Setelah perdebatan panjang bersama istrinya Adnan meminta untuk pindah ke apartement sore itu juga, walau pun istrinya itu awalnya menolak, tapi atas bujukan ke dua orang tua dari istrinya dengan terpaksa istrinya itu ikut pergi bersama Adnan.
Sekarang Adnan dan istrinya sudah ada di dalam apartement.
Sella sempat kagum dengan seluruh ruangan di dalam apartement itu, apa lagi suaminya tidak tanggung-tanggung membeli Alfero apartement yang harganya setera dengan pendapatan Sella selama 1 tahun bekerja sebagai model.
Namun di sana tidak ada foto keluarga, ada foto suaminya saja saat kecil dan bisa Sella tebak kalau di sampingnya mungkin Bunda dari suaminya.
Sella tersenyum lebar saat memandangi foto itu, Bunda dari suaminya memang sangat cantik walau pun memakai hijab dan wajah suaminya yang terlihat lucu.
Seakan-akan Sella lupa dengan nasib buruk yang menimpanya tadi pagi saat melihat foto itu.
"Sel, kamu mau makan apa?"
Adnan berjalan menghampiri istrinya yang sedang menatap foto miliknya bersama sang Bunda.
Sella membalikan tubuhnya untuk melihat ke arah suaminya.
"Apa saja yang penting bisa di makan dan jangan pakai bawang merah, aku alergi bawang merah."
Adnan menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum.
"Ternyata kita memiliki alergi yang sama."
Sella melebarkan matanya tidak percaya kalau suaminya juga memiliki elergi yang sama.
"Oh gitu."
Sella berbicara sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal layaknya orang bodoh.
"Iya sudah saya pesan dulu, di apartement ini tidak ada stok makanan, saya selalu tinggal di pesantren, lebih baik kamu duduk jangan melihat foto saya terus lebih baik kamu memandang saya langsung."
"Huh dasar anak kecil so percaya diri!"
Setelah mengatakan itu Sella berjalan lebih dulu ke arah sofa, ia langsung duduk di sofa sambil menyadarkan kepalanya, tapi matanya tidak lepas memandang gerak gerik suaminya.
Setelah memesan makanan Adnan duduk di samping istrinya.
"Setelah makan saya mau keluar untuk membeli sayur di pasar sayur malam, kalau kamu mau tidur, tidur saja duluan."
"Kamu dari tadi pagi berbicara saya saya dan saya, aku risih tau. Kesannya aku seperti sedang berbicara sama dosen!"
"Maaf kalau membuat kamu risih, saya sudah terbiasa hidup di pesantren dengan menggunakan bahasa formal."
"Iya di depanku jangan formal juga kali! Wajah kamu imut, tapi mulut kamu itu menyebalkan!"
Adnan hanya tersenyum tipis saat menanggapi ucapan dari istrinya.
"Tapi ngomong-ngomong kamu memangnya tidak punya pacar?"
"Dalam agama kita di larang pacaran, jadi saya tidak memiliki pacar, jangankan pacar, cinta saya saja masih satu yaitu hanya untuk Bunda, belum membaginya untuk yang lain, saya tidak ingin menodai hati saya, saya ingin mencintai wanita yang sudah menjadi mahkrom saya."
Sella menghela nafas berat, apa ia sekarang sedang beruntung, di buang oleh kaka dari suaminya yang imannya nol dan di nikahi oleh adik dari calon suaminya yang sangat ta'at agama.
"Lalu Bunda kamu di mana?"
"Saya tidak tau, semenjak bercerai dengan Ayah, Bunda pergi begitu saja."
Adnan menghela nafas berat sambil mulutnya mengucapkan istighfat, ia tidak ingin masa lalu menguasai emosinya.
"Maaf."
Hanya kata itu yang keluar dari mulut Sella saat melihat wajah suaminya berubah menjadi murung dan sambil beristighfar.
"Tidak apa-apa Sel, hanya saja hati saya masih belum bisa berdamai dengan masa lalu, kehilangan Bunda adalah hal terberat saya hingga sampai sekarang."
"Lalu kenapa kamu tidak mengambil Kesuma Grup? Bukan'kah itu milik kamu?"
"Harta hanya titipan Sel, jika Allah ingin menghilangkannya dari Ayah saya, tanpa saya mengambilnya juga Allah akan mengambilnya. Apa lagi harta tidak untuk di bawa mati, memang dengan harta banyak orang yang menghormati kita, tapi bagi saya percuma kalau kita tidak memiliki iman, karena hanya orang-orang beriman yang akan masuk surga, bukan orang kaya atau bukan juga orang yang memiliki jabatan."
