Ketika Diani sedang fokus dengan pekerjaannya, tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangannya dengan sangat keras. Ada wanita muda dan cantik menghampiri Diani, wanita itu menggebrak meja dengan keras.
"Apa kamu yang namanya Diani?" Tanya wanita itu.
Diani yang kaget, dia hanya mengangguk pelan dengan perasaan yang tidak baik-baik saja, dia merasakan aura sangat dingin memenuhi ruangan kerjanya.
Perasaanku mendadak tidak enak, siapa wanita ini? Pikir Diani.
"Iya, ada apa ya?" Tanya Diani pada wanita itu.
Wanita itu mendekat, lebih dekat dan memperhatikan Diani dari ujung rambut hingga kaki, wanita itu menyadari sesuatu. Dia mengenali Diani yang ada di hadapannya itu.
"Kamu Diani Julaeha kan? Astaga, kamu masih sama seperti dulu, penampilanmu... oh astaga, apa kamu yang berusaha merebut Nandra dariku? Harusnya kamu ngaca dulu dong! Aku tahu Nandra memilih kamu pasti karena dia marah padaku, bukan karena suka sama cewek kaya kamu, jangan coba-coba merebut dia dariku!" Ucap Sesil dengan mata menatap ke arah Diani penuh kebencian.
Saat mendengar suara perempuan itu dan mendengar nama lengkapnya dipanggil, Diani kini sadar dengan siapa dia berhadapan, ya… dia Sesil wanita yang menjadi musuhnya sejak kuliah, wanita itu selalu menghina Diani kala itu.
Jadi Sesil mengincar Pak Nandra juga? Hem.. tak akan aku biarkan ini menjadi mudah untuknya, bukankah aku harus membalaskan dendam ku selama ini? batin Diani.
"Aku bukan Diani yang dulu Sesil, jika pak Nandra lebih memilihku berarti kamu tidak lebih baik dari aku, seharusnya kamu sadar itu!" Ucap Diani yang tak mau kalah.
"Berani kamu bersaing denganku? Kita lihat saja nanti, pada akhirnya Nandra akan kembali ke pelukanku, kamu hanya pelariannya saja, kamu hanya wanita tak berharga yang bisa dipermainkan olehnya," ucap Sesil kemudian pergi dari tempat itu.
Diani yang mendengar tantangan dari musuhnya itu, dia menjadi bersemangat untuk menggagalkan apa yang diinginkan Sesil, merebut apa yang menjadi impian wanita itu, menghancurkannya sehancur-hancurnya.
Meski itu hanya pernikahan kontrak, tapi itu cukup untuk membuat hati Sesil kepanasan dan mengakui jika aku lebih baik darinya, batin Diani.
***
Sore itu Diani akhirnya sampai di kontrakan, dia merasa hati dan raganya sama-sama lelah hari ini, jalan hidupnya tak semulus apa yang dia bayangkan apalagi dengan percintaannya yang sekaan kacau balau.
Pernikahan ini pun membuat Diani terbebani, dia juga tiba-tiba ingat dengan kedua orang tuanya yang ingin jika dia menjadi istri Ujang, disisi lain dia ingin mengalahkan Sesil, semuanya bertolak belakang, semuanya perlu pertimbangan dan Diani harus memilih mana yang terbaik untuknya.
Tok
Tok
Tok
"Assalamu'alaikum, kang Ujang…," panggil Diani.
Ceklek
"Wa'alaikumsalam Neng, masuk Neng, Akang udah masakin Neng menu spesial, nasi liwet," ajak Ujang pada istrinya itu.
"Yakin enak Kang? Aku lagi diet loh Kang, buat Akang aja deh..!" Jawab Diani.
"Tapi Neng, Akang udah masakin, sayang atuh Neng," jawab Ujang dengan rasa kecewa.
"Aku gak nyuruh loh Kang, jadi bukan salah aku juga, Akang yang masak, ya kan bisa Akang juga yang habisin, aku mau mandi dulu," jawab Diani berlalu masuk ke dalam kamarnya, dia ingin membuat Ujang kesal dan muak padanya hingga Ujanglah yang meminta cerai lebih dulu.
Ujang pun memakan masakannya sendirian, setelah magrib sisa liwet itu dia bawa ke Pos Ronda untuk dibagikan ke beberapa orang yang berjaga malam ini, dia tidak mau makanan itu sampai basi dan dibuang.
"Makasih loh, istrinya yang masak nih?" Tanya Pak RT.
"Hmm, iya… gimana enak?" Tanya Ujang, dia terpaksa berbohong, dia tidak enak kalau mengatakan itu masakannya sementara istrinya tidak mau memasak.
"Enak, mantap, sering-sering bawa ginian ya Jang!" Ucap Dudi salah satu dari mereka yang meronda.
"Iya lain kali saya bawa lagi, kalau begitu saya permisi ya," ucap Ujang berlalu pergi.
Saat dia kembali dan pergi ke dapur, dia melihat Diani makan nasi liwet satu piring yang dia sediakan untuk berjaga-jaga jika Diani lapar, ternyata benar dugaan Ujang kalau istrinya itu makan dengan lahapnya, membuat Ujang senang.
"Neng, enak kan?" Tanya Ujang mendekati Diani.
"Uhuk… Uhuk…."
Diani tersedak, dia langsung mengambil air minum dan meneguknya sampai habis, "Akang kenapa gak salam dulu sih!" Keluh Diani.
"Salam kok Neng, gak denger ya karena keenakan makan? Hayo…," jawab Ujang sambil menggoda istrinya itu.
"Ih, ini sebenarnya gak enak, cuma aku terpaksa aja karena lapar, kalau lapar pasti makanan yang gak enak pun terasa enak, aku mau ke kamar ah ngantuk," ucap Diani kemudian bangkit dari kursi, namun tangannya ditahan oleh Ujang.
Deg
Astaga, mau apa dia? Apa mau ikut ke kamar juga?, Batin Diani.
"Neng, Akang mau bicara sebentar, kita duduk dulu ya disini..!" Ucap Ujang dengan lembut.
Diani pun duduk dengan patuh, dia juga ingin tahu apa yang akan dibicarakan Ujang, jika itu tentang perceraian, maka hal itu akan menjadi kabar bahagia untuk Diani.
"Ada apa Kang, apa Akang tidak suka dengan pernikahan ini, apa aku tidak layak disebut seorang istri, apa Akang mempermasalahkan nafkah batin yang belum terlaksana, apa Akang ingin kita bercerai?" Tanya Diani yang seakan tidak habisnya, dia menilai dirinya sendiri buruk agar mendapatkan kata talak dari suaminya itu.
"Astagfirullah Neng, ya enggak atuh, Akang paham kok jika Neng belum bisa Nerima Akang, sabar… Akang akan sabar menunggu sampai hati istri Akang ini sepenuhnya buat Akang Ujang, hehe…," jawab Ujang dengan santainya.
Astaga dia PD sekali, mana mungkin aku jatuh cinta sama dia, batin Diani.
"Hmm, kalau gitu, apa yang ingin Akang katakan sama aku?" Tanya Diani.
Ujang mengeluarkan sebuah amplop, menaruhnya di atas meja dan mendorongnya agar lebih dekat pada tangan istrinya itu.
"Apa ini?" Tanya Diani dengan mengerutkan dahinya.
"Buka aja Neng..!" Jawab Ujang sambil tersenyum, membuat Diani curiga.
Bersambung …..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Cen Li
ujang cupu..tapi bertanggung jawab
2023-08-24
0
Merry Dara santika
Lanjut lagi
2023-02-02
1