah terhitung 20 menit sejak Tama masuk tadi.
"Pasti lagi jinakin si belalai gajah. Hihihi, maafin Tari ya Paksu. Dah ah Tari mau tidur, selamat berkerja keras Pak Tama ganteng." Tari ikut masuk ke dalam selimut dan memejamkan matanya.
Setelah satu jam, Tama keluar dengan rambutnya yang basah. Dilihatnya Tari yang sudah tertidur pulas sambil memeluk Una.
"Bocah sableng kurang ajar. Aku kelimpungan, dia malah enak-enakan tidur dengan nyaman. Awas saja, akan kubalas perbuatanmu." Tama menyeringai.
***
Pagi ini, kediaman keluarga Batara tampak ramai dengan tawa riang Una dan Tari.
"Sayang, Mau Mama bekalin Tamago?"
"Mau Ma." Una mengangguk antusias.
"Una kan sudah mandi, jadi duduk aja di ruang makan. Mama ke dapur dulu, oke."
Una duduk dengan tenang di meja makan, sedangkan Tari pergi ke dapur.
"Non," Sapa Bik Tari dan Mbak Izah. Ketika melihat kedatangan Tari di dapur.
"Panggil Tari aja Bik, mbak. Oh iya, Tari mau masak bekal untuk Una."
"Ehm, jangan No-- eh Nak Tari. Biar bibik saja. Ini sudah jadi pekerjaan bibik." Bik Atik merasa sungkan.
"Gak apa bik. Tari seneng kok masak begini. Semenjak libur kuliah, Tari udah jarang ke dapur. Jadi rindu masak di dapur kampus."
"Baiklah Nak. Bibik bantu menyiapkan bahannya ya."
Tari mengangguk senang. Semua penghuni rumah ini menerimanya dengan tangan terbuka. Kecuali satu orang, yaitu suaminya sendiri.
"Non Tari jago sekali masaknya. Tangannya itu lincah gitu pas megang alat dapur. Sudah begitu bisa mengurus anak kecil di usia Nona yanh masih muda, saya susternya sampai tidak ngapai-ngapai." Mbak Izah yang membantu mengupas wortel dibuat terkagum dengam kebisaan Tari.
"Panggil Tari aja, Mbak."
"Hehehe iya Tari. Beruntung sekali Bapak, mendapatkan istri seperti dek Tari."
Beruntung? Andai mereka tau ekspresi Pak Tama setiap aku dekati. Hihihihi. Tari tertawa dalam hatinya kala mengingat ekspresi wajah sang suami saat ia jahili.
"Iya, Bibik senang Una dan Nak Tama mendapat istri sekaligus ibu sebaik Nak Tari." Bik Atik ikut memuji.
"Aduh kuping Tari naik lima meter ini kalau dipuji terus." Tari memegangi kupingnya.
"Hahahaha." Bik Atik dan Mbak Izah tertawa melihat tingkah istri majikannya.
Suasana area dapur menjadi ramai karna kehadiran Tari.
Ketika suara tawa itu reda, Tari bertanya kepada Bik Atik dan Mbak Ijah. "Emm... Bibik dan Mbak udah lama kerja di sini?"
"Mbak Ijah, baru lima tahun bekerja di sini. Bantu-bantu ngerawat Una."
"Kalau Bibik sudah dari Nak Tama duduk di bangku putih abu."
"Berarti Bibik dan Mbak kenal dong sama Mama kandungnya Una?"
Bik Atik dan Mbak Ijah terdiam dan saling memandang. Sedangkan Tari menunggu jawaban dari keduanya.
`
`
`
Huhuu maap keun othor lama up nya. Hp othor hidup segan mati tak mau, mengulah hp nya hari ini 😣. Tapi othor usahain untuk tetap update selalu.
Mmm,,, kira-kira seperti apa ya sosok yang sangat dicintai Tama itu? Sampek" cinta mati begitu.
Lope sekebon untuk kalian yang sudah baca cerita ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
blm ajaTama ntar keblinger, pasti nanti outhour ksh suprise ya Tari
2025-03-19
0
Ristiana Wang
ahh bener2 jual mahal nih pak su
2024-05-14
2
🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
balas aja itukan istri mu😁
2023-07-19
0