Hati Sella menghangat saat mendengar jawaban panjang dari suaminya, bahkan ia sudah lupa kapan ia terakhir sholat.
"Kita memang harus mencari rezeki, tapi yang halal agar menjadi barokah."
"Tapi Ayah kamu dapat merebut dari Bunda kamu, kenapa Allah masih tetap belum mengambilnya? Apa itu di sebut barokah?"
"Tidak harus seperti itu Sella, tapi coba kamu lihat, apa mereka memiliki mulut sopan? Tentu jawabannya tidak, itu artinya uang yang di makan tidak halal, karena jika sesaorang memakan dengan rezeki halal, bisa di tebak dengan tutur bahasa yang sopan, dalam artian memiliki ahlak baik."
Adnan tidak ingin istrinya tersinggung dengan ucapannya, jadi ia menggantinya dengan ahlak baik, ia tau istrinya tidak sopan jadi tidak mau membuat istrinya teringgung.
Sella hanya tersenyum lebar menanggapi ucapan panjang dari suaminya.
"Sel, coba kamu biasakan memanggil saya Mas."
"Aku tidak mau, kamu itu masih bocil, usia kita terpaut 4 tahun, seharunya kamu yang memanggil aku kakak, aku lebih tua dari kamu."
"Tidak ada seorang wanita yang menjadi kepala keluarga, di sini saya yang menjadi kepala keluarga, jadi walau pun usia kita berbeda 4 tahun kamu tetap harus menghormati saya sebagai kepala keluarga."
"Dasar bocil ngeselin! Aku tidak mau memanggilmu Mas!"
Tiba-tiba saja ponsel Adnan beegetar.
Dret... Dret...
Adnan langsung mengangkat telpon dari Syifa, Syifa adalah seorang ning anak dari kiai tempat Adnan menimba ilmu.
"Assalamualaikum ning."
"Wa'alaikumsalam akang."
Adnan memang selalu di panggil akang selaku anggota dari dewan santri.
"Iya ada apa ning?"
"Berita itu benar kang?"
Adnan yang di tanya oleh ning Syifa ia tau kemana arah pembicaraan ning Syifa.
"Iya ning, benar kalau berita itu saya memang mutazawij Sella."
Brugk!
"Astagfirullah! Ning kenapa?!"
Tiba-tiba saja telpon itu terputus tanpa berpamitan saat Adnan mendengar suara barang jatuh.
Sella menghela nafas berat, sebagai seorang wanita ia tau kalau di sebrang telpon itu sangat terkejut dan kecewa, itu artinya kalau yang di panggil ning oleh suaminya itu memang sudah menaruh perasaan pada suaminya.
Adnan menghela nafas berat, ia langsung meletakan ponselnya.
"Kenapa kamu mengambil tindakan bodoh?! Kenapa kamu datang untuk menikahiku?! Wanita yang kamu panggil ning itu putri dari Pak kiai. Apa kamu tidak peka kalau dia suka sama kamu Adnan?! Seharusnya kamu jangan mengambil tindakan bodoh! Kamu juga cinta sama wanita itu juga?!"
Sella memaki suaminya hanya untuk menutupi rasa bersalah, apa lagi saat suaminya menghela nafas berat, ia yakin kalau suaminya sebenarnya ada perasaan pada wanita yang di panggil ning itu walau pun tadi suaminya mengatakan tidak pernah mencintai wanita lain selain Bundanya.
"Istighfar Sella, kamu tidak bolah berbicara kasar seperti itu."
Adnan langsung menarik istrinya dalam pelukannya.
"Saya sangat tau kalau ning Syifa mencintai saya, 1 tahun yang lalu ning Syifa melamar saya, tapi saya sudah mengatakan dengan sangat jelas kalau saya menolaknya."
Sella juga membalas pelukan dari suaminya, entah kenapa penjelasan dari suaminya membuat ia senang.
"Kalau memang ning Syifa masih memiliki perasaan itu bukan salah saya Sel, bukan juga salah ning Syifa. Allah yang maha membolak balikan hati hambanya. Saya tidak suka kalau kamu berbicara kasar."
"Maafkan aku Adnan."
"Tidak apa-apa, tapi tolong jangan di ulangi lagi."
Sella hanya menganggukan kepalanya pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Dehan
sudah aku ❤ karya mu ya thor 👍👍
2023-04-04
0
Elisabeth Ratna Susanti
Adnan keren 😍
2023-03-01
0
Ukhty Nur Siahaan
Alhamdulillah Sella berjodoh dgn Adnan yg kuat imanny d baik Akhlakny
2023-02-13
1