Di Kantor, Diani lagi-lagi merasa terganggu dengan kedatangan Sesil, wanita itu sepertinya gencar mendekati Nandra apalagi setelah tahu kalau dia sudah memiliki calon dan itu Diani. Sesil yakin kalau dia yang pada akhirnya akan menang mendapatkan status sebagai istrinya Nandra.
"Kamu mau tahu gak alasan aku kesini buat apa? aku membawa bekal untuk kak Nandra, dan makanan ini adalah kesukaannya, makanan sehat dan enak, kamu mana tahu selera dia," ejek Sesil pada Diani yang sedang mengerjakan tugasnya, Sesil dengan sengaja mendatangi ruangan Diani hanya untuk pamer.
"Hmm, tapi buat apa juga capek-capek nganterin makanan jika pada akhirnya Pak Nandra memilihku," jawab Diani dengan santai, tapi itu berhasil membuat wanita itu emosi.
"Dasar kau wanita desa, lihat aja lama-lama juga kak Nandra sadar kalau aku lebih baik darimu yang jelas-jelas ndeso," teriak Sesil kemudian berlalu pergi, bahkan dia membanting pintu ruangan dengan sangat keras.
"Dasar nenek lampir," gumam Diani, kemudian melanjutkan aktivitasnya.
***
Ceklek
Sesil masuk ke dalam ruangan Nandra tanpa permisi, memang wanita ini sudah merasa dekat sekali sehingga selalu berbuat seenaknya.
"Kak Nandra, aku bawain makan siang nih, kita makan sama-sama ya..!" Ajak Sesil dengan senyuman dan juga tingkahnya yang genit, membuat Nandra malas berurusan dengan wanita ini, namun apa daya ternyata lelaki itu tidak bisa bersikap kasar pada Sesil karena hubungan ayah mereka yang sudah bersahabat sejak lama, bahkan ayah Sesil (Bagus) telah menitipkan Sesil pada Nandra untuk menjaga wanita itu dari laki-laki pengganggu.
"Ya, taruh aja disana, aku masih sibuk," jawab Nandra tanpa menoleh sedikitpun pada makanan itu.
Sesil dengan terpaksa duduk menunggu disana, dia tidak mau memaksa karena takut Nandra semakin menjauhinya, kali ini dia akan sedikit mengalah agar bisa mengambil hati lelaki di hadapannya itu.
"Hmm, kak sebaiknya kamu pikirkan kembali jika mau menjalin hubungan dengan Diani, dia itu satu kampus denganku dulu, dan dia itu tidak cocok dengan Kakak, dia itu udik Kak, orang desa gitu, emangnya Tante setuju?" Tanya Sesil.
"Hmm, kamu tidak usah ikut campur dengan pilihanku!" Jawab Nandra dengan ekspresi acuh.
"Tapi aku lebih baik dari dia Kak, bahkan Om saja ingin kita berjodoh," jawab Sesil.
"Tetap saja aku tidak mau, aku tidak suka wanita manja," jawab Nandra yang mampu membuat Sesil diam, dia merasa harus merubah sikapnya itu.
Ketika waktu makan siang tiba, Nandra menerima makanan dari Sesil, kemudian dia menuju ruangan Diani dan memberikannya padanya, kebetulan Sesil sedang ke toilet sehingga Nandra bisa sedikit leluasa tidak diikuti Sesil yang menempel padanya.
"Ambilah, dan makanlah! Itu makanan sehat, kamu harus terbiasa memakan apa yang biasa aku makan, jangan sembarangan!" Ucap Nandra pada Diani dengan dinginnya, membuat Diani dongkol namun tak mampu di luapkan.
"Iya Pak, terima kasih," jawab Diani, dengan patuh wanita itu mengambil kotak makanan yang diberikan Bos nya, meski dia tahu sebenarnya itu makanan yang dibawa Sesil tadi.
Lelaki itu keluar dengan angkuhnya, Diani memandang punggung lelaki itu, ingin rasanya dia melempari punggung itu dengan sesuatu yang keras, namun itu hanya bisa dia lakukan di dalam khayalannya saja.
Entahlah, aku merasa terjebak disini, jika aku memilih keluar dari pekerjaanku, maka aku menjatuhkan harga diriku didepan Sesil dan aku harus pasrah dengan pernikahanku, tapi… jika aku memilih bersama Pak Nandra, harga diriku juga diinjak-injak terus olehnya, mentang-mentang dia bosnya, tidak ada pilihan yang berakhir bahagia, aarrgghh….., batin Diani.
