Umay kini merasa sangat bahagia dengan kehidupan baru nya di pondok pesantren.
Iya telah terbiasa hidup penuh dengan disiplin dan mandiri.
Hari minggu selalu jadi hari favorit nya. Hari dimana iya akan habiskan hampir separuh harinya tidur dan malas-malasan di tempat tidur kesayangannya.
Bahkan iya selalu menyiapkan semua persiapan untuk hari malasnya di hari sabtu sebelumnya.
Diatas meja akan iya siapkan beberapa cemilan kesukaan, air putih dan air panas dalam sebuah termos kecil untuknya menyeduh milo hangat kesukaannya tanpa perlu ke kantin lagi.
"Umay.... Bangun... Jam berapa ini??? Sudah hampir jam 10 Umay....!" teriak Dena sari atas ranjang nya.
"Apa sih Den.... Kan belom jam 10.00, masih 15 menit lagi Den..." jawab Umay malas sambil melirik kearah jam weker yang berada disudut meja.
"Umay... Bukannya kamu bilang hari ini jadwal Umi dan Abi mu berkunjung?" ujar Dena lagi mengingatkan Umay.
"Astagfirullah... Oh iya.. Aku lupa Den.." jawab Umay segera bangun lalu menarik tangan Dena untuk pergi mandi bersama.
Dengan bergegas dan penuh rasa bahagia Umay bersiap menanti kedatangan Umi dan Abinya berkunjung.
Rindu yang begitu besar terhadap kedua orangtuanya terasa memenuhi semua rongga dadanya hingga ingin membuncah keluar.
"Hari ini Mami dan Papi mu juga datang kan Den?" tanya Umay pula pada Dena.
Dena menggeleng kuat.
"Kemarin Aku telepon Mami... Mami jawab iya tidak bisa datang karena harus dinas keluar kota tiga hari kedepan, dan Papi juga lagi sibuk sekali..." jawab Dena sedih.
"Den... Gkpapa... semoga minggu besok mereka bisa berkunjung ya... Mereka kan sibuk karena pekerjaan.. Demi dirimu juga Den... Mereka bekerja cari uang kan demi anaknya... Jangan sedihnya... Temani Aku saja oke..??" bujuk Umay pada Dena yang terlihat sedih karena kedua orangtuanya tidak bisa hadir untuk mengunjunginya.
"Baiklah..." jawab Dena singkat dengan seulas senyum yang di paksakan.
Umay dan Dena kemudian berjalan santai melewati ruang penerimaan tamu menuju rumah Kyai Ahmad.
Beruntungnya Umay, karena mondok di ponpes milik keluarga Ayahnya sehingga iya mendapatkan cukup banyak fasilitas yang agak berlebih termasuk kedekatannya dengak keluarga Kyai Ahmad yang membuat senior² dan beberapa temannya merasa iri.
Tapi bagi Umay tentu saja iya tidak perduli, terserah mereka suka atau tidak dengan nya, bagi Umay uang penting iya tidak berbuay jahat pada orang lain, tidak merugikan orang lain dan tidak pula dirugikan maka iya akan tutup mata dan telinga dengan omongan-omongan yang terkadang menyudutkannya.
"Umi...... Abi.....!!!!" teriak Umay ketika tiba di deoan rumah Kyai Ahmad dimana ledua orangtuanya telah duduk santai di teras depan rumah menanti kedatangan Umay anak mereka.
"Assalamualaikum anak Umi sayang...!!!" ujar Umi segera memeluk Umay melimpahkan rasa rindunya.
"Waalaikumsalam Umi...." jawab Umay dengan mata memerah menahan haru bahagia.
"Assalamualaikum Nak... Kamu sehat?" tanya Abi pula lagi pada Umay.
"Alhamdulillah Bi... Abi sehat???" jawab Umay lalu memeluk Abi nya dengan erat pula.
Umay kemudian menyalami Kyai Ahmad dan Ustazah Halimah yang juga berada disana.
Lalu Umay memperkenalkan Dena sahabat terbaiknya pada Umi dan Abi.
Umi tersenyum bahagia, mendengarkan semua cerita Umah tentang kehidupannya di pondok dan tentang sahabatnya Dena yang begitu nerbeda sifat dengan nya.
"Assalamualaikum...." tiba-tiba seseoarang masuk kedalam halaman rumah Kyai dan mendekat mdnyalami semua orangtua kecuali Umay dan Dena.
"Ini Rabbani????" tanya Abi sambil menepuk-nepuk pundak anak lelaki yang berdiri penuh santun di depan Abi.
"Iya... ini Rabbani...putraku satu-satu nya" jawab Kyai Ahmad membenarkan ucapan Abi.
"Masyaallah... Sudah lama sekali waktu itu... Ketika Bani masih kecil.. Sekarang sudah tumbuh dewasa, ganteng, sangat sopan.. Masyaallah..." Abi memuji Rabbbani anak Kyai Ahmad.
Siang itu, Waktu dihabiskan untuk mengenang masa kecil Bani dan Umay ketika mereka di kampung dulu.
Umay dan Bani hanya diam saja dan sesekali ikut tertawa kecil mengingat masa lalu mereka.
Sementara Dena tidak mampu menahan tawanya mendengar semua cerita dari Kyai Ahmad dan Abi.
Masa kecil yang dulu pernah membuat Umay dan Bani begitu akrab. Tapi saat ini semua begitu berbeda, mereka seperti tidak saling kenal sebelumnya, tidak pernah sekalipun diantara mereka berbicara bahkan untuk saling menyapa pun mereka enggan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Siti Nurhayati
lanjut kak, semangat nulisnya ya💪💪💪
2023-01-28
0
Mbak Noer
yuk lanjut kak... 💪🏼🥰🤣
2023-01-27
0
Mbak Noer
cieeee... Umay lagi melebur rasa kangennya pd umi n Abi nya .. plus nostalgia masa kanak-kanak nya bersama Rabbani... akan kah mereka berjodoh... wah bikin penasaran... ato malah Dena yg beruntung berjodoh Ama Rabbani... wah .. g sabar lanjutannya... 🥰🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-01-24
0