Benar saja saat aku datang, aku bisa melihat di depan kontrakan penuh kendaraan, bahkan ada beberapa kambing yang ikut parkir disana, pantas saja Bu kartini mengomel tadi.
"Assalamu'alaikum…," ucapku lalu masuk ke dalam kontrakan yang kini dipenuhi oleh keluarga Ujang, mereka sepertinya datang untuk menjenguk anaknya yang sakit, anak Mamih memang si Ujang ini.
"Waalaikumsalam…," jawab mereka kompak, aku menyalami mereka satu persatu, ada bapak dan emak Ujang juga disini.
"Maaf ya Mak, kontrakannya memang gak besar," ucapku pada ibunya Ujang.
"Gapapa atuh Neng Ani, Emak cuma mau lihat Ujang yang sakit, disini nyaman ko Neng, biar nanti beli rumah aja atuh Neng di dekat sini kalau mau yang besar dan luas..!," ucap emak Edoh, entah itu sekedar usul atau memang niat membelikan rumah, tapi… aku nyaman disini.
"Neng nyaman disini kok Mak, kalau pindah kan ribet Mak," jawabku beralasan, mana ada uang untuk membeli rumah.
"Iya atuh, gimana Neng aja," ucap Mak Edoh.
Kami akhirnya makan bersama, ibu mertuaku yang memasak, aku hanya diperbolehkan membantu sedikit, katanya ingin memasak untuk mantu kesayangan, ah… aku jadi rindu Emak sendiri di kampung.
Aku akan diperlakukan seperti ratu dan tamu yang agung jika aku pulang kampung, Emak memang yang terbaik, tapi aku tidak menyangka jika ibunya Ujang akan bersikap seperti ini juga padaku, menyayangiku layaknya anak kandung, tanpa sadar aku tersenyum dan mensyukuri ini semua.
Keluarga Ujang sudah tiba dari tadi siang, mereka tidak mau menginap dengan dalih takut mengganggu pengantin baru, padahal aku akan sangat tertolong dengan kehadiran mereka, aku suka keadaan ramai daripada berduaan dengan Ujang.
Mereka akhirnya pulang sekitar pukul 8 malam, Ujang memeluk ibunya cukup lama, sepertinya berat sekali perpisahan ini untuknya, ya… mungkin dia terbiasa selalu diperlakukan istimewa oleh ibunya, anak Mamih.
Kami mengantar keluarga Ujang sampai ke teras depan, kulihat 2 kambing itu ditinggalkan begitu saja.
"Kang, kambingnya kok gak dibawa lagi?" Tanyaku pada Ujang, aku tidak bisa tidur dengan suara binatang itu malam ini.
"Oh, itu si Koko sama si Kiki, emak bilang Akang boleh bawa mereka, Akang kangen sama mereka Neng," ucapnya datar tanpa ada tawa atau semacamnya, apa dia serius? Astaga yang benar saja?
"Tapi Kang, mereka berisik, lagi pula Bu Kartini pasti marah besar, mereka kan bau, jorok, ihhh…," keluhku tak suka dengan semua ini.
"Gapapa atuh Neng, besok biar Akang yang bicara sama ibu Kartini, nanti Akang yang bersihkan dan bikin kandang dibelakang, ayo masuk Neng diluar dingin, apa Neng sengaja diem di luar biar dipeluk sama Akang? Hayo ngaku?" Tanya Ujang padaku sambil tersenyum, terlihat dari matanya yang menyipit, lesung pipinya kini tenggelam tak terlihat karena pipinya bengkak.
Astaga, ni orang pede banget deh, mana ada aku ingin dipeluk? Lebih baik aku kabur, aku bergegas pergi dari sana.
"Neng tunggu Akang..!" Teriaknya yang tak aku hiraukan, aku masuk ke kamar dan segera mengunci pintu, ku dengar Ujang memanggil namaku dan menginginkan masuk untuk tidur dikamarku.
"Malam ini Akang tidur di sofa aja Kang, kan enak sambil nonton TV..!" Teriakku dari dalam kamar, malam ini aku ingin merasakan ranjang milikku lagi, aku tidak mau berbagi, aku ingin berguling kesana kemari agar tidurku puas dan tidak merasa pegal, dan sepertinya Ujang juga sudah baikan.
***
Keesokan paginya aku libur kerja, namun seperti biasa aku bangun saat subuh dan langsung bergegas mandi, itu sudah menjadi kebiasaan untukku.
Kulihat kang Ujang juga sudah sholat terlihat dia masih memakai sarungnya, dia memilih solat sendirian di tengah rumah tanpa mengajak berjamaah, apa dia marah padaku karena menyuruhnya tidur di sofa?
"Kang, sudah sholatnya?" Tanyaku penasaran apakah dia akan menjawab atau tidak.
"Sudah Neng, tadinya mau diajakin sholat bareng tapi sepertinya Neng udah sholat duluan, mau ke masjid tapi sepertinya sudah pada pulang juga karena Akang bangunnya telat, hehe…," jawabnya yang membuat aku lega, apa aku lega? Ishh aku hanya tidak mau terlihat kejam pada suamiku sendiri meski memang iya begitu kenyataannya.
