Makan Bersama

"Neng, ini gimana belum dibayar?" Teriak Ujang yang tentu didengar oleh Sesil.

Namun Diani sebisa mungkin menghindar, dia berpura-pura tidak mendengar apapun, dia memilih mengorbankan Ujang disana, meninggalkannya tanpa belas kasih, tanpa menoleh sedikitpun.

Aku gak boleh menoleh, lagian Ujang kan bisa pulang dengan bajunya yang tadi, aku akan menunggunya di tempat yang aman, batin Diani.

Wanita itu berjalan dengan cepat, mencari tempat persembunyian yang aman, memantau toko itu dari kejauhan, menunggu Ujang keluar dari toko itu. Tapi sudah 20 menit menunggu, suaminya itu belum kelihatan batang hidungnya, membuat Diani sedikit cemas apalagi Sesil juga sama belum keluar dari sana.

"Ujang lagi ngapain sih, lama banget, apa ditahan pemilik toko ya, gara-gara gak bayar? Gimana ini?" Gumam Diani pelan, hatinya merasa tak tenang.

Namun betapa kagetnya dia saat melihat Sesil yang keluar secara bersamaan dengan Ujang, Sesil tampak tersenyum pada suaminya itu, Ujang terlihat menunduk memberi hormat sebagai ucapan terima kasih atau perpisahan, Ujang memakai baju baru dan menenteng beberapa belanjaan.

"Apa dia mendapatkan semua itu dari Sesil? Oh astaga, gawat ini…," gumam Diani.

Setelah melihat situasi yang aman tanpa Sesil, wanita itu segera berlari menghampiri Ujang yang terlihat kebingungan mencari dirinya, dia menepuk pundak Ujang dari arah belakang.

"Kang …," panggil Diani.

"Astagfirullah Neng, dari mana aja? Neng tega ya ninggalin Akang sendirian, uang Akang juga sama Neng semua tadi," jawab Ujang dengan sedikit kesal, dia tidak menampakan amarahnya karena dia memang jarang sekali marah, kecuali kesalahan seseorang sudah Fatal barulah dia marah tak terkendali.

"Maaf Kang, tadi aku kebelet, hehe…," jawab Diani beralasan, tentu saja dia tidak mau jujur tentang Sesil, dia bahkan melupakan kecurigaannya tadi, padahal dia ingin menanyakan belanjaan yang didapatkan oleh Ujang tanpa uang.

"Kita makan yu Neng, Akang laper..!" Ajak Ujang.

Mereka berdua pun mencari tempat makan, namun Ujang selalu menggelengkan kepalanya, dia tidak suka makanan cepat saji seperti pizza, burger, apalagi fried chiken, dia mengajak Diani keluar dari pusat perbelanjaan dan mencari rumah makan tradisional dengan makanan khas Indonesia.

"Keburu pingsan Kang kalau mencari tempat makan di luar," keluh Diani.

"Tapi Akang bener-bener gak selera makan kalau makanannya aneh," jawab Ujang.

"Ada juga kamu yang aneh," gumam Diani pelan.

"Apa Neng, gak kedengeran, suara Neng kurang keras?" Tanya Ujang.

"Gapapa Kang, bukan apa-apa, kita cari makan aja sekarang, aku beneran udah laper..!" Ucap Diani sambil menarik lengan Ujang, tanpa sadar dia kemudian menggandeng lengan atas suaminya itu.

Ujang tentu saja senang, sepanjang jalan dia tersenyum manis dengan lesung pipinya, sebelah tangannya bahkan melambai pada beberapa orang yang melihat dirinya, tentu saja tanpa disadari oleh Diani. Lelaki itu seakan ingin pamer kalau dia sudah beristri dan istrinya begitu mencintainya, berjalan bersama bergandengan, begitu mesra

Neng Ani mah pura-pura tapi mau, saya yakin nih kalau Neng Ani sebenarnya suka sama saya, hehe…, batin Ujang.

"Aduh…," teriak Diani saat kakinya tersandung batu, untung saja tangannya berpegangan kuat pada lengan Ujang hingga tubuh wanita itu bisa ditahan oleh suaminya.

"Innalillahi, Neng gapapa? Untung aja Neng pegangin tangan Ujang dari tadi, kalau enggak udah jatuh tersungkur," ucap Ujang.

Diani yang mendengarkan penuturan Ujang itu seketika sadar kalau sedari tadi dia menggandeng suaminya bahkan di tempat umum.

Aku bersyukur karena tidak jatuh, tapi aku gak percaya kenapa bisa tangan ini menggandeng tangannya? Astaga Diani, fokuslah..! Batin Diani.