Karena lapar dan kesal, Diani pun membuka kotak makanan itu, dia juga penasaran dengan selera bosnya yang angkuh itu, naas saat Diani baru saja membuka mulutnya, tiba-tiba makanan itu direbut oleh Sesil, makanan yang hampir masuk ke mulut Diani pun jatuh mengenai bajunya karena ditepis oleh Sesil.
"Sesil, kamu apa-apaan sih?" Bentak Diani.
"Lidah kamu gak akan cocok sama makanan mahal kaya gini, enak aja kamu memakan makanan yang aku bawa, sorry ya ini bukan buat kamu," ucap Sesil berlalu pergi.
Diani menatap penuh kebencian, namun sebisa mungkin dia tidak boleh menimbulkan keributan selama di area kantor.
"Sabar, sabar …," gumam Diani, dia bangkit dan pergi ke luar kantor bersama rekan kerjanya untuk mencari rumah makan disekitar gedung perkantorannya.
***
Akhirnya waktu pulang pun tiba, Diani mencoba meregangkan otot-ototnya, apalagi tangannya yang pegal karena sedari tadi dia mengetik, punggungnya juga, rasanya dia ingin dipijat untuk merilekskan tubuhnya.
Diani memeriksa keadaan kantor, dia harus bisa menghindari Nandra, dia tidak mau bertemu dengan lelaki ketus itu, dia hanya ingin pulang dan beristirahat.
Setelah dipastikan aman, dia pun berlari secepat kilat dan tanpa sengaja dia malah menabrak seseorang.
"Aduh…," ucap Diani bahkan tubuhnya mundur beberapa langkah, mau dihindari eh malah ketemu juga, batin Diani.
"Makanya kalau jalan pake mata!" Ucap Sesil pada Diani, dia bahkan bergelayut manja di lengan kokoh Nandra tapi lelaki itu diam tak berekspresi apapun.
Ingin rasanya Diani membalas ucapan Sesil, namun dia sedang tidak bisa memaki wanita itu saat bersama Bos galaknya, "maaf," hanya kata itu yang mampu diucapkannya, lalu dia pergi dari hadapan dua orang menyebalkan itu.
Sebenarnya mereka cocok sih, sama-sama menyebalkan, batin Diani.
Setelah menempuh jalanan yang macet akhirnya wanita itu sampai dikontrakan, namun dia tidak melihat mobil Ujang disana, "apa dia pulang kampung lagi?" Gumam Diani.
Kunci pintu ternyata ditinggalkan di bawah keset, ya..memang biasanya disanalah tempat Diani menyimpan kuncinya dikala pergi, dan selama ini terbukti aman-aman saja.
Ceklek
Baru saja Diani duduk di sofa lima menit, dia mendengar pintu yang diketuk.
"Siapa sih, ganggu orang saja," gumam Diani.
Dia dengan terpaksa melangkahkan kakinya menuju pintu, langkahnya begitu terasa berat karena dia benar-benar lelah hari ini, biasnya Ujang akan menyambutnya dan memberinya minuman tapi kali ini berbeda, dia tidak ada padahal itu sedikit membantu Diani.
"Siapa?" Teriak Diani bertanya dari dalam rumah, dia takut orang yang tak dikenal mengunjunginya, tapi tak ada jawaban, dia mengintip dari jendela dan lagi-lagi hanya terlihat punggungnya saja, pakaiannya juga terlihat sedikit aneh.
Ceklek
"Neng…," panggil lelaki itu.
"Kang Ujang, emm ini beneran Akang kan, aku gak salah lihat nih?" Tanya Diani pada Ujang, dia mulai menatap Ujang dari atas kepala, awalnya dia kagum namun saat melihat model baju yang digunakan Ujang, seketika perutnya terasa tergelitik.
"Hahahahaha….," Diani tertawa begitu puas, bahkan sampai ujung matanya mengeluarkan air mata, sementara Ujang menatap heran pada istrinya itu.
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Cen Li
wkwk
2023-08-24
0
Merry Dara santika
emang tampilan ujang kenapa sih ko diani sampai ketewa bgtu
2023-02-07
1