Dikerjain

"Neng kenapa? Bukannya Akang lebih ganteng ya, lebih gaul gitu Neng?" Tanya Ujang pada Diani yang tertawa tanpa henti.

"Hmm, haha… sebentar aku masih ingin tertawa Kang, hahahaha….," Diani tertawa lagi.

"Astagfirullah, istigfar Neng, durhaka tahu kalau ngetawain suami sendiri..!" Ucap Ujang menasehati istrinya itu.

"Hmm, hmm…, ok ok, aku mau tanya dari mana Akang dapet baju modelan kaya gitu? Kalau masalah rambut sih oke ya, bagus tapi itu baju setelan anak punk, celana kok robek-robek, kaos hitam bersablon menyeramkan, jaket kulit, sepatu bot, astagfirullah Kang, aku istigfar bukan karena aku menyesal ngetawain Akang, tapi aku istigfar melihat penampilan Akang yang aneh," jawab Diani dengan jujur.

"Beneran aneh Neng? Astagfirullah Akang dibohongi sama Siska teman Akang Neng, dia bilang kalau ini yang namanya baju gaul dan Neng akan suka," jawab Ujang jujur.

"Hahaha…, Akang sih mudah percaya gitu aja, yaudah masuk sana, ganti bajunya, aku gak suka lihat Akang begitu, baju acak-acakan kok dipake," ucap Diani lalu masuk ke dalam kontrakan.

"Tapi Neng, baju Akang semuanya dibuang, karena menurut Akang itu baju jelek dan terlalu kampungan," jawab Ujang bingung, dia menyesal karena telah membuang semuanya.

"Apa? Akang… kok bisa gitu sih? Ih…," ucap Diani kesal dan juga greget pada suaminya yang bertingkah b0doh.

Ujang yang bingung dia hanya duduk di kursi, kemudian dia teringat untuk memarahi Siska temannya yang sebelumnya dia hubungi, Ujang memang sangat kesal pagi itu pada Diani kemudian dia berniat merubah penampilannya agar tidak kuno dan gaul seperti anak kota.

Ujang ingin Diani mengakui dia sebagai suaminya, lelaki itu menghubungi Siska karena percaya wanita itu bisa mengubahnya menjadi lelaki yang Diani inginkan karena Siska memang telah lama tinggal di kota.

Pagi itu dia pergi membawa baju-baju lamanya yang dibawa dari kampung untuk diperlihatkan pada Siska dan meminta saran untuk memilih baju gaul dan belanja bersamanya, namun sepertinya Siska ingin mengerjai Ujang hari ini.

"Siska, kamu dimana? Kenapa kamu malah buat Diani makin tidak suka, bahkan dia menertawakan aku? katanya kamu akan membuatku puas, mana?" Tanya Ujang lewat telepon.

"Salam dulu dong Ujang..!" Jawab Siska dari seberang sana.

"Hmm, ya Assalamualaikum…, kamu ini mau menghindar dari amarahku ya?" Ucap Ujang.

"Waalaikumsalam, aku gak menghindar Jang, aku gak takut sama emosi kamu, paling cuma melototin aku, aku gak takut sama orang baik kaya kamu, hehe …," ledek Siska.

"Udah gak usah ngeledek!, sekarang kamu Jelasin semuanya, apa kamu ngerjain aku?" Tanya Ujang.

"Yaelah Jang ini cuma sambutan pertemuan saja setelah lama gak ketemu, yaudah besok kamu kesini lagi, aku janji deh bakal bikin kamu tampan setampan model biar Diani klepek-klepek," ucap Siska membujuk Ujang.

"Gak usah, nanti aku malah makin diketawain Diani lagi, aku gak percaya lagi sama kamu." 

Tut

Telepon itu pun terputus karena Ujang yang kesal, dia harus pergi membeli beberapa stel baju baru, karena yang dia bawa di dalam koper ada 2 set baju punk yang sama seperti yang dia gunakan saat ini, tapi dia mau baju yang sesuai dengan keinginan istrinya, Ujang pun mencoba mengajak Diani pergi.

Tok

Tok

Tok

"Neng…," panggil Ujang.

Ceklek

"Iya Kang ada apa?" Tanya Diani ketus.

"Anterin Akang beli baju yah? Biar bagus dan gak diketawain Neng lagi..!" Ucap Ujang.

"Hmm, aku masih cape Kang, nanti kalau udah mandi dan makan deh aku anterin, Akang tunggu aja..!" Jawab Diani.

