Pagi hari dengan hawa dingin yang sangat terasa, membuat siapa saja yang merasakannya terbelenggu hingga enggan meninggalkan kasur yang berkolaborasi dengan suhu.
Namun, Tari berusaha melawan rasa malas yang mengikat dirinya dalam balutan selimut. Masih pukul 04.00, terlalu pagi memang untuk bangun. Tapi, karena sebuah misi Tari memerangi rasa kantuknya.
"Hoam.... Ayo Tari semangat, ini semua demi dapetin cinta Pak Tama." Tari menepuk-nepuk kedua pipinya.
Sudut bibir Tari tertarik ke atas ketika matanya menangkap wajah damai Tama yang masih bergelung dalam mimpi.
Perlahan tangan Tari bergerak, dengan gerakan lembut ia mengusap wajah suaminya. Dapat ia lihat kerutan halus di sudut mata Tama.
Tari terkiki pelan, dirinya berpikir keruran-kerutan di wajah sang suami sepertinya akan bertambah karna dirinya. Mengingat Tama yang sering marah dan memasang wajah tak bersahabat.
"Pak Tama ganteng banget kalau lagi tidur begini."
Jemari Tari berpindah ke sudut bibir Tama, usapan penuh kelembutan ia lakukan dengan hati-hati agar sang suami yang bisa menjelma menjadi singa kapan saja itu tidak terbangun. Entah kenapa bibir yang selalu mengeluarkan kata-kata pedas ini begitu menarik atensinya.
Mungkin kalau bibir ini tersenyum, pasti hati Tari akan meleleh. Apa lagi senyuman itu ditujukan untuk dirinya, bukan hanya hati Tari yang meleleh, tapi seluruh tubuhnya.
Melihat wajah damai Tama, entah kenapa membuatnya teringat pada insiden empat tahun silam. Tahun di mana ia merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.
-Flashback on-
Siang ini matahari sangat terik memancarkan sinarnya yang cukup menyengat hingga ke kulit.
Seperti biasa, di jam segini Tari baru pulang dari sekolahnya. Karna memang setiap hari jumat mereka pulang di siang hari.
Baru saja dirinya tiba di rumah, Sang Ayah sudah memberikan tugas. Rumah Tari menyatu dengan usaha fotokopi yang mereka miliki. Jadi begitu sampai, ia langsung bisa melihat ayahnya yang sedang berjaga. Karna bagian depan rumah mereka yang dijadikan sebagai sumber rezeki.
"Tari, cover jilid sama kertas A4 tingga sedikit. Nanti kamu beli ke grosir ATK langganan kita ya, nak."
"Siap ayah!!! Tapi Tari makan sama ganti baju dulu ya.
Tari masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti baju. Setelahnya ia pergi ke dapur untuk memakan masakan yang sudah ia masak tadi pagi.
Hanya butuh waktu beberapa menit untuk dirinya menyantap makan siang yang terdiri dari nasi, kecipir rebus, ikan kerapu goreng serta sambal belacan.
"Ekk.... Nikmatnya." Tari bersendawa, perut yang tadinya keroncongan kini terisi penuh.
Takut semakin kesiangan, Tari segera meminta uang pada ayahnya dan segera pergi menggunakan sepeda motor menuju grosir ATK.
Rupanya langit biru tak kunjung mengurangi sinar hangatnya, membuat bulir-bulir keringat mengalir di pelipis Tari.
Siang yang terasa gerah saja sudah membuat tubuh panas, apa lagi ditambah macetnya jalanan.
Tin... Tin... Tin
Suara klekson dari pengemudi kendaraan saling bersautan.
"Aduh salah pilih rute nih. Padahal biasanya jalan di sini jarang macet, apa lagi siang-siang begini."
Kemacetan yang tak kunjung mereda menambah sensasi gerah. Mau putar arah tidak bisa, karna jalanan yang padat oleh kendaraan.
Dirasa kemacetan tak kunjung mereda, Tari segera turun dari sepeda motornya. Tanpa melepas helm, ia berjalan maju ke depan untuk melihat apa penyebab macet yang menimpanya hari ini.
Sampai di persimpangan jalan yang tak jauh dari sepeda motornya, ia dapat melihat seorang nenek mengalami kecelakaan. Tari bergidik ngeri melihat kondisi nenek tersebut.
Sepertinya baru terjadi kecelakaan jika dilihat dari kondisi nenek tersebut yang berlumuran darah. Bahkan salah satu tangan nenek itu terlepas dari tempat semestinya.
