Mereka akhirnya sampai di kontrakan, Ujang lagi-lagi memapah Diani masuk ke dalam karena istrinya itu terlihat lesu.
"Loh, Diani kenapa Mas?" Tanya Bu Kartini.
"Gak tahu Bu, apa mungkin kesambet ya Bu? Coba ibu periksa dulu Bu, mungkin ibu tahu..!" Ucap Ujang pada Bu Kartini.
Bu Kartini mendekati Diani, semakin dekat dan semakin dekat, melihat wajah Diani dari jarak yang sangat dekat, bahkan hembusan hangat nafas ibu kontrakan itu bisa dirasakan Diani.
"Ibu apa-apaan sih?" Ucap Diani yang tiba-tiba.
Karena kaget, Bu Kartini hampir saja terjungkal, untung ditahan oleh Ujang. Bu Kartini merasa di prank oleh mereka berdua, dia berlalu pergi dengan rasa kesal, tapi dia kembali lagi karena merasa ada yang penting.
"Loh, kenapa balik lagi Bu?" Tanya Diani dengan nada malas saat melihat ibu Kartini membalikan badannya dan menghampirinya lagi.
"Itu, Ibu mau nanyain lelaki tadi, beneran kamu gak kenal?, jelas-jelas dia cari Diani kok," tanya bu Kartini menyelidiki lebih jauh.
"Ssttt…., Jangan kenceng-kenceng Bu, nanti Ujang salah paham," ucap Diani sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir ibu kontrakan yang cerewet itu, ternyata Ujang berlalu pergi ke dapur mungkin mengambil air minum untuk Diani.
"Hmm, jadi ini beneran nih, kamu selingkuh Diani?" Tanya bu Kartini dengan membisikan pertanyaan itu ditelinga Diani.
"Ish, bukan begitu, saya beneran gak tahu Bu, cuma takut ada yang salah paham aja dan masalahnya melebar kemana-mana," jawab Diani dengan berbohong.
Sebenarnya Diani hanya tidak ingin masalah ini sampai ke telinga emaknya, membuat ibunya itu kecewa dengan kelakuannya, meski Diani tidak setuju dengan pernikahan ini, tapi setidaknya dia masih tahu batasan seorang istri seperti apa, dia tidak boleh menjalin hubungan dengan lelaki lain, dia tidak mau dianggap wanita tidak benar dan membuat ibunya malu.
"Oh, yasudah…, eh Ujang beneran suami kamu kan? Kamu bukan dijadikan penebus hutang gitu kan?" Tanya bu Kartini kepo.
Diani mulai kesal dengan pertanyaan yang terus saja keluar dari mulut bu Kartini, "iya Bu dia suami saya, kami menikah secara baik-baik, hanya saja…-"
"Hanya apa?" Tanya wanita itu lagi dengan mata berbinar, seakan menemukan bahan untuk menggosip esok pagi.
"Hmm, gapapa Bu, pokoknya kami menikah secara resmi, meski menurut pandangan orang kami tidak cocok, tapi namanya jodoh kan kita gak tahu Bu," jawab Diani dengan cepat, dia bahkan kini mendorong Bu Kartini keluar pintu.
"Selamat malam ibu Kartini yang cantik dan baik hati," ucap Diani sambil tersenyum lebar, membuat wanita itu bahagia karena dipuji, wanita itu pulang sambil bernyanyi ria.
Dasar, biang gosip, batin Diani kesal.
"Dor…," ucap Ujang yang mengagetkan istrinya itu.
"Eh kodok, eh kodok…, Akang ngagetin deh, kalau jantungku copot gimana?" Ucap Diani kesal.
"Ya pungut aja Neng, belum lima menit, hehe… ini minuman buat Neng," jawab Ujang dengan senyuman khasnya itu, senyuman dengan lesung pipi di kanan dan kirinya, dia menyodorkan teh manis hangat.
"Ih nyebelin," ucap diani sambil berlalu pergi, dia tidak menerima minuman itu karena kesal, tapi dia malah teringat dua lesung pipi itu, manis juga, batin Diani.
Astaga, apanya yang manis? Gak, dia gak ada manis-manisnya, wajah wong ndeso gitu kok, batin Diani lagi. Wanita itu berlalu pergi menuju kamar, dia ingin tidur karena lelah di perjalanan.
Baru juga Diani ingin memejamkan matanya, dia dikagetkan dengan kedatangan Ujang ke dalam kamarnya, tapi ternyata lelaki itu hanya mengingatkan Diani untuk shalat isya, Ujang yang sadar diri pun dia memilih tidur di ruang tamu, menurutnya disana nyaman, apalagi ada televisi yang bisa menemaninya, meski pada akhirnya televisi itu lah yang menonton Ujang tertidur.
***
Pagi pun datang, Diani kini sudah ada di kantor, dia menuju ruangan Pak Nandra dengan tangan yang berkeringat dingin.
Sebaiknya aku memang harus berhenti bekerja kalau bos galak itu memaksa, batin Diani.
Tok
Tok
Tok
Ceklek
"Permisi Pak," ucap Diani.
"Masuk!" Jawab Pak Nandra.
Diani berjalan perlahan, dia merasa ini akhir dari segalanya, sepertinya dia akan berakhir hidup di kampung bersama Ujang, menjadi ibu rumah tangga, menanam padi dan juga sayur mayur di ladang.
Semoga masih ada kesempatan untuk aku bertahan disini lebih lama, aku begitu mencintai pekerjaan dan juga kota ini, banyak kenangan pahit dan manis selama aku merantau, batin Diani.
"Duduklah!" Ucap pak Nandra.
"Hmm, ini baju kemarin yang sempat saya pakai Pak, sudah bersih dan juga wangi," ucap Diani memberikan apa yang dia bawa.
"Baguslah, kemarin kamu pergi kemana? Padahal aku sangat butuh kehadiran kamu," tanya pak Nandra.
"Saya pulang kampung Pak,"jawab Diani singkat.
"Ibu saya memaksa untuk segera menikah, tapi saya juga tidak bisa melakukan itu secepat kilat, aku akan memberikanmu waktu tiga bulan, dan selama itu kamu pikirkanlah baik-baik karena jika kamu menolak maka kamu harus siap dipecat karena kesalahanmu, atau ganti rugi atas gagalnya kontrak dengan klien kemarin!" ancam Pak Nandra.
Diani menelan ludahnya, satu sisi dia merasa bersyukur karena bosnya itu memberikannya kesempatan bekerja tiga bulan lagi, tapi setelah itu haruskah dia jujur kalau dia telah menikah dan merelakan pekerjaannya? Atau haruskah dia menceraikan Ujang dalam waktu dekat?
"Iya Pak, saya akan memikirkannya lagi," jawab Diani.
"Harusnya kamu langsung mau karena kamu begitu beruntung mempunyai status sebagai istri saya, yaudah kamu boleh pergi!" Ucap Nandra dengan kesal karena seakan mendapatkan penolakan dari karyawannya ini.
Diani keluar dari ruangan itu dengan wajah yang ditekuk, dia bingung, benar-benar bingung, dia harus bisa memilih apa yang menurutnya penting, memilih mana yang pantas diperjuangkan.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Cen Li
dasar bos gila
2023-08-24
0
Merry Dara santika
udah keluar kerja aja dech. mendingan sama ujang aja. bkin bhgia
2023-02-02
1