"Iya Neng," jawab Ujang lalu pergi menuju ruang tamu, dia memilih menonton televisi, ponsel Ujang yang terus berdering pun dia matikan, dia tahu kalau itu panggilan dari Siska yang mencoba membujuknya dan meminta maaf.

"Kamu keterlaluan Sis," gumam Ujang.

Hingga malam tiba Ujang masih menunggu Diani, dia sampai tertidur di sofa dengan baju yang masih sama meski rasanya tidak nyaman.

***

Akhirnya pagi pun datang, Ujang menunggu munculnya sosok Diani sang istri, saat subuh istrinya itu benar-benar tidak membuka pintu kamar, Diani juga beralasan sudah sholat subuh dan akan tidur lagi saat Ujang bertanya dibalik pintu.

"Kang, ayok…," ajak Diani tiba-tiba.

"Kemana?" Tanya Ujang heran sambil melihat Diani yang sudah rapi dan cantik, sementara dirinya merasa kacau karena dia sempat ketiduran setelah subuh, dia sudah mandi subuh namun keadaannya kini terlihat kacau ditambah dengan baju yang jelek itu, yang sanggup membuat Diani tertawa puas tanpa henti kemarin.

"Beli baju kan? Ayok … hari ini aku libur Kang," jawab Diani.

Tentu saja Ujang senang, seperti biasa dia menunjukan senyuman dengan lesung pipinya, membuat Diani langsung memalingkan wajahnya.

Mereka pergi ke pusat perbelanjaan, kali ini Diani serius membelikan Ujang baju-baju yang bagus, dia tidak mau para tetangga membicarakan suaminya yang Ndeso, karena dia juga yang akan malu.

"Apa baju ini akan cocok sama Akang?" Tanya Ujang dengan ragu, dia sebenarnya mampu membeli baju itu, tapi saat melihat harganya yang cukup mahal tentu saja Ujang merasa sayang membeli satu set baju dengan harga satu juta, padahal dia biasa membeli celana kain Dan baju kaos biasa yang bisa didapat dengan harga 150 ribu.

"Coba aja dulu Kang..!" Ucap Diani.

"Ini gak kemahalan Neng, kalau bisa tawar aja Neng..!" Usul Ujang.

"Ish Akang ini bikin malu aja, ini harga pas Kang, lagian ini juga udah murah, ini toko yang biasa kok bukan toko terkenal," jawab Diani dengan tatapan kesal, memangnya ini di pasar tradisional yang tawar menawar bahkan pedagang dan ibu-ibu pembeli sampe beradu mulut berjam-jam, kadang ada yang sampe curhat mengeluh harga beras mahal jadi pengen dikasihani dan dikasih diskon, batin Diani.

Ujang pun patuh, dia mencoba baju itu di ruang ganti, meski sebenarnya dia tidak nyaman berganti pakaian di tempat umum seperti itu.

Saat menunggu Ujang keluar, tanpa sengaja dia bertemu Sesil, "hmm… orang kaya kok belanja di toko gini sih? Harusnya di butik atau toko terkenal gitu, hahaha…," ejek Diani.

"Aku cuma salah toko aja, ini juga mau keluar, ini toko khusus buat kamu yang Ndeso," jawab Sesil ketus, namun saat dia mau berbalik arah, dia malah menabrak Ujang yang baru saja keluar dari ruang ganti.

Bruk…

Mereka berdua terjatuh dengan posisi Ujang dibawah, Sesil malah terpana dengan lesung pipi Ujang yang memikat itu, ya… ujang sempat tersenyum sesaat karena dia senang melihat Diani sepertinya cemburu.

"Neng, berat ini… kita bukan mahram loh Neng, maaf Neng cepat berdiri Neng!" ucap Ujang menggoyangkan tubuhnya agar Sesil turun.

"Ah sorry …," jawab Sesil.

Diani yang tidak mau kalau sampai ketahuan sudah punya suami dan info itu sampai kepada Nandra, akhirnya Diani memilih pergi dari toko itu meninggalkan mereka berdua.

"Kenapa ada acara jatuh segala sih?" Gumam Diani.

"Eh, aku cemburu? Ah jelas tidak, aku hanya tidak suka sikap Sesil yang kegatelan, itu aja," gumam Diani lagi.

Hingga terdengar suara Ujang berteriak memanggil namanya dengan keras.

Astaga, aku lupa kalau semua uang Ujang ada didalam tasku, batin Diani.

Bersambung ….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!