Pernikahan Lagi?

"Kamu kenapa? Bukankah ini kabar bagus, bisa menikahi anakku yang kaya raya dan juga tampan? Apa kamu kaget karena terlalu senang?" Tanya Bu Nikita padaku, jelas aku bingung menjawabnya karena ini diluar dugaanku, ayolah pak Nandra, bicaralah..!

Namun pak Nandra hanya diam, itu membuatku semakin bingung, bukankah ini rencana dia, kenapa dia malah ikut bingung sepertiku?

"Hmm, iya Bu.. kami akan membicarakannya terlebih dahulu, iya kan Mas?" Tanyaku pada Pak Nandra, bahkan aku menekankan kata Mas agar dia mau menjelaskan ini semua.

"Ah, iya Mih, kami akan segera membahas pernikahan ini," jawab pak Nandra yang mampu membuat mulutku terbuka lebar, menganga karena tak percaya semudah itu dia mengatakan menikah tanpa persetujuanku dulu.

Saat ibu Nikita pamit pulang, aku langsung menuntut penjelasan pada Bos ku ini.

"Loh pak, ini maksudnya apa?" Tanyaku dengan kesal.

"Kamu santai saja, bukankah kamu harusnya merasa beruntung seperti mendapatkan sebuah lotre? Harusnya aku yang protes karena harus menikahi gadis sepertimu," ucapnya yang mampu membuatku dongkol, ingin rasanya ku lepas sepatu hak ku ini dan ku pukul kepalanya, biar dia sadar.

Bukankah disini aku korbannya, kenapa seolah-olah dialah korbannya? Terus saja dia menghinaku mentang-mentang dia bos nya, aku Diani juga punya harga diri.

"Tapi Pak, pernikahan itu bukan untuk main-main," ucapku padanya aku harap dia mengerti.

"Kamu jangan so jual mahal dan menolak, ini hanya pernikahan kontrak, kurasa ini bagus untukku karena aku tidak perlu menganggap kamu istri sungguhan," ucapnya lagi yang mampu membuat amarahku naik sampai ke ubun-ubun, jika dia bisa melihatnya mungkin diatas kepalaku sudah ada api yang menyala saking panasnya, dan bisa ditaruh penggorengan diatasnya lagi, sekalian aja bikin telur ceplok, huh...

Saat aku benar-benar berniat mengayunkan tas ku dan memukulnya, ternyata dia sudah berlalu pergi meninggalkanku.

Menyebalkan… sungguh menyebalkan, ucapku yang tak mampu didengar lelaki itu karena aku mengucapkannya hanya dalam hatiku saja, tak berani aku mengatainya secara ternag-ternagan.

***

Kini aku sudah berada dikontrakan, di dalam kamar sendirian, aku harus mengatakan yang sebenarnya pada pak Nandra kalau aku sudah menikah, meski aku tidak menyukai Ujang tapi aku telah sah menjadi istrinya terlebih aku tidak suka pada Bos ku itu, mungkin aku harus merelakan pekerjaanku, entahlah kedepannya hidupku akan seperti apa.

"Akhh….," Teriakku di kamar sendirian, aku benar-benar pusing dengan masalah mengejutkan yang datang terus menerus.

Aku bergegas mengganti bajuku yang katanya mahal dan harus dikembalikan, biar besok aku bawa ke laundry saja sekalian, aku tidak mau salah mencucinya.

Aku tiba-tiba teringat Ujang yang terkadang membuat suasana kontrakan ini ramai dan seru, aku sering tertawa melihat tingkahnya.

Aku merindukan dia? Tidak, aku hanya ingat saja dengan wajahnya yang terkadang seperti badut, makanya aku ketawa, hmm…

Tidur sepertinya menjadi sesuatu yang tepat agar aku bisa melupakan kejamnya dunia ini padaku.

***

Keesokan harinya aku pergi ke kampung untuk menjenguk emak dan bapak, kebetulan hari ini memang aku sedang libur, aku hanya ingin pulang saja, bukan untuk mencari tahu keadaan Ujang.

Perjalanan yang cukup panjang membuatku mengantuk hingga aku tertidur di Bus, hingga tak terasa bus itu sudah berhenti, aku pun turun dan melanjutkan perjalanan.