"Oh, yaudah Neng mau beres-beres rumah ya? Kalau tidur lagi kan gak boleh Kang, pamali kalau kata Emak tidur jam segini," ucapku berlalu pergi.
Namun setelah aku selesai menyapu, ku lihat Ujang membawa ember berisi air.
"Biar Akang yang ngepel Neng, Akang udah gapapa kok, udah gak meriang meski wajah ini masih bengkak, hehe…," ucapnya sambil tersenyum, aku yang dibantu tentu saja tidak menolak, pekerjaanku setidaknya lebih ringan bukan?
"Iya Kang," jawabku berlalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci pakaian, ku biarkan pakaian Ujang disana, aku tidak mau kalau harus mencuci bajunya juga.
Namun saat aku hendak mengganti baju karena basah, Ujang sudah menjemur pakaianku tadi dan bahkan dia kini sedang mencuci bajunya sendiri, ah aku sedikit merasa bersalah padanya, tapi sudahlah toh dia yang mau.
Aku pun memilih menyiapkan nasi goreng mumpung aku libur dan memiliki banyak waktu, aku akan membuat dua porsi karena sayang bukan dengan nasi yang masih banyak, bukan aku yang peduli pada Ujang, ini hanya agar tidak mubazir saja.
"Wah, wangi banget Neng, ini pasti enak," ucapnya padaku dengan senyumannya, aku juga heran kenapa dia sesenang itu meski aku terkadang memperlakukannya kurang baik.
"Iya, makan Kang..!" Ucapku padanya, pagi ini aku memasak nasi goreng pedas, aku memang suka pedas biar bersemangat.
"Kenapa Kang?" Tanyaku pada Kang Ujang yang terlihat sedikit gelisah.
"Gapapa Neng, masakan Neng enak," jawabnya lagi, tentu saja enak masakan Diani gitu loh.
"Yaudah, habiskan saja Kang..!" Ucapku padanya, tentu saja harus habis, kan udah dimasakin.
Setelah sarapan selesai aku disibukkan dengan memeriksa beberapa berkas yang aku bawa kemarin dari kantor, kulihat tadi Ujang juga sibuk sendiri dengan buku dan pensil, entahlah dia sedang apa, aku malas jika harus bertanya, dan kulihat dia juga mempunyai ponsel meski itu keluaran lama, ya… tidak secanggih ponselku.
"Diani…, Diani…," terdengar teriakan Bu Kartini yang membuatku menutup telinga saking keras dan cemprengnya, aku bergegas keluar dari kamarku.
"Udah Kang biar aku aja, Akang diem aja dirumah..!" Ucapku pada Ujang yang sepertinya berniat menghampiri Bu Kartini, aku tidak ingin memamerkan suamiku pada tetangga, lebih baik Ujang di dalam rumah saja, ya.. aku tidak mau malu karena dia.
Ujang kembali duduk, akupun bergegas keluar, "iya Bu, ada apa teriak-teriak?" Tanyaku dengan sedikit kesal, siapa yang tidak terganggu dengan suaranya itu.
"Ini lihat dong, masa tanaman ibu habis dimakan kambing kamu, pokoknya ibu minta ganti rugi, ini tanaman hias, mahal harganya," ucap bu Kartini yang mampu membuatku ingin memakan kambing itu sekarang juga karena kesal, merepotkan sekali.
"Aduh Bu, jangan gitu lah, kan ibu yang menaruh pot disitu, sudah tahu ada kambing," jawabku.
"Jadi kamu nyalahin ibu?" Tanya Bu Kartini penuh penekanan.
"Hehehe, gak bu, ambil aja kambingnya Bu sebagai ganti rugi..!" Ucapku, yang memang sudah muak melihat dua kambing itu disini.
"Beneran nih?" Tanya Bu Kartini dengan tatapan kegembiraan.
"Iya Bu, aku serius," jawabku, kulihat Bu Kartini mengambil salah satu kambing itu, dia bilang tidak enak jika diambil dua-duanya, padahal aku sudah berusaha memaksa agar semua kambing dibawa pergi.
***
Saat malam hari tiba, kulihat Kang Ujang sedikit pucat.
"Akang sakit?" Tanyaku sekedar basa-basi, mana mungkin aku serius peduli padanya.
"Akang hanya tidak enak perut saja, mungkin karena makanan pedas tadi pagi, Akang sebenarnya tidak terbiasa makan makanan pedas," keluhnya.
"Oh, kenapa tadi malah dimakan Kang kalau Akang tidak suka? Makan dulu Kang, ini ada sup dari Bu Kartini mumpung hangat, kan enak diperut, biar Akang baikan, gak pedas kok," ucapku sambil memberikan semangkuk sup kambing.
Ujang makan dengan lahapnya, "enak Neng, akang suka sekali sup kambing."
"Iya, itu kambing Akang yang didepan dimasak sama Bu Kartini," jawabku memberitahu Ujang, supaya dia tidak mencari kambingnya besok.
"Apa Neng? Koko…. Kiki….," Teriak Ujang histeris, membuatku merasa sedikit bersalah, apa mereka seberarti itu?
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Merry Dara santika
tega nya diani ya. kambing mahal di kasihkan gratis sama bu kost nya
2023-01-25
1