Ada rasa kasihan dan ngeri yang Tari rasakan. Tak ada yang membantu nenek-nenek korban kecelakaan itu, sepertinya tabrak lari.
Tari takut, namun dirinya berusaha memberanikan diri untuk membantu. Baru selangkah maju lututnya sudah gemetaran.
"Huh...huh... Hei tolong bantu nenek ini!!!" Teriak Tari.
Tiba-tiba dari belakang ada seorang pria yang ikut melihat apa yang terjadi, awalnya niat pria itu sama seperti Tari, yaitu melihat penyebab kemacetan panjang. Tapi ketika melihat ada korban kecelakaan. Pria tampan itu segera berlari untuk menolong nenek yang terkapar di tengah jalan.
Pria tampan yang bernama Tama itu segera mengangkat korban kecelakaan beserta tangan yang satunya. Tari yang menyaksikan itu merasa lega karna nenek itu ada yang membantu. Namun tak mengurangi rasa khawatir sekaligus takut, melihat kondisi korban kecelakaan yang jauh dari kata baik.
Tama membawa nenek itu ke pinggir trotoar, sedangkan Tari segera mengatur jalan, karna mobil pria itu terjebak di tengah kemacetan. Akhirnya jalanan menjadi senggang, segera pria itu membawa nenek korban kecelakaan ke dalam mobilnya. Ya walau pun pria itu tahu, setelah ini dia akan berurusan dengan polisi. Mungkin ini juga sebab tidak ada orang yang berani menolong.
Dan benar saja, polisi datang ke tempat kejadian ketika Tama sudah menyalakan mesin mobilnya. Tak ingin menunda waktu, Tama memberi tahu pada polisi itu untuk membawa korban ke rumah sakit terlebih dahulu.
-Flashback off-
"Kamu itu orang baik, makanya Tari cinta sama Pak Tama. Apa lagi ketika kita bertemu kembali, waktu itu Pak Tama jadi dosen Tari."
Tari memandang wajah suaminya, pria yang dulu membuatnya terkagum.
Dirasa terlalu lama memandangi wajah tampan Tama, Tari segera turun dari ranjangnya. Namun, baru tiga langkah ia berbalik lagi.
"Eh ada yang kelupaan. Cup."
Tari mengecup pipi Tama dengan hati-hati, setelahnya dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tama menggeliat karna merasakan pipinya sedikit basah. Namun karna rasa kantuk membuat matanya tetap terpejam.
***
Sarapan pagi sudah tersaji rapi di meja makan. Semua hidangan lezat itu Tari yang memasaknya, dengan dibantu oleh Bik Atik.
Ketika orang-orang turun dari tangga. Hidung mereka sudah dimanjakan dengan aroma harum makanan.
"Kamu yang memasaknya lagi, Tari?" Tanya Mama Widi.
Tari mengangguk.
"Ya ampun sayang, kamu gak usah repot-repot. Mama gak mau kamu kecapekan."
"Tari gak merasa kecapekan kok, Ma. Lagian Tari suka masak. Oh iya, Tari mau banguni Una sama Pak Tama dulu."
Begitu sampai di depan kamar Una, ia membuka pintu. Dilihatnya Una yang masih tertidur.
Tari menghampiri ranjang Una. Ia terkikik geli melihat gaya tidur Una, posisi bocah gembil itu menungging serta memeluk boneka Maruko dan Beruang.
Dengan perlahan Tari membangunkan Aruna. Tepukan lembut beberapa kali tak mampu menyadarkan Una dari tidurnya.
"Gak anaknya, gak ayahnya sama-sama kebo kalau lagi tidur. Ckckck."
`
`
`
Dulu emak othor kalau bangunin bikin spot jantung😂. Bikin mata langsung melek.
Tama juga dicium kagak kebangun yak. othor denger plastik kresek makanan aja langsung sadarkan diri😆🙈.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ristiana Wang
pak Tama dibangunin pakai toa aja🤣🤣🤣
2024-05-16
0
k⃟K⃠ B⃟ƈ ɳυɾ 👏🥀⃞༄𝑓𝑠𝑝⍟𝓜§
awas tari tar ketahuan Tama kalo cium-cium , tar mulut pedes nya Tama keluar lagi ☺️☺️☺️☺️☺️
2023-04-17
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Mak k⃟ K⃠Adam🥀⃞
karena ada makanannya kan thor🤣🤣🤣
2023-03-14
0