"Hmm, gapapa ko Kang, ayo jalan lagi..!" Ucap Diani yang melepaskan tangannya dari tangan Ujang, dia tidak nyaman kalau bersikap mesra seperti itu, apalagi dengan lelaki yang tidak dia inginkan saat ini.

"Gak digandeng lagi Neng?" Ledek Ujang.

"Gak," jawab Diani singkat.

Mereka akhirnya sampai di sebuah rumah makan yang begitu kuat dengan nuansa tradisional, namun dari tempat dan penglihatan Diani, tempat ini sepertinya memasang tarif yang mahal.

"Kang, kita cari tempat lain aja ya, makanan disini sepertinya mahal..!" Ajak Diani.

"Gapapa Neng, sesekali manjain istri, hehehe…," jawab Ujang.

Diani yang sedikit salting itu tak menjawab apapun, dia hanya berusaha menutupi rasa malunya kemudian berjalan masuk untuk mencari tempat duduk.

Kamu memang baik Jang, batin Diani.

Siang itu Diani makan sepuasnya, Ujang tidak melarang sama sekali, dia tidak mempermasalahkan porsi makan istrinya itu, jika biasanya suami takut istrinya berbadan gendut karena banyak makan dan menimbun lemak, berbeda dengan Ujang yang lebih suka melihat pasangannya bahagia, tanpa tertekan dengan tuntutan harus sempurna.

"Nambah lagi Neng? Kalau suka, bungkus aja Neng buat lauk nanti malam..!" Ucap Ujang.

"Beneran Kang?" Tanya Diani.

"Iya, sejak kapan Akang suka bohong, dosa Neng," jawab Ujang.

Diani hanya tersenyum sekilas, dia begitu memanfaatkan kebaikan Ujang hari ini, jika biasanya dia akan memikirkan uangnya yang akan habis dan selalu memperhitungkan apapun yang dibeli terlebih dahulu, kali ini berbeda karena uang yang keluar bukanlah miliknya.

Diani pun berhasil menghabiskan semua menu yang dia pesan, dia segera mencuci tangannya dan memesan beberapa menu lain untuk dibawa pulang, selama menunggu pesanan datang, Diani sibuk dengan ponselnya, padahal Ujang bertanya banyak hal namun istrinya itu cukup menjawab iya atau tidak.

Hingga suara seseorang mengagetkannya, "lihat dia kak, dia sedang makan siang bersama suaminya, apa kakak masih mau menikah dengan wanita bersuami?" Sesil bertanya pada Nandra, mereka berdua kini ada dihadapan Diani dan Ujang.

Diani menoleh, mencoba mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sejak tadi dia mainkan, betapa terkejutnya dia saat yang dia dengar itu nyata, bukan halusinasinya, dia sampai menutup mulutnya karena kaget.

Kenapa dia bisa tahu kalau Ujang suamiku? Astaga, apakah tadi Ujang diwawancarai oleh Sesil? Kenapa aku tidak berpikir sampai kesana sih? Batin Diani.

"Pak, Pak Nandra…," ucap Diani yang kaget bukan main. Bukannya tadi Sesil sendirian, kenapa sekarang bisa ada bos Nandra juga? Aku ketahuan, tamat riwayatku, batin Diani.

"Sudahlah Sesil jangan mengada-ngada, bisa saja kan dia itu saudaranya, atau sepupu jauh dari kampung, ayo kita pulang!" Ucap Nandra menarik lengan Sesil menjauh dari tempat itu, dia tidak mau ada keributan.

"Tapi Kak, aku gak bohong, coba aja tanya sama cowok itu, namanya Ujang!" Teriak Sesil yang berusaha menahan lengan Nandra agar bisa tetap berada disana.

"Sudahlah, ayo pulang!" Ajak Nandra.

Mereka berdua pun pergi, membuat Diani kini bernafas lega, "syukurlah….," Ucap Diani.

"Neng, apa yang dikatakan Neng Sesil tadi beneran? Apa lelaki tadi berniat menikahi Neng Ani?" Tanya Ujang dengan serius, Ujang kecewa karena bukan hanya tidak mengakui dirinya sebagai suami tapi juga istrinya itu berniat menikahi lelaki lain saat masih sah menjadi istrinya.

Deg

Diani diam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan dari Ujang, dia baru saja merasa lega namun harus mengahadapi ketegangan baru.

Bersambung…

Terpopuler

Comments

Cen Li

Cen Li

jujur lah

2023-08-24

0

Merry Dara santika

Merry Dara santika

lanjut lagi

2023-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!