Setelah mengobrol-ngobrol ringan sekarang Sella sedang sibuk mengumpulkan foto-foto dan barang-barang dari Aska untuk ia buang, sedangkan suaminya masih mengobrol dengan ke dua orang tuanya karena tadi Ayahnya baru saja pulang.
Sella sekarang memang menganggap Aska hanya masa lalu, dan ia juga tidak mengerti kenapa semudah itu melupakan Aska yang jelas-jelas ia dan Aska menjalin hubungan hingga 8 tahun lamanya, tapi tidak ada rasa sedih atau pun kecewa sedikit pun setelah menikah dengan Adnan.
Mungkin menurut Sella kepribadian Aska dan Adnan yang bertolak belakang membuat ia mudah melupakan Askan dan menggantikannya dengan Adnan.
Sella juga tidak mengerti kenapa ia begitu mudah mencintai suaminya yang memang baru saja ia kenal.
Sekitar 30 menit Sella selsai membereskan barang-barang itu, ia langsung menarik barang-barang itu keluar dari kamarnya.
Adnan yang baru akan ke kamar ia sangat terkejut saat melihat istrinya mendorong barang-barang itu.
"Itu mau di kemanain Jamila sampai 4 dus besar?"
"Mau di buang mas, ini barang-barang sampah."
Adnan melihat ke arah barang itu yang isinya tas, baju, sepatu, boneka dan bingkai foto.
Sedangkan foto-fotonya sudah di gunting kecil-kecil oleh Sella.
"Kenapa tidak pilihin dan di kasih ke asisten rumah tangga kamu Jamila? Kalau sekiranya masih bagus dan tidak di pakai lebih baik kamu kasih saja."
"Tidak mau, ini barang-barang sampah, dan uangnya juga dapat nyuri dari Bunda mas."
Adnan menghela nafas berat saat tau kemana alur pembicaraan istrinya.
"Jadi ini dari kak Aska?"
"Jangan sebut lelaki gila itu lagi!"
Setelah mengatakan itu Sella langsung mendorong lagi dusnya yang langsung di tahan oleh suaminya.
"Mas saja yang buang."
"Baik mas, terima kasih."
"Sama-sama Jamila."
Setelah mengatakan itu Adnan langsung mengangkat dua dus sekaligus untuk ia buang ke luar.
Sella langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia memang merasa lelah setelah membereskan barang-barang itu.
Sekitar 4 menit suaminya juga ikut rebahan di atas ranjang setelah membuang barang-barang dari Aska.
"Mas, memang kita mulai syuting kapan? Ko suruh menghafal naskahnya suruh sekarag-sekarang?"
"1 Minggu lagi, ini untuk pertama kali Jamila memasuki dunia peran, jadi mas minta pada pak Samsul agar mengirim naskah itu kemarin sore, mas tidak ingin kamu salah atau lupa naskahnya dan membuat kamu malu."
Sella langsung memeluk suaminya saat mendengar jawaban dari suaminya.
"Terima kasih mas sudah mau mengerti tentang Jamila."
"Kamu istri mas, tentu saja mas harus mengerti tentang perasaanmu. Mas tidak mau kalau kamu nanti di bentak oleh pemain lainnya yang memang sudah senior dan mengatakan kalau kamu artis baru tidak pantas menjadi pemeran utama, jadi kamu harus buktikan kalau kamu pantas menjadi pemeran utama."
Sella sangat senang saat mendengar jawaban dari suaminya.
"Kamu capek?"
"Iya mas, habis sampah meresahkan itu sangat banyak."
"Tapi sampah meresahkan itu selama ini Jamila terus saja menyimpannya dan merasa tidak terganggu."
Sella mendongkakan kepalanya sambil memukul dada suaminya.
"Mas mengejek Jamila? Dasar menyebalkan!"
Adnan langsung memegang tangan kanan istrinya yang memukuli dadanya, lalu ia mengecup kening istrinya cukup lama.
"Mas memang menyebalkan, tapi itu karena kamu Jamil."
Tiba-tiba saja ponsel Adnan yang ada di meja bergetar.
Dret... Dret...
Adnan langsung mengambil ponselnya dan menampilkan nama ning Syifa di sana, membuat ia menghela nafas berat.
Adnan langsung metekan kembali ponselnya tanpa merijek atau mengangkat telpon dari ning Syifa.
"Siapa yang telpon mas?"
"Ning Syifa."
Sella langsung menghela nafas berat saat mendengar nama ning Syifa, membuat ia berpikir negatif tentang suaminya.
"Bagai mana bisa ning Syifa menelpon mas? Bukan'kah mas sudah menolaknya? Atau mas diam-diam menerima ning Syifa di belakang Jamila? Buktinya ning Syifa menelpon mas."
Bahkan saat telpon itu mati, tapi ning Syifa menelpon lagi untuk ke dua kalinya.