"Neng Diani?" Tanya seseorang padaku, setelah aku lihat-lihat lebih dekat ternyata aku mengenalnya.

"Kang Danu, ngapain disini?" Tanyaku sekedar basa-basi.

"Ya ngojek lah Neng, masa liburan, ayo Akang anterin..!" Jawabnya, tentu aku tersenyum menanggapi dia yang memang suka bercanda itu.

"Boleh, gratis kan?" Tanyaku lagi menggodanya.

"Yaelah Neng, Akang kan ngojek, gratis deh asal gantiin bensin Akang ya..!" Jawabnya.

"Yaelah, sama aja bayar kalau gitu mah Kang," ucapku namun langsung aku naik saja ke atas motornya, "jalan Kang..!".

"Oke Neng, ini ke rumah Emak apa ke rumah Ujang?" Tanyanya yang mampu membuatku berpikir.

"Emak Kang," jawabku yakin, lagian buat apa aku ke rumahnya?

Akhirnya aku sampai di rumah emak, kulihat sepertinya tidak ada orang, aku coba mengetuk pintu dan ternyata tidak ada yang menyahut.

"Pintunya juga dikunci, emak sama bapak kemana ya? Apa keladang? Aku susul gak ya?".

Hari sudah siang, cuaca disini sudah panas terik, tapi aku harus mencari emak, kulalui jalan yang licin, banyak bebatuan, dan semak-semak yang membuatku takut jika tiba-tiba muncul ular dan mematuk kakaiku.

"Mang, ladang bapak dimana ya? Aku lupa," tanyaku pada seseorang yang ada disana.

"Tinggal lurus aja Neng nanti juga ketemu..!" Jawabnya.

Akupun bergegas pergi, bahkan keringat sudah membasahi wajahku, panas sekali, panasnya pol.

"Mak…," teriakku dari kejauhan, kulihat dari badannya dan penampilan bajunya sih itu emak.

Aku berlari semakin kencang dan tak melihat jalan yang aku pijak, dan aku pun jatuh bahkan aku jatuh ke pesawahan, ya ampun ini musibah badanku semuanya hitam.

"Neng Ani, ini Neng Ani kan? Neng gapapa, ayo Akang bantuin..!" Ucapnya sambil mengulurkan tangan, aku pun tak bisa menolak karena memang membutuhkan bantuannya karena keluar dari lumpur ini lumayan sulit.

Aku dibantu Ujang untuk membersihkan diri di sungai yang tak jauh darisana, airnya jernih, masih sama seperti dulu saat aku masih kecil, disana juga teduh, membuatku merasa nyaman, aku kehilangan jejak emak tadi, aku tidak melihatnya lagi.

"Kang Ujang ngapain disini?" Tanyaku.

"Ya panen atuh Neng, justru akang yang heran Neng sedang apa disini?" Ujang bertanya balik padaku, memang benar sih aku yang seharusnya tidak ada disini, hmm…

Setelah badanku bersih, namun itu membuat bajuku basah, aku mulai kedinginan namun teriknya matahari membuat itu tidak terlalu begitu dingin, aku segera mencari dan menghampiri emak, emak sepertinya kaget dengan kedatanganku yang tiba-tiba dan basah kuyup, emak mengajakku pulang untuk berganti pakaian meninggalkan bapak dan Ujang diladang.

***

Waktu tak terasa sudah malam, kami sekeluarga makan bersama dengan makanan andalan emak, nasi liwet yang khas ditambah sambal, ikan asin, lalapan dan jengkol untuk yang suka, sementara aku hanya menambahkan tahu tempe saja sebagai lauk pauk.

Ujang pun terlihat lahap sekali makan, dia sepertinya lelah seharian bekerja.

"Jang, kamu nginep dirumah emak aja ya, kan Diani juga tidur disini..!" Ucap emak.

Ucapan emak membuatku seketika berhenti menyuapkan nasi ke mulut ku, aku mendadak tidak berselera makan lagi, ku tatap wajah Ujang, kuberikan kode dengan sedikit menggelengkan kepalaku berharap Ujang menolak menginap dengan alasan apapun itu.

Bersambung ….

Terpopuler

Comments

Cen Li

Cen Li

ujang oo ujang

2023-08-24

0

Merry Dara santika

Merry Dara santika

kasihan ujang klo hrs di kumbang sama diani

2023-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!