Dret... Dret... Dret... Dret...
"Jamila, sudah mas bilang jangan seudzon."
Sella langsung duduk di ikuti oleh suaminya juga yang ikut duduk.
"Bagai mana Jamila tidak seudzon mas kalau ning Syifa terus saja menelpon mas?"
Adnan menghela nafas berat, ia meraih ponselnya yang masih bergetar untuk ke tiga kalinya.
"Jamila yang angkat telpon mas. Jamila berhak tau masalah mas."
Adnan berbicara sambil memberikan ponselnya pada istrinya, ia tidak mau kalau istrinya sampai salah paham.
Sella mengambil ponsel yang di serahkan oleh suaminya, ia langsung mengangkat telpon itu dan langsung melospeker.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam, ada apa iya?"
Suara Sella membuat yang ada di telpon hanya diam tanpa kata.
"Ada apa? Dan ada perlu apa dengan suami saya sampai-sampai kamu terus menghubungi suami saya?"
"Apa kang Adnan ada?"
Adnan yang mendengar suara itu bukan ning Syifa melainkan ning Sarah, ia mengambil ponsel yang di pegang oleh istrinya.
"Ada apa ning Sarah?"
Sella sangat terkejut saat suaminya mengambil ponsel dari tanganya, lebih terkejut lagi saat suaminya hapal dengan suara siapa yang menelponnya.
"Akang bisa kepesantren? Ning Syifa sakit kang."
Sella langsung melihat mata suaminya dengan perasaan tidak percaya, kalau suaminya tidak memiliki hubungan bersama ning Syifa, untuk apa juga ning Sarah sampai menyuruh suaminya datang ke pesantren.
"Saya tidak bisa ning, kalau ning Syifa sakit bawa ke dokter, bukan menghubungi saya ning. Ning sarah salah jalur kalau menghubungi saya, saya bekerja sebagai pengacara ning bukan sebagai dokter."
"Saya tau kang, dan sangat tau, tapi apa akang tidak ingin menjenguk ning Syifa?"
"Saya tidak bisa, saya tidak mau istri saya salah paham, saya tidak mau karena perkara menjenguk membuat rumah tangga saya di ambang kehancuran."
"Akang kenapa? Akang sangat membela perempuan yang akang tidak kenal dan jauh dari kata agama, dari pada perempuan yang selalu mendo'akan akang. Akang tidak pernah berpikir bagai mana hancurnya hati Syifa? Hati dan pisik Syifa hancur karena akang, tapi akang menanggapi semuanya dengan santai."
"Saya bukan membela siapa pun, tapi Sella adalah istri saya sekarang, apa lagi saya dan ning Syifa tidak memiliki ikatan apa pun, akan menjadi pitnah di kalangan pesantren kalau saya datang untuk menjenguk keadaan ning Syifa. Mereka semua akan mengatakan kalau saya lelaki brengsek dan lelaki mencari kesempatan dalam kesempitan, jadi saya minta maaf karena tidak bisa ke pesantren. Semoga ning Syifa cepat sembuh. Kalau tidak ada yang di bicarakan lagi saya tutup telponnya. Assalamualaikum."
Mau tidak ning Sarah mengakhiri panggilan telponnya saat mendengar salam Adnan.
"Wa'alaikumsalam."
Setelah sambungan telpon terputus Adnan langsung meletakan kembali ponsel itu di atas meja, lalu ia langsung melihat wajah istrinya yang sudah memerah.
Adnan yakin kalau istrinya marah saat orang lain membanding-bandingkan istrinya dengan ning Syifa.
"Jamila, semuanya sudah jelas'kan kalau mas tidak memiliki hubungan?"
"Iya sangat jelas mas, tapi apa mulut ning Sarah itu tidak terdidik? Kenapa dia membanding-bandingkan aku dengan ning Syifa? Apa ning Syifa pantas di anggap ta'at agama saat ning Syifa sendiri mengharap suami dari orang lain? Bukan'kah itu lebih rendah dari pada Jamila?"
"Sudah, jangan terus berbicara, yang jelas mas tidak peduli tentang itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Kinan Rosa
itulah yang aku tak suka sama orang yang mondok itu sok sok an
bilang ahli agama tapi nyatanya minim ilmu
kalau ahli agama tak mungkin mau jadi pelakor, pasti dia akan mengiklas kan orang yang di cintai
untungnya si Adnan orang nya tegas dan menjaga kehormatan istrinya
2023-02-23
1
Ukhty Nur Siahaan
Wajib melindungi perasaan istriny
jgn gt sarah membeda bedakan
agama seorg lbh alim drpd sifulan
ssghny yg alim ad masuk api neraka yg g alim ad masuk surga Krn sblm meninggal ad kesempatanny utk bertaubat
2023-02-14
2
Fenti
iya juga sih, tapi entahlah 😬
2023-02-10
0